Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PERAN ORANG TUA DALAM MENSTIMULASI


TUMBUH KEMBANG TERHADAP PERKEMBANGAN
MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER
DI PAUD ASTER 23 JEMBER

Oleh :
SHINTA ERIKA SANTI
1776610024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KES EHATAN
BHAKTI AL-QODIRI
JEMBER
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas generasi penerus bangsa tergantung dari kualitas tumbuh kembang
anak, terutama usia toddler (1-3 tahun), dimana anak menunjukkan perkembangan
perkembangan otak yang sangat signifikan, keluarga harus mengupayakan agar
anaknya dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal untuk menghindari
tumbuh kembang yang abnormal, meragukan atau menyimpang. Penyimpangan
tumbuh kembang harus dideteksi atau ditemukan sejak dini, terutama sebelum
berumur 3 tahun, supaya dapat segera di intervensi atau diperbaiki, bila deteksi
terlambat, maka penanganan terlambat, sehingga penyimpangan sukar untuk
diperbaiki (Cecily, 2009). Masa anak dianggap sebagai fase yang penting karena
akan menentukan kualitas kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku
dimasa yang akan datang serta masa depan masyarakat tergantung pada anak-anak
yang mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (WHO,
2017.)
Peran orang tua merupakan serangkaian perilaku seseorang yang diharapkan
pada seseorang sesuai dengan posisi sosal yang diberikan baik secara formal
maupun informal. Peran orang tua yaitu serangkaian perilaku yang diberikan oleh
ayah dan ibu kandung untuk membantu proses perkembangan anak (Departemen
Pendidikan Nasional, 2011).
Stimulasi tumbuh kembang pada anak balita merupakan kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak agar anak tumbuh kembang secara optimal. Setiap anak
perlu mendapat stimulasi rutin sejak dini dan terus menerus saat ada kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua, yang merupakan orang
terdekat dengan anak, pengganti ibu atau bisa juga dilakukan dengan pengasuh
anak, anggota keluarga yang lain atau orang dewasa lainnya. Kurangnya stimulasi
dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap (Bernadeta,2020).
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya resiko atau tumbuh kembang
yang tidak normal dengan cara mendeteksi tumbuh kembang anak sedini mungkin,
deteksi dinii penyimpangan perkembangan pada anak merupakan tema global
utama dalam pelayanan kesehatan anak secara modern. Kegiatan deteksi
dimaksudkan untuk penapisan atau penjaringan adanya penyimpangan tmbuh
kembang anak, dan pengkajian faktor resiko yang mempengaruhi sehingga
tindakan intervensi dapat dilakukan sedini mungkin (Chamidah, 2012.)
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 5-10% anak
mengalami keterlambatan perkembangan (WHO, 2014). Diperkirakan sekitar 1-
3% khusus pada anak dibawah usia 5 tahun di indonesia mengalami keterlambatan
perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio-
emosional, dan kognitif (Kemenkes RI, 2016). Empat juta kelahiran pertahun di
negara Amerika Serikat dan Kanada, antara 40.000 dan 120.000 anak di masing-
masing negara tersebut, mengalami keterlambatan umum. Pada tahun 2013
Departemen Kesehatan RI melakukan skrining perkembangan di 30 Provinsi di
Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan
terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil perkembangan normal sesuai usia 53%, meragukan atau
Membutuhkan pemeriksaan lebih dalam sebanyak 13% dan penyimpangan
perkembangan sebanyak 34%. 10% dari penyimangan tersebut terdapat pada aspek
motorik kasar (seperti berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis,
memegang), 44% bicara Bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian (Cempaka,
2016). Hasil penelitian pada perkembangan motorik kasar didapatkan 144 balita
(72%) moral, 43 balita (21,5% ) suspek dan 13 balita (6,5%) memiliki
perkembangan motorik kasar abnormal (Nadia, 2019).
Dari studi pendahuluan pada tanggal 23 Maret 2021 dengan wawancara

terhadap Kepala Sekolah PAUD Aster 23 Jember yaitu terdapat 25% (7 anak)

mengalami gangguan perkembangan motorik , 3 diantaranya mengalami

keterlambatan pada motorik kasar yaitu belum bisa melompat lebih dari 20cm, belum

bisa menggiring bola dan belum bisa menaiki sepedah, sementara 4 sisanya

mengalami keterlambatan motorik halus yaitu mereka belum bisa menirukan gambar

yang di tunjukan oleh guru dan masih belum bisa menuliskan nama lengkapnya

dengan benar. BRP PERSEN (38 anak) lainyya tidak mengalami keterlambatan

perkembangan motorik. Setelah dilakukan intervensi berupa les tari dan menulis oleh

guru, keterlambatan perkembangan motorik pada anak usia toddler di PAUD Aster

23 Jember menurun, sehingga hanya tingal 2 anak saja yang masih mengalami

keterlambatan motorik kasar yaitu belum bisa menggiring bola yang berguling.

Berdasarkan data yang didapatkan, terdapat 50% Anak yang berusia 4-6 tahun dan

50% sisanya berusia 7 tahun dengan jumlah keseluruhan 70 Anak Kelas A dan kelas

B.

Faktor resiko balita kurang stimulasi dikarenakan kondisi malnutrisi, delay


atau keterlambatan dalam tumbuh dan berkembang seperti contohnya terlambat
bicara, jalan, motorik kasar atau halus ataupun bahasa. Dengan adanya berbagai
faktor resiko keterlambatan tumbuh kembang, maka stimulasi tumbuh kembang
pada anak usia pra sekolah perlu dilakukan (Apolonia dan Berdaneta, 2020). Peran
orang tua dan keluarga sangat penting untuk Perkembangan motorik dan proses
perkembangan kognitif anak usia toddler. Pada dasarnya, perkembangan motorik
pada anak akan berkembang sesuai dengan kematangan otot saraf dari anak
tersebut. Salah satu dari permasalahan anak usia toddler adalah tumbuh kembang.
Peran orang tua dan dukungan dari keluarga sangat berpengaruh.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti peran orang
tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak terhadap motorik halus usia
toddler di PAUD Aster 23.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana peran orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak terhadap
motorik halus usia toddler di PAUD Aster 23 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui peran orang tua dalam menstimulasi perkembangan motorik
anak usia toddler di PAUD Aster 23
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi peran orang tua anak usia toddler di PAUD Aster 23.
2. Mengidentifikasi perkembangan motorik anak usia toddler di PAUD
Aster 23.
3. Menganalisis perang orang tua dalam menstimulasi perkembangan
motorik anak usia toddler di PAUD Aster 23.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pembelajaran atau referensi untuk kalangan yang
sedang melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang
berhubungan dengan judul penelitian peran orangtua dalam
menstimulasi perkembangan motorik anak usia toddler.
1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Memberikan wawasan tambahan dalam pengalaman peran orang tua
menstimulasi perkembangan motorik usia toddler.
1.4.3 Bagi Responden
Memberikan informasi tetang peran orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia toddler.
1.4.4 Bagi Tempat Penelitian
Mendapatkan masukan tentang peran orang tua terhadap perkembangan
motorik anak, dan dapat menjadi pertimbangan untuk para orang tua
dengan apa yang telah mereka ketahui tentang perkembangan motorik
anak. Sehingga para orang tua mengontrol sejak dini tentang
perkembangan motorik anak.
1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi acuan untuk para peneliti
selanjutnya serta dapat menambahkan pengetahuan peneliti tentang
peran orang tua dalam menstimulasi perkembangan motorik anak usia
toddler.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peran


2.1.1 Definisi Peran
Peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Seseorang dikatakan memiliki peran atau berperan karena ia memiliki
status dalam masyarakat dan kemampuan baik secara moril maupun materil
[CITATION mim17 \l 1057 ]
Peran juga dapat diartikan sekumpulan prinsip dan perilaku dalam
berinteraksi dengan orang lain, yang diterima oleh sekelompok sosial
tertentu (Yayasan Aspirasi Pemuda, 2006). Peran yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah peranan orang tua yang merupakan suatu Lembaga
keluarga yang di dalamnya berfungsi sebagai pembimbing anak. Peranan
orang tua lebih diartikan sebagai peranan keluarga. Sehingga, peranan
orang tua disini berkaitan dengan kekuasaan atau wewenang serta dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas sebagai orang tua sebagaimana yang
diharapkan untuk dilakukan karena kedudukannya dapat memberi
pengaruh atau perbuatan (Rajawali Press, 2015).
Menurut soejarno soekanto suatu peranan mencakup tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti
meliputi rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyaraatan.
2. Peranan dalam konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam mesyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur masyarakat (Rajawali Press, 1990).
2.1.2 Definisi Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “Orang tua
adalah ayah ibu kandung (Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, balai Pustaka Jakarta 1990). Selanjutnya A. H.
Hasanuddin menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu dan bapak yang
dikenal mula pertama oleh putrinya (A. H. Hasanuddin, 1984) . Orang tua
(Ayah dan Ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang sudah semestinya.
Orang tua adalah pendidik asli, yang menerima tugas dari tuhan untuk
mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua memegang peranan
penting dalam menciptakan lingkungan tersebut dengan tujuan memotivasi
anak agar dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di masa
depan. Memahami anak dan keberhasilan suatu Pendidikan sering
dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak
sebagai individu yang unik, dan setiap anak memiliki potensi-potensi yang
berbeda satu saa lain namun saling melengkapi dan berharga (M. Ihsan
Dacolfany dan Uswatun Hasanah, 2018 ).
Orang tua adalah sekumpulan orang yang hidup Bersama dalam
tempat tinggal Bersama yang mana masing-masing anggota merasakan
adanya pertautan batin sehingga saling terjadi memengaruhi, saling
memperhatikan dan saling terjadi menyerahkan diri. Anak akan cenderung
meniru kebiasaan orang tuanya disbanding orang lain, sekalipun orang
tersebut tinggal dalam serumah (Moh Shohib, 1998). Orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah
anak mula-mula menerima Pendidikan, dengan demikian bentuk pertama
dari Pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya Pendidikan dalam
rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian
yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati
suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun
situasi Pendidikan. Situasi Pendidikan itu terwujud berkat adanya
pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik
antara orang tua dan anak. (H.M Arifin, 2012).
2.1.3 Peran penting orang tua
Secara sederhana, peran orang tua dapat dijelaskan sebagai kewajiban
orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib memenuhi hak-
hak (kebutuhan) anaknya, seperti hak untuk melatih anak menguasai cara-
cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan,
berdo’a, sungguh sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat
dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang tua sangat
memengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap
kasih saying atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap
melindungi atau membiarkan secara langsung memengaruhi reaksi
emosional anak (Hasbullah, 2011).
Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang
tua berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.
Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua akan selalu dilihat , dinilai dan
ditiru oleh anak. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan
aturan-aturan hadiah ataupun hukuman, cara orang tua menunjukkan
otoritasnya, dan serta cara orang tua memberikan perhatiannya baik
tanggapan terhadap anaknya (Choirul Islamiyah, 1995). Mengingat betapa
besar peranan orang tua terhadap Pendidikan keagamaan pada anak, orang
tua dengan peranan dan pengaruhnya tersebut dapat membimbing dan
membina anak-anak mereka menuju tercapainya keselamatan dan kegiatan
hidup dunia dan akhirat. Khususnya para orang tua sebagai pembimbing
untuk memberikan untuk memberikan pendidikannya terlebih dahulu baru
kepada orang lain. Sesuai fungsinya tersebut orang tua juga harus
memberikan bimbingan keagamaan kepada anak-anak mereka dengan
peringatan-peringatan atau nasihat-nasihat berupa pembinaan yang diiringi
dengan contoh-contoh yang sesuai dengan orang tua yang benar-benar
sesuai dengan peringatan yang diberikan kepada anak-anak mereka (M.
Ihsan, 2018).
Orang tua sebagai pendidik dengan memberikan dasar pendidikan,
keterampilan dasar, kasih sayang, rasa aman dan menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik kepada anak, memberikan bantuan anak, dukungan
atau motivasi dan informasi tentang cara belajar yang baik dan tepat (Ani
Evy Fitria, 2019). Orang tua menjadi factor terbesar yang menentukan
sikap dan kondisi psikologis anak, semakin anak kehilangan figure orang
tua semakin besar kemungkinan anak kehilangan arah hidupnya (Dedy
Susanto, 2019). Anak memerlukan kebiasaan-kebiasaan dan orang tua
menjadi pihak yang memenuhi kebiasaan-kebiasaan itu. Bahwa ada empat
aspek utama kebiasaan, yaitu kebiasaan alami, kebiasaan akal, kebiasaan
emosional (akhlak), dan kebiasaan spiritual, dan ada empat aspek utama
kebiasaan, yaitu gerak, kebiasaan akal, kebiasaan perasaan, dan kebiasaan
akhlak, ada mulanya memang tugas mendidik anak adalah tugas orang tua
(Novan Ardy Wiyani,2016).
Orang tua tidak hanya mewariskan gen yang dimilikinya kepada anak-
anak, tetapi juga memainkan peran penting dalam menentukan jenis
lingkungan yang akan dihadapi ank-anak. Ketika seorang aak sudah dapat
membuat pilihan terhadap apa yang disukai dan apa yang tidak anak sukai,
maka orang tua harus dapat memberikan arahan dan bimbingan yang sesuai
(Ani evy fitria, 2019).
2.2 Konsep Stimulasi
2.2.1 Definisi Stimulasi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar
anak tumbuh dan perkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh Ibu dan Ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, anggota keluarga lain dan
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dasar anak yang dirangsang
dengan stimulasi adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan bicara dan
kemampuan sosialisasi (Depkes RI,2010).
Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsang) dini pada semua
indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), system
gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk
berfikir. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan
stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang mendapatkan stimulasi, pemberian stimulasi ini sudah dapat
dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan
bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk
perkembangan mental psikososial anak yang didapat melalui Pendidikan
dan Latihan (Soetjiningsih, 2010).
2.2.2 Prinsip-prinsip Stimulasi perkembangan
Terdapat prinsip dasar dalam memberikan stimulasi, yaitu :
1. Stimulasi dilakukan dengan landasan rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada
disekitar anak.
7. Beri kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya
aktivitas sensori motor merupakan bagian yang berkembangan paling
dominan pada masa toddler, perkembangan ini didukung oleh stimulasi
atau rangsangan yang berasal dari luar diri anak tersebut. Macam-
macam stimulasi yang dapat diberikan orang tua pada anaknya menurut
Depkes RI 2010 adalah :
1) Stimulasi Visual
Merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan
perkembangan anak karena anak akan meningkatkan perhatiannya
pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya.
2) Stimulasi Auditif
Merupakan stimulasi yang diberikan dengam suara-suara untuk
melatih pendengaran dan perilaku anak sehingga anak akan terbiasa
dengan yang mereka dengar dari sekitar mereka, disini orang tua
berperan penting dalam stimulasi ini karena semua yang diucapkan
orang di sekitar anak seperti orang tua akan direkam oleh otak anak.
3) Stimulasi Verbal
Merupakan stimulasi suara yang diberikan oleh orang disekitar anak.
Stimulasi ini merupakan kelanjutan dari stimulasi auditif karena
setelah anak mendengar ucapan-ucapan dari orang sekitar, maka anak
akan meniru ucapan tersebut dan tidak jarang anak juga akan
melakukan perintah yang sesuai dengan yang di ucapkan.
4) Stimulasi Taktil
Adalah stimulasi yang mencakup tentang perhatian dan kasih sayang
yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini akan menimbulkan rasa
aman dan percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih
responsive dan berkembang.
2.2.3 Cara stimulasi pada Anak usia 1-3 tahun
Berbagai stimulasi perkembangan yang dapat dilakukan oleh ibu antara
lain :
1. Motorik Kasar
Stimulasi motorik kasar yang dapat dilakukan oleh ibuantara lain :
a. Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1) Melatih anak berdiri sendiri.
2) Mengajarkan anak melangkah dan berjalan.
3) Mengajarkan anak menendang bola.
4) Melatih anak membungkuk kemudian berdiri.
5) Mengajarkan anak untuk melompat.
b. Stimulasi anak usia 2-3 tahun
1) Mendorong anak untuk naik tangga tanpa bantuan.
2) Melatih anak bermain lempar tangkap bola.
3) Melatih anak berdiri dengan satu kaki.
4) Memperkenalkan anak pada sepeda roda tiga.
2. Motorik Halus
Stimulasi motorik halus yang dapat diberikan oleh ibu, antara lain :
a. Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1) Mengajarkan anak untuk Menyusun manara kubus.
2) Melatih anak mengambil benda kecil seperti manik-manik.
b. Stimulasi anak usia 2-3 tahun
1) Memberikan kertas dan pensil untuk anak mencoret-coret.
2) Mengajarkan anak untuk menaruh benda didalam wadah.
3) Mengajarkan anak menirukan garis vertical.
(Depkes RI, 2006).
2.3 Konsep Tumbuh Kembang
2.3.1 Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada seseorang yang ditandai
dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh karena bertambahnya
sel-sel dalam tubuh. Pertumbuhan bisa diukur dengan berat badan, tinggi
badan, umur tulang dan keseimbangan metabolisme (Ninggar, 2016)
. Menurut Libert, Paulus dan Strauss bahwa perkembangan adalah proses
perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi
kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah dari perkembangan
lebih mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala
psikologis yang tampak. Proses perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kuran berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi,
artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu
bersifat totalitas pada diri anak, bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas
itu lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam keseluruhan
(Idad, 2016).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh,jaringan tubuh,
organ, dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan
kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan
yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu atau koheren. Progresif
mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu
dan cenderung maju kedepan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan
terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara
perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan berikutnya.
(Soetjaningsih, 2016).
Perkembanga menurut Kemenkes adalah bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan
gerak halus bicara dan Bahasa sertas sosialisasi dan kemandiian.
Pertubahan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosis dan sosialisasi. Semua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh. (Kemenkes, 2016).
2.3.2 Prinsip-prinsip perkembangan
Prinsip-prinsip perkembangan antara lain :
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never
Ending Process).
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya.
Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi
sampai mencapai kematangan masa tua. Semua aspek perkembangan
saling mempengaruhi, setiap aspek perkembangan individu, baik fisik,
emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya akan
mempengaruhi. Terdapat hubungan atau kolerasi yang positif diantar
aspek terebut.
2. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola arah
tertentu, setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan
dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan
selanjutnya. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan
terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang perkembangan
cepat dan ada juga yang lambat).
3. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :
anak yang usai dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal
lingkungannya, menguasai gerak fisik dan belajar berbicara. Pada usia
tiga sampai enam tahun, perkembangan ini dipusatkan dengan menjadi
manusia yang sosial (belajar bergaul dengan lingkungan).
4. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase
perkembangan.
Pada prinsip ini berarti dalam menjalani hidupnya yang normal
dan berusia Panjang idividu akan mengalami fase-fase perkembangan
bayi, kanak-kanak, anak remaja, dewasa dan masa tua.
(Yusuf LN, 17)
2.3.3 Ciri-ciri Tumbuh kembang
Menurut Hurlock EB (1984), tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu:
1. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves changes)
Perubahan perkembangan mental, yaitu bertambahnya fungsi dan
keterampilan:
a. Terjadi perubahan pada memori, penalaran, persepsi dan imaginasi
kreatif.
b. Kemampuan imajinasi menjadi lebih baik daripada kemampuan
penalarannya, sedangkan pada orang dewasa yang terjadi justru
sebaliknya.
c. Ciri khas perilaku bayi juga akan mengalami perubahan, contoh
cara berjalan, cara berbicara.
d. Ciri mental bertambah dewasa, sebagai hasil dari maturitas, proses
belajar, dan pengalaman. Contoh : perhatian dalam seks, standar
moral atau keyakinan agama.
2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
(Early development is more critical than later development)
Pada tumbuh kembang anak, terdapat suatu aspek perkembangan yang
sangat mendebarkan yaitu saat pertama (first), seperti tersenyum
pertama, memegang dengan kukuh pertama, kata pertama, berjalan
pertama, dan kalimat pertama. Tumbuh kembang pada awal kehidupan
sangat penting, karena menentukan perkembangan selanjutnya. Pada
awal kehidupan, anak sangat rentan terhadap faktor lingkungan.
1. Perkembangan adalah hasil dari maturase dan proses belajar
(Development is the product of maturation and learning)
1) Maturitas
a. Maturitas instrinsik, yaitu kemampuan khas yang berasal
dari potensi genetic
b. Fungsi filogenetik, yaitu fungsi yang biasa terjadi pada
seseorang, seperti merayap, merangkak, duduk, berjalan.
c. Fungsi otnogenetik, yaitu fungsi spesifik pada seseorang
seperti berenang, naik sepeda, melukis, sebagai hasil suatu
pelatihan.
2) Belajar
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari Latihan dan
usaha. Melalui pelatihan, anak akan memperoleh kompetensi
dalam mengoptimalkan potensi genetiknya. Anak harus
mendapatkan kesempatan belajar, beberapa proses belajar
didapat dari praktek atau pengulangan suatu kegiatan.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan (The developmental pattern
is predictable)
a. Arah perkembangan dapat diramalkan, yaitu sefalokaudal dan
poksiodital
Perkembangan motorik kasar berlangsung sefalokaudal, yaitu
mulai dari daerah kepala kemudian karah kaki. Sebagai contoh,
perkembangan pertama sebelum berjalan adalah kemampuan
menegakkan kepala. Perkembangan motorik halus mengikuti
pola proksimodistal. Sebagai satu unit sebelum mereka dapat
mengendalikan jari-jarinya.
b. Perkembangan area spesifik mengikuti pola yang dapat
diramalkan. Misalnya, perkembangan motorik perilaku emosi,
bicara, perilaku sosial, konsep perkembangan, dan identifikasi
terhadap orang lain.
3. Pola perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan
(The developmental pattern has predictable characteristic)
a. Pola perkembangan anak mengikuti patokan umum dan
mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan. Pola
perkembangan sama setiap individu, tetapi kecepatannya
berbeda.
b. Perkembangan berlangsung dari umum ke spesifik. Aktifitas
seluruh tubuh akan digantikan oleh respons individu yang khas
pasa perkembangan mental maupun motoric. Aktivitas uum
selalu mendahului aktivitas spesifik.
c. Perkembangan adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai meninggal yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan (nature & nature)
d. Masing-masing organ tubuh mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda
e. Terdapat kolerasi antara perkembangan dan pertumbuhan. Billa
pertumbuhan fisik berlangsung cepat, perkembangan mental
juga cepat.
4. Terdapat perbedaan individual dalam perkembangan (there are
individual differences in development)
a. Setiap anak akan mengikuti pola yang dapat diramalkan pada
jalur dan pada kecepatannya sendiri, dan
b. Pada umur yang sama, setiap anak tidak selalu mencapai tingkat
perkembangan yang sama.
Penyebab perbedaan tersebut adalah
a. Kondisi biologis dan genetic setiap anak berbeda
b. Tidak seorang anak pun mempunyai lingkungan yang sama,
bahkan pada kembar identic
c. Perbedaan individual ini disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal
5. Terdapat periode/tahapan pada pola perkembangan (there are periods
in the development pattem)
Terdapat 5 tahap yang harus dilalui dalam tubuh kembang anak sampai
dewasa, yaitu masa pranatal, masa bayi, masa anak dini, masa pra-
sekolah, dan masa sekolah. Setiap tahapan memiliki ciri-ciri yang
khas, rentang umur pada setiap tahap hanya berdasarkan perkiraan.
Setiap tahapan mennyiapkan dan membimbing anak agar berhasil ke
tahap berikutnya, karna proses tumbuh kembang berjalan secara
berkesinambungan. Perkiraan rentang waktu tahapan tersebut adalah :
a. Prenatal period : konsepsi sampai akhir
b. Infancy : dari lahir sampai 12 bulan (sampai 18 bulan)
c. Early childhood : dari 12 bulan sampai 6 tahun
d. Middle chilhood : dari 6 sampai 11 tahun
e. Adolescence : dari 11 sampai 18 tahun
6. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there are
social expectation for every development period)
Harapan sosial ini dikenal juga sebagai tugas perkembangan
1. Faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan
a. Nutrisi yang memadai
b. Pertumbuhan fisik yang pesat
c. Kekuatan dan energi diatas rata-rata
d. Terdapat lingkungan yang memberi kesempatan untuk
belajar
e. Tuntunan dari orang tua dan guru dalam proses belajar
f. Motivasi yang kuat untuk belajar
g. Kreativitas disertai dengan kemauan anak untuk menjadi
berbeda
2. Faktor yang menghambat tugas perkembangan
a. Gangguan tumbuh kembang fisik dan mental
b. Sering sakit
c. Kecacatan
d. Tidak ada kesempatan untuk belajar
e. Tidak mendapat tuntunan belajar
f. Tidak ada motivasi belajar
g. Takut utuk menjadi berbeda
7. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area of
development has potential hazard)
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan, yang bisa
bersifat sementara maupun permanen serta dapat memenuhi kecepatan
dan kualitas tumbuh kembang anak. Pengaruhnya bisa memperlambat
atau meningkatkan kecepatan tumbuh kembang anak. Lingkungan
disekitar anak merupakan potensi resiko terhadap tumbuh kembang
anak (Hurlock EB, 1984).
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-sosial,
yang dapat menghambat atau mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya, dan tingkat tercapainya potensi biologik seseorang hasil
interaksi dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Secara umum
terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu :
1. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan faktor utama dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan
tulang. Yang termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, serta suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan memungkinkan
tercapainya potensi genetik, sedangkan yang tidak baik akan
menghambatnya. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Pre Natal (anak dalam kandungan)
a) Gizi ibu saat hamil.
b) Mekanis yang disebabkan trauma atau cairan ketuban yang bisa
menyebabkan kelainan bawaan pada baru lahir.
c) Toksin atau zat kimia disebabkan obat-obatan atau pada ibu
degan kebiasaan merokok atau minum-minuman beralkohol
yang menyebabkan kelahiran dengan bayi berat badan lahir
rendah, lahir mati, cacat dan retardasi mental.
d) Endokrin, perkembangan hormone-horman kehamilan sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin.
e) Radiasi, sebelum kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin.
f) Infeksi, torch menyebabkan cacat bawaan
g) Stress pada ibu dapat mempengarhi perkembangan janin
h) Imunitas
i) Anoksia embrio yaitu menurunnya oksigenasi janin melalui
gangguan pada plasenta menyebabkan berat badan lahir rendah.
2) Faktor Post Natal (setelah anak lahir)
a) Faktor lingkungan biologis yang meliputi ras, jenis kelamin,
umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit, perawatan Kesehatan,
penyakit kronis dan hormon.
b) Faktor lingkungan fisik yang meliputi cuaca, musim, sanitasi,
dan keadaan rumah.
c) Faktor lingkungan sosial yaitu stimulasi, motivasi belajar,
stress, kelompok sebaya, ganjaran atau hukuman yang wajar,
serta cinta dan kasih sayang.
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain meliputi
pekerjaan, Pendidikan Ayah dan Ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian Ayah atau Ibu, agama, adat istiadat
serta norma-norma.
(Soetjiningsih, 2016).
2.3.5 Jenis-jenis perkembangan
Perkembangan anak mencakup 3 aspek, yaitu :
1. Personal sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral, tradisi, dan meleburkan diri menjadi satu serta saling menjalin
kerja sama dan komunikasi.
2. Bahasa
Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi, baik yag disampaikan
dalam lisan, tulisan, isyarat, gerak tubuh, maupun ekspresi wajah.
Perkembangan Bahasa meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak.
Perkembangan Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif
anak. Anak yang intelektualnya belum berkembang dan masih
sederhana pula. Bahasa juga merupakan hasil belajar dari lingkungan,
anak belajar Bahasa seperti halnya belajar hal lain, yaitu dengan
meniru dan mengulang hasil yang didapatkannya.
3. Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Setiap Gerakan yang dilakukan
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian
dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik
(motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
1) Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar adlah gerak tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau Sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan aak itu sendiri.
Perkembangan motorik kasar meliputi otot-otot kasar seperti
tangan, kaki dan badan (Hurlock, 2003).
2) Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan Gerakan
anak yang menggunakan otot-otot kecil atau Sebagian anggota
tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh
kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.menulis,
menggunting, dan Menyusun balok, adalah contoh Gerakan
motorik halus (Syamsu, 2011).
2.4 Konsep Anak usia toddler
2.4.1 Definisi Anak Usia Toodler
Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun). Pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja
dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan,
dan Tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat
penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual
secara optimal (Rizki, 2015).
2.4.1 Ciri-ciri umum anak usia 1-3 tahun (Rizky, 2015)
1. Tinggi dan berat badan meningkat, yang menggambarkan
pertumbuhan mendorong dan melambatkan karakteristik anak usia
1-3 tahun.
2. Karakteristik anak usia 1-3 tahun dengan menonjolnya abdomen
yang diakibatkan karena otot-otot abdomen yang tidak
berkembang.
3. Bagian kaki berlawanan secara khas terdapat pada usia 1-3 tahun
karena otot-otot kaki harus menopang berat badan tubuh.
4. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia toddler pada
tahap pra-operasional (2-7 tahun). Tahap ini ditandai oleh adanya
pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol
yang menggambarkan objek untuk benda dan hubungan diantara
mereka. Tahap pre-operasional juga ditandai oleh beberapa hal,
antara lain egosentrisme, ketidakmatangan pikiran tentang sebab-
sebab dunia di fisik, kebingungan antara symbol objek yang
mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu-satu dimensi
pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan
objek.
5. Menurut Erikson, tahap psikososial anak toddler usia (usia 1-3
tahun) berada pada tahap ke-2 : otonomi vs perasaan malu dan
ragu-ragu. Masa balita yang berlangsung mulai 1-3 tahun (early
childhood). Tahap ini merupakan tahap anus otot (anal atau
muscular stages). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam
segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu
membatasi ruang gerak serta kemandirian anak, namun tidak pula
terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang diam au.
Pembatasan ruang gerak pada anak dapat mnyebabkan anak akan
mudah menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa
bantuan orang lain. Sebaliknya jika anak terlalu diberi kebebasan
mereka akan cenderung bertindak sesuai jika dia inginkan tanpa
memperhatikan baik buruknya Tindakan tersebut. Jadi pada usia
ini orang tua harus seimbang dalam mendidik anak antara
pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak, karena
dengan cara itulah anak bisa mengembangkan sikap control diri
dan harga diri.
Anak usia 1-2 tahun mulai menguasai individualisasi, seperti
membedakan diri sendiri dengan orang lain, pemisahan dari orang
tua mengontrol pada fungsi tubuh, berkomunikasi dengan kata-
kata, kemahiran perilaku yang dapat diterima secara sosial dan
interaksi egosentris dengan orang lain. Rasa malu dan ragu-ragu
dapat berkembang jika membuatnya merasa tidak memadai pada
waktu berusaha terhadap keterampilan baru.
6. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik pada anak 1-3 tahun meliputi motorik
halus dan motorik kasar, yang akan diuraikan berikut ini (Cintya,
2015).
2.5 Konsep Kerangka Teori
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Peran Orang Tua : Stimulasi tumbuh


kembang anak
1.

1. Perkembangan KPSP
bicara dan bahasa
1. Dukungan
emosional 2. Perkembangan
2. Dukungan sosialisasi dan S : Sesuai
informasional kemandirian
M : Meragukan
3. Dukungan
instrumental F : Ada
4. Dukungan penyimpangan
penghargaan

Faktor dukungan orang tua

1. Dukungan nyata

2. Dukungan penghargaan

Baik Kurang
Cukup

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep peran orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang
anak terhadap perkembangan motorik halus usia toddler di PAUD Astra 3
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telat dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-
fakta emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik (Sugiono, 2018).
H0 : Tidak ada hubungan dukungan orang tua dengan perkembangan motorik
anak usia toddler di PAUD Aster 23 Jember.
H1 : Ada hubungan dukungan orang tua dengan perkembangan motorik anak
usia toddler di PAUD Aster 23 Jember.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian ini mengunakan desain penelitian kuantitatif cross-
sectional. Pendekatan dengan cross-sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat. Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan pada status karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan [ CITATION Nur131 \l 1057 ]. Penelitian ini menganalisis hubungan
dukungan orangtua dengan perkembangan motorik anak usia toddler di PAUD Astrer
23.

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling


4.2.1 Populasi
Menurut[ CITATION Sug \l 1057 ] , Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di PAUD
Aster 25 berjumlah 63 anak.
4.2.2 Sampling
Tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel diambil
secara purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah di kenal sebelumnya[ CITATION Nur131 \l
1057 ]. Dimana tehnik ini mengambil 25 responden dari populasi.
4.2.3 Sampel
Menurut[ CITATION Sug \l 1057 ], sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah -siswi di PAUD Aster 23 Jember berjumlah 25
anak.
a. Kriteria inklusi
Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1) Siswa PAUD Aster 23 Jember
2) Siswa berusia 1-3 tahun
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
1) Tidak bersedia menjadi responden.
2) Siswa tidak masuk sekolah saat pengambilan data.
3) Siswa yang sedang tidak dijaga oleh orang tua.
4.3 Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya[ CITATION Sug \l 1057 ].

4.3.1 Variabel Independen


Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam
penelitian ini variabel bebas adalah dukungan orangtua.
4.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah
perkembangan motorik anak usia toddler.
4.4 Kerangka Kerja

Populasi : Seluruh siswa di PAUD Aster 23 Kecamatan kaliwates Kabupaten Jember


Sebanyak 63 anak

Sampel: Seluruh siswa di PAUD Aster Kecamatan kaliwates Kabupaten Jember


Sebanyak 25 anak dan 25 orang tua (Bapak atau Ibu) dari anak tersebut.

Desain Penelitian (Cross Sectional) Tekhnik Sampling (Purposive


Sampling)

Variabel

Variabel dependen: Variabel Independen:


Perkembangan motorik anak usia Dukungan orang tua
prasekolah

Pengumpulan data Pengumpulan data


Kuesioner Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)

Pengolahan Data dan Analisa Data


Editing, coding, scoring, tabulating, Uji Spearman dengan Software
SPSS 16.0
Hasil
H0 diterima, jika p value > ɑ = ɑ : 0,05
H1 diterima, jika p value < ɑ = ɑ : 0,05

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Orangtua dengan


Perkembangan Motorik Anak Usia toddler di PAUD Aster 23
Jember.

4.5 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di PAUD Aster 23 Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Jember.

4.6 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan pada awal bulan maret penentuan
judul hingga bulan Agustus setelah mendapat perizinan dari Bakesbanpol Jember, dan
PAUD Aster 23 Jember

4.7 Definisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah dukungan orangtua sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perkembangan motorik anak usia toddler.
Tabel 4.2 Definisi Operasional.
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
penelitian oprasional
Independen memberikan 1.Dukungan Kuesioner Ordinal Skala likert
Dukungan dukungan informasional Baik : 80-96
orangtua kepada anak 2.Dukungan Cukup : 60-80
untuk Penilaiaan Kurang : <60
melakukan 3.Dukungan
sesuatu yang Instrumental
bisa 4.Dukungan
meningkatkan Emosional
perkembangan
motorik.
Dependen Suatu Perkembangan Kuesioner Ordinal Skala Gutman
Perkembangan perkembangan motorik halus
motorik anak gerak anak. dan Sesuai 9-10
usia perkembangan Meragukan 7-8
prasekolah motorik kasar Ada
anak penyimpangan
<6

4.8 Pengumpulan Data


4.8.1 Sumber Data
Menurut Sugiyono (2018), pengumpulan data bila dilihat dari sumber
datanya, dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dan
sekunder dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan
berasal dari hasil jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti dalam lembar
kuesioner kepada Orangtua Siswa PAUD Aster 23 Jember.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan melalui data
seluruh siswa PAUD Aster 23 Jember.

4.8.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018) . Langkah dalam pengumpulan data
diantaranya adalah :
a. Peneliti mengurusi surat permohonan izin di Stikes Bhakti Al-Qodiri 1
Jember.
b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian di PAUD Aster 23
Jember
c. Setelah mendapatkan izin penelitian, selanjutnya peneliti melakukan
kontrak waktu ketempat penelitian dengan tujuan untuk pengumpulan
data dan menjelaskan mengenai tujuan, manfaat, dan tehnik penelitian
tentang perkembangan motorik anak.
d. Peneliti membagikan lembar informed consent sebagai surat
persetujuan sebagai responden.
e. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden untuk mengisi
pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti, kemudian dilakukan
penghitungan untuk mengidentifikasi hasil.
4.8.3 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner
checklist untuk mengukur nilai dukungan orang tua dengan perkembangan
motorik anak usia prasekolah. Kuesioner yang dibagikan kepada responden
sebanyak 1 kuesioner dukungan orang tua dengan 4 kategori penilaian,yaitu
selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3, kadang-kadang dengan skor 2 dan
tidak pernah dengan skor 1, kriteria penilaian 80-96 dukungan orang tua baik,
60-80 dukungan orang tua cukup, <60 dukugan orang tua kurang. Dan 1
kuesioner pra skrining perkembangan anak Sesuai 9-10,Meragukan 7-8, Ada
penyimpangan kurang dari 6.
4.8.4 Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji validitasnya
dengan menggunakan pearson product moment. Penentuan uji validitas : jika p-
value ≤ 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan valid, begitu juga sebaliknya
jika p-value ≥ 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid. Hasil uji

validitasnya ini dikatan valid apabila r tabel r hitung. Kuesioner yang telah
diuji validitasnya kemudian diuji reabilitasnya dengan menggunakan rumus
cronbach alpha. Hasil uji reabilitasnya dinyatakan reliable apabila nilai α
cronbach lebih dari 60%. Dari peneliti sebelumnya yang telah dilakukan
oleh[ CITATION Eka17 \l 1057 ] dengan hasil pengujian dengan cronbach alpha
dengan alat ukur kuesioner adalah 0,781 dinyatakan reliabel sehingga peneliti
tidak perlu melakukan uji reabilitas.

4.9 Pengolahan dan Analisa Data


4.9.1 Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian yaitu:
a. Tahap persiapan, dimana peneliti memeriksa kelengkapan data responden.
Dalam penelitian ini, kelengkapan tersebut meliputi data persetujuan
(informed consent), kelengkapan lembar kuesioner, serta kelengkapan isian
item oleh responden.
b. Tahap tabulasi, meliputi:
1) Scoring adalah pemberian skor terhadap jawaban yang memerlukan
skor. Pada penelitian ini scoring dilakukan pada kuesioner dukungan
orang tua dan perkembangan motorik anak, pemberian skor setiap
kategori yang ada dalam variabel yaitu:
a) Variabel dukungan orang tua
(1) Kurang : < 60
(2) Cukup : 60-80
(3) Baik : 80-96
b) Variabel perkembangan motorik
(1) Sesuai : 9 - 10
(2) Meragukan :7-8
(3) Ada penyimpangan : <6
2) Coding adalah memberi tanda atau kode pada setiap kuesioner yang
masuk dalam kategori yang diteliti dengan tujuan untuk
mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
Tabel 4.3 Dukungan Orangtua

Kriteria Kode
Baik 1
Cukup 2
Kurang 3

Tabel 4.4 Perkembangan Motorik anak

Kriteria Kode
Sesuai 1
Meragukan 2
Ada penyimpangan 3

3) Tabulating adalah melakukan tabulasi data dengan memasukkan data


yang telah dituliskan sesuai pengkodean dalam satu tabel untuk
mempermudah entry data ke computer. Entry adalah memasukkan
data jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode dan
dimasukkan kedalam progam SPSS.

4.9.2 Analisa Data


Menurut Sugiyono (2018) Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
a. Analisa univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan masing-masing
karakteristik variabel, baik variabel bebas atau variabel terikat. Analisis
univariat bermanfaat untuk melihat apakah data yang dikumpulkan telah
optimal untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
atau korelasi antara dua variabel. Tehnik yang digunakan pada analisa
bivariat adalah menggunakan uji statistik spearman yaitu mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel berskala membandingkan nilai p
= (0,05) maka ada hubungan dukungan orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia toddler. Pengujian ini menggunakan software program
SPSS 16.0.
4.10 Etika Penelitian
Peneliti mendapatkan surat izin pengambilan data penelitian dari Stikes
Bhakti Al-Qodiri 1 Jember.
a. Peneliti mendapat ijin dari PAUD Aster 23 Jember dengan rekomendasi
surat pengantar dari fakultas.
b. Surat rekomendasi dari fakultas ditujukan kepada Kepala sekolah PAUD
Aster 23 Jember untuk mendapatkan izin penelitian, dengan tetap
memperhatikan etika penelitian, antara lain:
1) Informed consent
Peneliti menggunakan informed consent untuk menghindari suatu hal
yang tidak diinginkan. Peneliti menjelaskan kepada calon responden
terkait maksud dan tujuan penelitian serta tidak melakukan paksaan,
dan menghormati hak-haknya. Calon responden pun bersedia untuk
diteliti dan menandatangani surat persetujuan, karena telah dijelaskan
terkait prosedur penelitian yang akan dilakukan.
2) Privacy
Pengisian data demografi dan informed consent tidak dicantumkan
nama subyek untuk menjamin kerahasiaan data setiap subyek. Peneliti
tetap menjaga kerahasiaan data subyek dari pihak sekolah, karena
peneliti tidak memberitahukan data maupun masalah setiap subyek
kepada pihak sekolah.
3) Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Penyajian data atau hasil hanya
ditampilkan pada forum akademis.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Anggowirawan, M. S. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan self care pada pasien
stroke non hemoragik di RSUD Jombang.

Meilawati, E. N. (2017). Hubungan pengetahuan orang tua tentang stimulasi bermain anak
dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun di Paud Al falah desa
bibrik kecamatan jiwan kabupaten madiun. 41.

mulyani, m. (2017). peran orang tua dan buruh dalam meningkatkan kesadaran
melaksanakan sholat dzuhur berjamaah bagi siswa di MTS Negeri 5 tanggerang.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&d. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai