Anda di halaman 1dari 9

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No.

1 (Juni 2021)
ISSN 2548-6462 (online), ISSN 2088-8740 (print)

DOI: 10.30644/rik.v8i2.516

Hubungan kepatuhan minum obat terhadap kesembuhan pada pasien dewasa


tuberkulosis paru di Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor

M. Kenli Kendi Tampoliu1*, Yunia Kartika2, Gita Puspita Heryani1


1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor, Indonesia
2 Puskesmas Kemang, Kabupaten Bogor, Indonesia

*Email korespondensi: mkenlikt@gmail.com

Accepted: 24 May 2021; revision: 4 June 2021; published: 30 June 2021

Abstrak

Latar Belakang : Kepatuhan minum obat yang baik akan berdampak pada meningkatnya
kesembuhan pada pasien TB paru, sehingga risiko kasus TB resisten terhadap obat akan
dapat diminimalisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan
minum obat terhadap kesembuhan pada pasien TB paru dewasadi Puskesmas Kemang
Kabupaten Bogor.
Metode : Penelitian yang dilakukan menggunakan desain yaitu korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien Tuberkulosis paru dewasa di
Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor yang sudah menerima terapi selama 5 sampai dengan
6 bulan. Teknik pengambilan sempel menggunakan total sampling dengan jumlah 50 orang
responden. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner pada bulan Februari
sampai Juli 2020.
Hasil : Pada penelitian ini dilakukan uji statistik contingency coefficient dengan α = 0,1 dan
diperoleh nilai signifikansi 0,072 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang memiliki arti adanya
hubungan antara kepatuhan minum obat dan kesembuhan pada pasien Tuberkulosis paru
dewasa di Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor, kemudian dilihat nilai contingency coefficient
didapatkan nilai sebesar 0,246 yang memiliki arti adanya hubungan yang lemah antara
kepatuhan dan kesembuhan.
Kesimpulan : Ada hubungan yang lemah antara kepatuhan minum obat dan kesembuhan
pada pasien Tuberkulosis paru dewasa di Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor. Sehingga
semakin patuh pasiennya maka kemungkinan untuk sembuhnya meningkat.

Kata kunci: Kepatuhan, kesembuhan, tuberkulosis paru

Abstract

Background : Adherence to taking drugs is high so the recovery of pulmonary TB patients is


also increased so that the risk for drug-resistant TB cases can also be prevented. This research
was conducted with the aim to find out the relationship between drug adherence and recovery
in adult pulmonary TB patients in Puskesmas Kemang Bogor Regency.
Method : The design of this study is a correlation with the cross-sectional approach of the
population in this study are adult pulmonary tuberculosis patients in Puskesmas Kemang Bogor
Regency who have been receiving therapy for five to six months with the technique of taking
sample using Total Sampling with the number of respondents 50 people. The method of data
collection uses questionnaire data.
Results : This study was conducted statistical test Contingency Coefficient with the level of
meaning α = 0.1 and obtained a significance value of 0.072 then Ho rejected Hα accepted
which means there is a relationship between drug adherence and recovery in adult pulmonary
tuberculosis patients in Puskesmas Kemang Bogor Regency, then seen contingency coefficient
value obtained value 0.246 which means there is a weak relationship between compliance with
healing.

Riset Informasi Kesehatan 25


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor
Conclusion : There is a weak link between drug-taking compliance and recovery in adult
pulmonary tuberculosis patients at Puskesmas Kemang Bogor Regency.

Key words: Drug compliance, recovery, pulmonary tuberculosis

PENDAHULUAN Penyakit TB Paru ini bias melalui percikan


Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah droplet (dahak) ketika batuk atau bersin
suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari penderita TB BTA (Bakteri Tahan Asam)
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang positif maupun TB BTA (Bakteri Tahan
sangat membahayakan dan mematikan ini Asam) negatif. Sekitar 3000 percikan dahak
pun merupakan masalah kesehatan yang yang dihasilkan dari sekali batuk. Tingkat
harus di atasi di masyarakat. Hal ini penularan penderita TB dengan hasil BTA
disebabkan oleh masih tingginya angka positif yakni 65%, penderita TB dengan hasil
ketidakpatuhan minum obat pada penderita BTA negatif serta hasil kultur positif yakni
TB (1). 26%. Tingkat penularan penderita TB
Berdasarkan pengetahuan secara dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
global data pada tahun 2016 ada 10,4 juta positif yakni 17% (4).
kasus kejadian TB (8,8 juta – 12 juta) yaitu Agar dapat menuntaskan masalah
sama dengan dengan 120 kejadian per tersebut dapat dilakukan dengan tindakan
100.000 penduduk. Terdapat Lima Negara eliminasi TB serta melakukan program
dengan kejadian tertinggi yakni India, penanggulangan TB Nasional yang telah
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. ditetapkan oleh pemerintah (4). Banyaknya
Tahun 2016 didapatkan estimasi kejadian TB kasus dari dampak negatif yang ditimbulkan
di Kawasan Asia Tenggara sebesar 45% dan dari ketidakpatuhan pasien dalam minum
Indonesia pun termasuk ada di dalamnya. obat, akhirnya WHO merekomendasikan
WHO mendefinisikan negara dengan beban penerapan strategi Directly Observed
yang tinggi/high burden countries (HBC) Treatment Shortcourse (DOTS) dalam
pada kejadian TB sesuai tiga indikator yakni pengobatan TB paru (2). Untuk menjamin
TB, TB/HIV, dan MDR-TB. Sebanyak 48 keteraturan pengobatan diperlukan seorang
negara ada pada daftar tersebut. Indonesia pengawas menelan obat (4).
masuk dalam daftar tersebut. Dapat diartikan Penderita penyakit tuberkulosis yang
Indonesia memiliki permasalahan yang telah mengkonsumsi obat secara teratur
besar dalam menghadapi penyakit TB (2). dapat menurunkan risiko 3,76 kali
Terdapat kasus baru TB di Indonesia kegagalan pengobatan dibandingkan dengan
yakni 420.994 kasus. Jika dilihat dari jenis pasien TB yang minum obat tidak teratur.
kelamin, pria 1,4 kali lebih besar dari pada Apabila pasien TB minum obat secara
jumlah kasus baru TB untuk wanita. Bahkan teratur dalam jangka waktu 2 minggu, bakteri
berdasarkan survei prevalensi tuberkulosis, TB pun sudah terpecah dan tidak potensial
pada pria 3 kali lebih tinggi dari pada pada untuk menular. Maka dari itu manfaat
wanita. Begitupun yang terjadi di negara- penelitian ini, jika kepatuhan mengkonsumsi
negara lain. Dari survei ini menemukan obat tinggi maka kesembuhan pasien TB
bahwa dari total responden pria yang paru juga meningkat. Produktivitas pasien
merokok sebesar 68,5% dan responden TB juga dapat meningkat karena pasien TB
wanita yang merokok sebesar 3,7%. Survei yang telah meminum obat secara teratur
prevalensi tuberkulosis tahun 2013-2014, mengurangi tingkat keparahan penyakit
prevalensi TB dengan konfirmasi karena TB (5). Faktor yang dapat
bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per mempengaruhi ketidakpatuhan pasien TB
100.000 % (3). dalam minum obat adalah meliputi:
Seseorang yang sudah dinyatakan pendidikan, pengetahuan dan pendapatan
suspek TB paru serta ditetapkan sebagai TB (6).
paru apabila minimal 1 (satu) dari Berdasarkan dari adanya
pemeriksaan bakteriologis dahak SPS keberhasilan (succes rate) adalah jumlah
(sewaktu – pagi – sewaktu ) hasilnya BTA semua kasus TB yang sembuh dan
(Bakteri Tahan Asam) positif (+). Penularan pengobatan lengkap dari semua kasus TB
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 26
M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

yang diobati dan dilaporkan yang angka ini Maka dari itu peneliti tertarik untuk
merupakan penjumlahan dari angka melakukan penelitian tersebut.
kesembuhan dan angka pengobatan
lengkap. WHO memutuskan bahwa standar METODE
untuk kesuksesan pengobatan yakni 85%. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Angka kesembuhan cenderung mempunyai analitik observasional (non eksperimen)
gap dengan angka keberhasilan dengan menggunakan pendekatan cross
pengobatan, sehingga kontribusi pasien sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas
yang sembuh terhadap angka keberhasilan Kemang Kabupaten Bogor, dengan
pengobatan menurun dibandingkan tahun- mengambil responden TB yang telah
tahun sebelumnya. Dalam upaya ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan
pengendalian penyakit, dari menurunnya eksklusi. Pengambilan data dilakukan pada
angka kesembuhan ini perlu mendapat bulan Februari sampai Juli 2020. Prosedur
perhatian besar karena mempengaruhi pengambilan data menggunakan kuesioner
penularan penyakit TB (3). dilakukan dengan menerapkan protokol
Dilihat dari kesembuhan pasien TB kesehatan Covid-19.
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, Populasi yang diambil dalam penelitian
diantaranya adalah umur, tingkat pendidikan, ini adalah sebanyak 91 responden TB paru
status gizi, faktor lingkungan dan kepatuhan dewasa. Dari 91 pasien tersebut diambil 30
pasien dalam minum obat. Faktor yang pasien untuk uji validitas. Tersisa 61 pasien
terbesar dalam mempengaruhi kesembuhan untuk dijadikan sampel, setelah diseleksi
pasien TB adalah kepatuhan minum obat. berdasarkan kuisioner yang telah di isi oleh
Kepatuhan ini diartikan sebagai perilaku pasien terdapat 11 pasien yang masuk ke
pasien untuk minum obat sesuai dengan dalam kriteria eksklusi. Sehingga total
jenis, dosis, cara minum, waktu minum dan sampling yang didapat untuk di olah datanya
jumlah hari dalam meminum obat yang tersisa 50 pasien dan disesuaikan dengan
sesuai dengan pedoman nasional data rekam medik yang di ambil.
penanggulangan TB (5). Kriteria inklusi yaitu terdiagnosa
Pada penelitian Wibisana (2016) tuberkulosis, penderita TB paru dengan
menyebutkan bahwa terdapat hubungan umur >17 tahun, minimal pasien TB paru
yang signifikan antara kepatuhan terapi sudah menerima terapi selama 5 – 6 bulan,
dengan kesembuhan pasien TB paru (7). pasien TB Paru yang bersedia menjadi
Namun tidak dengan penelitian yang responden dalam penelitian. Kriteria eksklusi
dilakukan oleh Kusumoningrum (2020) yang yaitu responden yang tidak menjawab
menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan dengan lengkap seluruh pertanyaan pada
yang signifikan antara kepatuhan berobat kuisioner, responden yang sudah berhenti
dengan kesembuhan penderita TB paru (8). berobat/drop out (DO), dan responden
Berdasarkan data yang diperoleh di pindah fasilitas pelayanan kesehatan.
Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor, pada Prosedur pengumpulan data yaitu
tahun 2019 tercatat 585 kasus terduga pengurusan izin penelitian, izin penelitian
penyakit TB paru dengan kasus suspect TB ditujukan untuk kepala Puskesmas Kemang
tercatat 91 responden TB paru dewasa BTA Kabupaten Bogor agar mendapatkan izin
positif yang diobati di tahun 2020. Oleh untuk melakukan penelitian di puskesmas
karena itu, dengan meningkatkan kepatuhan tersebut. Peneliti melakukan pengambilan
dan kesembuhan pada pengobatan TB paru data dengan menerapkan protokol Covid-19.
merupakan hal yang penting untuk di Data yang pertama kali diambil adalah
analisis, serta sebelumnya pun belum ada menanyakan kepada pasien tentang
yang melakukan penelitian mengenai penyakit apa yang di deritanya, lalu
hubungan kepatuhan minum obat dengan menanyakan sudah berapa lama pasien
kesembuhan pada pasien TB paru Dewasa berobat untuk memastikan bahwa pasien
di Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor. tersebut masuk kedalam kriteria inklusi. Lalu

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 27


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

menjelaskan kepada responden tentang Oleh Karena itu, variabel kepatuhan


penelitian yang akan dilakukan. Serta selanjutnya dianalisis berdasarkan 14
meminta responden untuk mengisi kuisioner tersebut. Variabel yang dikatakan reliabel
dan membimbing responden jika ada jika nilai Cronbach’s alpha variabel
pertanyaan dari kuisioner yang tidak di kepatuhan 0,745 yakni memiliki nilai lebih
mengerti. Setelah itu mencatat data rekam besar dari 0,06 sehingga dapat dimaknai
medik responden yang mencakup tentang instrumen untuk mengukur variabel ini,
identitas pasien, diagnosis pasien, hasil reliabel.
BTA. Terakhir pengolahan data, dilakukan
setelah mendapat hasil kuisioner dan data 2. Usia
hasil rekam medik dari pasien. Data dari Berdasarkan dari hasil penelitian dapat
rekam medik meliputi identitas pasien, dilihat pada tabel 1 yaitu diketahui
diagnosis dan hasil BTA. Pengolahan data responden paling banyak berusia antara 17
dianalisis menggunakan cross sectional. – 25 tahun sebanyak 21 orang responden
Analisis tentang hubungan kepatuhan (42%) dan usia 26 – 35 didapatkan hampir
minum obat dengan kesembuhan pada seimbang. Pada usia berikut responden
pasien TB Paru Dewasa. Analisis data terdiri termasuk dalam usia kerja. Paling sedikit
dari uji validitas, reliabilitas, univariat, dan responden berusia >45 tahun sebanyak 9
bivariat. responden (18%) usia tersebut responden
termasuk dalam usia non produktif.
HASIL Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI
Hasil analisis univariat menunjukkan (2012) menyatakan, sekitar 75 % pasien
bahwa 42% responden berusia 17 sampai tuberkulosis kelompok usia yang paling
25 tahun, 60% responden memiliki jenis produktif secara ekonomis (15 – 54 tahun),
kelamin laki-laki, 40% responden memiliki diperkirakan seorang dengan TB dewasa,
tingkat pendidikan SMA sederajat, 36% akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
responden tidak bekerja (Tabel 1). Hasil sampai 4 bulan (9). Sehingga diperkirakan
analisis bivariat menunjukkan bahwa pasien dapat merugikan secara ekonomis, TB juga
sembuh dan patuh sebesar 76% (Tabel 2). memberikan dampak buruk secara sosial
Hasil analisis bivariat diperoleh hasil stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
ada hubungan antara kepatuhan minum obat Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
dengan kesembuhan pada pasien TB paru menemukan bahwa kasus terbanyak berada
dewasa. Berdasarkan uji statistik dengan pada usia produktif. Usia produktif
tingkat kemaknaan sebesar 0,1 diperoleh merupakan usia yang aktif beraktivitas diluar
signifikasi 0,072 maka hal tersebut lingkungan rumah sehingga lebih beresiko
menyatakan ada hubungan antara mudah menularnya penyakit TB paru
kepatuhan dengan kesembuhan, namun terutama di lingkungan yang padat.
nilai Contingency Coefficient sebesar 0,246 Penyakit TB paru merupakan suatu
menunjukkan hubungan yang lemah antara penyakit kronis yang dapat menyerang
kepatuhan dengan kesembuhan (Tabel 3). semua lapisan usia, sebagian besar pada
usia yang dewasa karena dapat dikaitkan
PEMBAHASAN dengan tingkat keaktifan, kesiapsiagaan
1. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk bergerak, dan pekerjaan yakni tenaga
Hasil uji validitas kepatuhan diperoleh kerja aktif dapat memungkinkan mudahnya
14 item pada variabel kepatuhan hasilnya terpapar bakteri TB setiap saat dari
valid karena memiliki nilai Pearson penderita, khususnya penderita BTA positif.
Correlation lebih besar dari 0,5923 dan Selain itu, meningkat kebiasaan merokok
signifikansi lebih kecil dari 0,01 sedangkan 1 pada usia muda di negara-negara
item yang tidak valid karena memiliki nilai berkembang juga menjadi salah satu faktor
Pearson Correlation lebih kecil dari 0,5923 yang menyebabkan meningkatnya angka
dan signifikansi yaitu lebih besar dari 0,01. kasus TB paru pada usia produktif (10).

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 28


Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021)
ISSN 2548-6462 (online), ISSN 2088-8740 (print)

Tabel 1. Analisis univariat karakteristik responden


Jumlah Responden
Variabel
n %
Usia
 17 – 25 tahun 21 42
 26 – 35 tahun 20 40
 36 – 45 tahun 9 18
Jenis Kelamin
 Laki-laki 30 60
 Perempuan 20 40
Pendidikan
 Tidak lulus SD 3 6
 Lulus SD 7 14
 Lulus SMP 10 20
 Lulus SMA 20 40
 Lulus Perguruan tinggi 10 20
Pekerjaan
 PNS 6 12
 Wiraswasta 7 14
 Pedagang 9 18
 Petani/buruh 10 20
 Tidak bekerja 18 36

Tabel 2. Hasil analisis kepatuhan minum obat dan kesembuhan pasien TB Paru dewasa
Kesembuhan
Kepatuhan Sembuh Tidak Sembuh Total
n % n %
Patuh 38 76 11 22 49
Tidak patuh 0 0 1 2 1
Total 38 76 12 24 50

Tabel 3. Hasil pengolahan data uji statistik Contingency Coefficient


Approximate
p-value Significance
Nominal by nominal 0,246 0,072
N of valid cases 50

3. Jenis Kelamin
Hal tersebut sama seperti hasil Berdasarkan dari hasil penelitian yang
penelitian yang dilakukan oleh Dotulong diperoleh dapat dilihat pada tabel 1
(2015), dikatakan bahwa penderita penyakit menunjukkan banyaknya penderita pria lebih
tuberkulosis paru terbanyak 67% pada besar dari pada perempuan, diketahui 30
kelompok usia <25 tahun (11). Hal ini responden penelitian adalah berjenis
diasumsikan karena dengan lingkungan kelamin pria (60%), sementara 20 responden
kerja yang padat serta berhubungan dengan adalah wanita (40%). Hal tersebut sesuai
banyak orang juga dapat meningkatkan dengan penelitian Ismah & Novita (2017),
resiko kejaidan TB paru. Lingkungan kerja bahwa jenis kelamin pria sebagai kelompok
tersebut mempermudah pekerja lebih paling banyak menderita TB 70% (12).
banyak menderita TB paru (11). Sesuai juga dengan penelitian Panjaitan
2012, bahwa perbandingan jenis kelamin

Riset Informasi Kesehatan 29


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

pria dan wanita yang menderita TB sebesar (16). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
3:2. Adapun beberapa penyebab pria semakin tinggi kemampuan seseorang untuk
berisiko dari pada perempuan seperti mengantur dan menjaga pola hidup dirinya.
imunitas wanita lebih besar dibanding pria. Hal ini dilakukan supaya tetap berbadan
Kemungkinan lainnya adalah karena perilaku sehat serta tidak terpapar penyakit.
kebiasaan merokok serta minum alkohol Demikian juga sebaliknya semakin rendah
pada pria. Merokok dapat menyebabkan tingkat pendidikan individu maka semakin
peningkatan risiko terkena TB menjadi dua rendah kecakapan individu untuk mengatur
kali lipat (10). dan menjaga pola hidup dirinya, sehingga
mudah terpapar penyakit.
4. Pendidikan Dengan hal ini tingkat pendidikan
Dari hasil yang didapat pada penelitian seseorang juga akan sangat mempengaruhi
dapat dilihat pada tabel 1 diketahui sebagian lingkungan yang memenuhi syarat
besar responden berpendidikan SMA kesehatan, sehingga dengan pengetahuan
sebesar 20 responden (40%). Penelitian yang baik maka individu akan berusaha agar
yang dilakukan oleh Ratnasari 2012 memiliki perilaku hidup yang sehat dan juga
responden (46%) berpendidikan tamat SLTA bersih. Selain itu tingkat pendidikan
pada penelitian di Balai Pengobatan seseorang akan mempengaruhi terhadap
Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit jenis pekerjaannya (17).
Minggiran (13). Sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin 5. Pekerjaan
(2019), adalah tamatan SMA dengan hasil Hasil penelitian yang dapat dilihat pada
penelitian yang menunjukkan bahwa 70% tabel 1 menunjukkan banyaknya penderita
lebih responden sudah lulus pendidikan Tuberkulosis paru sebesar 18 orang (36%)
sekolah menengah atas sehingga responden yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena
dinilai sudah mampu menerima informasi jarak rumah ke tempat pelayanan kesehatan
tentang suatu penyakit, terutama pada sehingga tidak memiliki biaya untuk pergi
penyakit tuberkulosis paru membutuhkan berkunjung dan membuat program yang
pengetahuan yang baik untuk membantu harusnya berjalan enam bulan dan harus
keberhasilan pengobatan (14). Semakin dinyatakan sembuh akhirnya gagal. Akibat
tinggi tingkat pendidikan responden, maka hal tersebut sehingga berakibat pada
semakin baik penerimaan informasi tentang resistensi kuman atau Multi Drugs Resistent
pengobatan penyakitnya sehingga akan yang membuat kuman Tuberkulosis kebal
semakin teratur pengobatannya. terhadap pengobatan kategori I walaupun
Tingkat pendidikan yang rendah, program pengobatan tuberkulosis ini sudah
memiliki pengaruh pada pemahaman di gratiskan oleh pemerintah. Serta penderita
tentang penyakit tuberkulosis. Masyarakat yang tidak bekerja sangat minim sekali
yang tingkat pendidikannya tinggi, tujuh kali pengetahuan dan kebanyakan selalu
lebih waspada terhadap TB paru (gejala, mengabaikan kesehatan dirinya sendiri.
cara penularan, pengobatan) bila Sama hal nya dengan Penelitian yang
dibandingkan dengan masyarakat yang dilakukan oleh Laily et al. (2015)
hanya menempuh pendidikan dasar atau menyatakan bahwa responden yang tidak
lebih rendah. Tingkat pendidikan yang bekerja sebanyak 17 responden atau
rendah dihubungkan dengan rendahnya sebesar 47,2% (18). Dengan ini
tingkat kewaspadaan terhadap penularan TB menggambarkan bahwa keadaan ekonomi
paru (15). pasien tuberkulosis masih sangat rendah.
Menurut Notoadmodjo (2010), tingkat Pekerjaan dilingkungan yang
pendidikan mempengaruhi kemampuan dan memang berdebu dengan paparan partikel
pengetahuan seseorang dalam menerapkan debu di daerah terpapar akan
prilaku hidup sehat, terutama dalam mempengaruhi terjadinya gangguan pada
mencegah terjadinya penyakit Tuberkulosis saluran pernafasan. Paparan kronis udara

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 30


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

yang tercemar dapat meningkatkan responden sebesar 84,2% (5). Hal ini
morbiditas, terutama terjadinya gejala menunjukan kepatuhan dan kesembuhan
penyakit saluran pernafasan dan umumnya seorang penderita TB paru dipengaruhi oleh
TB paru (12). kemauan dan motivasi diri untuk sembuh.
Serta pasien mampu menyadari betapa
6. Hubungan Antara Kepatuhan bahayanya penyakit tuberkulosis kalau tidak
dengan Kesembuhan diobati. Maka dari itu responden minum obat
Dilihat berdasarkan tabel 2 didapatkan sesuai dengan jenis, dosis, cara minum,
nilai kepatuhan 98% tetapi untuk waktu minum dan jumlah hari minum obat
kesembuhan pengobatannya sebesar 76% yang sesuai dianjurkan oleh dokter.
dan yang tidak sembuh sebesar 24% serta Kepatuhan hanya salah satu yang
yang tidak patuh 2%. Dengan ini mempengaruhi kesembuhan. Adapun
kebanyakan pasien yang tidak sembuh terdapat faktor-faktor lain yang dapat
adalah pasien dengan BTA positif karena mempengaruhi kesembuhan pada pasien
pengobatannya lebih dari 6 bulan. Sehingga tuberkulosis seperti faktor dari sistem
semakin lama pengobatan tingkat kepatuhan kesehatan, faktor lingkungan, dukungan dari
pun berkurang. Berdasarkan banyaknya keluarga, pola makannya yang tidak teratur,
faktor yang menyebabkan pasien tidak kurangnya olahraga, dan kurang istirahat.
sembuh dalam berobat mungkin karena pola Sehingga membuat pasien tidak sembuh
makannya yang tidak teratur, kurangnya dalam berobat. tentunya dapat dilihat Dari
olahraga, dan kurang istirahat. beberapa faktor tersebut semuanya sangat
Hasil olah data yaitu hubungan antara mempengaruhi terhadap kesembuhan tetapi
kepatuhan minum obat dengan kesembuhan yang paling penting adalah dukungan dari
pada pasien TB paru Dewasa di Puskesmas keluarga, karena keluarga yang selalu
Kemang Kabupaten Bogor ditunjukan pada mendorong penderita agar patuh dalam
tabel 3. Berdasarkan uji statistik Contingency meminum obatnya, memberikan dorongan
Coefficient dengan tingkat kemaknaan (α) kesembuhan pengobatan dan tidak
0,1 diperoleh nilai signifikansi 0,072 maka menghindari penderita karena
hal tersebut menyatakan ada hubungan penyakitnya(20).
antara kepatuhan dengan kesembuhan,
namun nilai Contingency Coefficient KESIMPULAN
sebesar 0,246 menunjukkan hubungan yang Kesimpulan penelitian ini berdasarkan
lemah antara kepatuhan dengan uji statistik Contingency Coefficient dengan
kesembuhan. Sehingga semakin patuh tingkat kemaknaan (α) 0,1 diperoleh nilai
pasiennya maka kemungkinan untuk signifikansi 0,072 maka hal tersebut
sembuhnya meningkat. Berdasarkan Hal ini menyatakan ada hubungan antara
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh kepatuhan dengan kesembuhan, namun
Febryanto (2016) berdasarkan hasil nilai Contingency Coefficient sebesar 0,246
penelitian dengan uji statistik tingkat menunjukkan hubungan yang lemah antara
kemaknaan didapatkan hasil tolak Ho yang kepatuhan dengan kesembuhan. Sehingga
berarti terdapat suatu hubungan motivasi semakin patuh pasiennya maka
kesembuhan dengan kepatuhan minum obat kemungkinan untuk sembuhnya meningkat.
pada pasien TB paru Dewasa hubungannya
lemah (19). DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan menurut penelitian 1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan
Widiyanto (2017) didapatkan tentang Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis Nomor 67 Tahun 2016 Tentang
di Puskesmas Delanggu Klaten sebagian Penanggulangan Tuberkulosis
besar termasuk kategori patuh yaitu 25 [Internet]. Jakarta, 67 Kementerian
responden sebesar 65,8% dan untuk Kesehatan Republik Indonesia; Dec
kesembuhannya sangat baik dengan 32 22, 2016 p. 1–163.

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 31


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

2. Word Health Organization. Global Kesehatan Republik Indonesia; 2013


Tuberculosis Report 2018 [Internet]. [cited 2021 Jun 4]. 1–472.
Geneva: World Health Organization; 10. Panjaitan F. Karakteristik Penderita
2018 [cited 2021 Jun 4]. 1–243. Tuberkulosis Paru Dewasa Rawat Inap
3. Kementerian Kesehatan Republik Di Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso
Indonesia. Tuberkulosis. Pusat Data Pontianak Periode September -
dan Informasi [Internet]. 2018 [cited November 2010. Jurnal Mahasiswa
2021 Jun 4];1–6. Fakultas Kedokteran Untan [Internet].
4. Kementerian Kesehatan Republik 2013 [cited 2021 Jun 4];1(1).
Indonesia. Pedoman Nasional 11. Dotulong JFJ, Sapulete MR, Kandou
Pengendalian Tuberkulosis [Internet]. GD. Hubungan Faktor Risiko Umur,
Jakarta: Direktorat Jenderal Jenis Kelamin dan Kepadatan Hunian
Pengendalian Penyakit dan Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di
Penyehatan Lingkungan; 2011 [cited Desa Wori Kecamatan Wori. Jurnal
2021 Jun 4]. 1–92. Kedokteran Komunitas dan Tropik
5. Widiyanto A. Hubungan Kepatuhan [Internet]. 2015 Apr 29 [cited 2021 Jun
Minum Obat Dengan Kesembuhan 4];3(2):57–65.
Pasien Tuberkulosis Paru BTA Positif 12. Ismah Z, Novita E. Studi Karakteristik
di Puskesmas Delanggu Kabupaten Pasien Tuberkulosis di Puskesmas
Klaten. Interest: Jurnal Terpadu Ilmu Seberang Ulu 1 Palembang. Unnes
Kesehatan [Internet]. 2016 May [cited Journal of Public Health [Internet].
2021 Jun 4];6(1):1–12. 2017 Oct 15 [cited 2021 Jun
6. Erawatyningsih E, Purwanta, Subekti 4];6(4):218–24.
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 13. Ratanasari N. Hubungan Dukungan
Ketidakpatuhan Berobat pada Sosial dengan Kualitas Hidup Pada
Penderita Tuberkulosis Paru. Faktor- Penderita Tuberculosis Paru (TB
Faktor Yang Mempengaruhi Paru) di Balai Pengobatan Penyakit
Ketidakpatuhan Berobat Pada Paru (BP4) Yogyakarta Unit
Penderita Tuberkulosis Paru [Internet]. Minggiran. Jurnal Tuberkulosis
2009 Jun 21 [cited 2021 Jun Indonesia [Internet]. 2012 [cited 2021
4];25(3):117–24. Jun 4];8(1):7–11.
7. Wibisana SN. Hubungan Kepatuhan 14. Jamaluddin K. Gambaran Tingkat
Terapi TB Paru Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Pada Pasien
Kesembuhan Penderita TB Paru Tuberkulosis di Puskesmas Samata
Primer di RSUP Haji Adam Malik Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Medan Tahun 2016 [Internet]. Gowa [Internet]. Makassar; 2019 Jan
Universitas Sumatera Utara. 2017 [cited 2021 Jun 4].
[cited 2021 Jun 4]. p. 1–67. 15. Waisboard S. Behavioral barriers in
8. Kusumoningrum TA, Susanto N, tuberculosis control: A literature review
Marlinawati VU, Puspitawati T. Silvio Waisbord The CHANGE
Hubungan Dukungan Keluarga dan Project/Academy for Educational
Kepatuhan Minum Obat Terhadap Development [Internet]. The Change
Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Project/Academy for Educational.
(TB) di Kabupaten Bantul. Jurnal Massachusetts ; 2005 [cited 2021 Jun
Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati 4].
[Internet]. 2020 Apr 29 [cited 2021 Jun 16. Notoadmojo S. Metodeologi Penelitian
4];5(1):29 Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta;
9. Kementerian Kesehatan Republik 2018. 1–235.
Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 17. Ghozali DF, Parhusip RS, Sinurat PP.
2012 [Internet]. Jakarta: Kementerian Gambaran Penderita Tuberkulosis
Paru yang Rawat Inap di Rumah Sakit

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 32


M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kesembuhan
Pada Pasien Dewasa Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Kemang Kabupaten Bogor

Umum Daerah Padang Sidimpuan


Tahun 2015 . Jurnal Kedokteran
Methodist Volume 10 Nomor 2 Tahun
2017 [Internet]. 2017 [cited 2021 Jun
4];10(2):1–15.
18. Laily DW, Rombot D v, Lampus BS.
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru
di Puskesmas Tuminting Manado.
JURNAL KEDOKTERAN KOMUNITAS
DAN TROPIK [Internet]. 2015 Feb 5
[cited 2021 Jun 4];3(1):1–5.
19. Febryanto D, Ngapiyem R. Hubungan
Motivasi Kesembuhan Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Dewasa di RS
Khusus Paru Respira Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan [Internet]. 2016 [cited
2021 Jun 4];4(1):27–33.
20. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Kepatuhan
Pasien: Faktor Penting Dalam
Keberhasilan Terapi. InfoPOM
[Internet]. 2006 [cited 2021 Jun
4];7(5):1–11.

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 10, No. 1 (Juni 2021) 33

Anda mungkin juga menyukai