Originality Assessment
v 8.0.1 - WML 3
FILE - CHEK PLAGIASI TA_DIKRY SADA_18700136.PDF
13 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tuberkulosis menjadi masalah utama
kesehatan global dengan perkiraan 10,4 juta kasus tuberkulosis baru di seluruh dunia.
tertinggi penyebab kematian dengan agen infeksi tunggal. Pada tahun 2016, di 1,7 juta
pada tahun 2000). 22 Kasus terbanyak tuberkulosis berada di Asia Tenggara dengan
presentase 45% , disusul dengan Afrika 25%, Pasifik Barat 17%, Timur tengah 7%, Eropa 3%
dan Negara-negara Amerika 3%. Sedangkan untuk peringkat 5 negara tertinggi penderita
tuberkulosis (56% kasus tuberkulosis Dunia) adalah 42 India, Indonesia, China, Filipina, dan
tuberkulosis juga menyerang beberapa organ lain selain paru seperti sumsum tulang
belakang, hepar, limfa, ginjal, tulang dan otak melalui rute hematogen. Menular melalui
kuman yang terdapat dalam dahak saat batuk dan bersin (airborne). (Sari et al., 2017)
pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan atau karena keluhan lain. Gejala klasik
seperti batuk 18 berdahak lebih dari tiga hari yang tidak sembuh dengan pengobatan
biasa, demam, berkeringat dimalam hari. Jika tidak ditangani, tuberkulosis menyebabkan
kerusakan jaringan progresif dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Oktavienty et al.,
2019) 7 Terapi Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6 – 8 bulan. 10 Apabila tidak dapat
pasien dan keluarganya dengan penyedia layanan kesehatan, khususnya dokter harus
terjalin dengan baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
seseorang untuk meminum obat, yaitu antara lain: usia, pekerjaan, waktu luang,
pengawasan, jenis obat, dosis obat, dan penyuluhan dari petugas Kesehatan (Oktavienty et
al., 2019) Penulis tertarik untuk meneliti melalui review jurnal penelitian tentang Hubungan
Kepatuhan 18 pasien tuberkulosis paru karena dalam beberapa kasus terjadi resistensi obat
akibat dari terapi obat yang tidak tertib sehingga pengobatan harus menggunakan obat
yang lebih paten dan terapi yang lebih lama. Agar masyarakat sadar bahwa pengobatan
secara tuntas agar mempercepat pemulihan dan menekan biaya terapi. (Ait-Khaled &
Manfaat Bagi Institusi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi dalam
menanamkan minat, motivasi dan sikap dari mahasiswa sehingga dapat meningkatkan
mengikuti instruksi-instruksi atau saran medis (Düsing et al., 2001). Terkait dengan terapi
obat, kepatuhan pasien didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara riwayat dosis yang
sebenarnya dengan rejimen dosis obat yang diresepkan. Oleh karena itu, pengukuran
yaitu bagaimana nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat seharusnya diminum
memiliki riwayat pengambilan obat terapeutik terhadap resep pengobatan (Ait-Khaled &
Enarson, 2003) Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap
penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang,
jumlah tersebut bahkan lebih rendah (Ait-Khaled & Enarson, 2003) Tipe-tipe
obat sama sekali. 2. Tidak meminum obat dalam dosis yang tepat (terlalu kecil atau
besar). 3. Meminum obat untuk alasan yang salah. 4. Jarak waktu meminum obat yang
factors), faktor yang mendahului perilaku seseorang yang akan mendorong untuk
kelompok untuk melakukan tindakan yang berwujud lingkungan fisik, tersedianya fasilitas
dan sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana kesehatan, waktu pelayanan, dan
dukungan keluarga, teman, guru, majikan, penyedia layanan kesehatan, pemimpin serta
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah Tuberkulosis Paru Primer,
adalah suatu keradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
menyerang anak-anak pada usia 1-3 tahun. Tuberkulosis paru post-primer (reflection)
alsagaff, 2010) 2. Cara penularan dan faktor resiko Sebagian besar basil Mikobakterium
Tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru mealui airborne 6 Infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari Ghon. 28 Pada stadium
hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran 27 akan berhenti bila jumlah kuman yang
masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil
Basil tersebut berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit
pada suhu 80℃, dan 20 menit pada suhu 60℃,dan mudah mati apabila terkena sinar
ultraviolet (sinar matahari) pada suhu basil tuberculosis tahan hidup berbulan bulan pada
suu kamar dan dalam ruangan lembab Penularan 20 yang sering terjadi ialah melalui
saluran yang dikenal sebakagi droplet infection dimana basil tuberkulosis dapat masuk
sampai ke alveol. Penularan Lebih mudah terjasi apabila 6 ada hubungan yang erat dan
lama dengan penderita tuberculosis aktif, yakni golongan penderita yang dikenal sebagai
open case. Bentuk penularan yang lain adalah melalui debu yang berterbangan di 7 udara
yang mengandung basil tuberculosis (prof. dr. hood alsagaff, 2010) 3. Manifestasi klinis
7 Terjadi kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative (prof. dr.
hood alsagaff, 2010) b. Tuberkulosis primer laten (laten primary tuberculosis). 1) Tanda-
tanda 32 infeksi sudah kelihatan tetapi luas dan aktivitas penyakit tidak dapat diketahui. 2)
Uji kulit dengan tuberculin (PPD) masih negatif. 3) Radiologis tidak tampak kelainan c.
Tuberkulosis primer yang 34 manifest (manifest primary tuberculosis) uji kulit tuberculin
ada klasifikasi di hilus atau parenkim paru 2) Tuberkulosis primer dengan 7 pembesaran
kelenjar limfe mediastinum, hilus dan para trakea. 3) Tuberkulosis primer dengan
komplikasi = Epituberkulosis. Akibat adanya proses endobronkial, pembesaran kelenjar,
sembab mukosa, penebalan jaringan granulasi, penyumbatan oleh secret yang kental,
perforasi atau steanosis 20 yang dapat menyebabkan kelainan parenkim paru, distal dari
bronkus dengan akibat atelectasis dan emfisema. 4) Tuberkulosis primer progresif dengan
b) Sumber penyebaran berasal dari parenkim paru atau dari caseus node yang pecah ke
basil tahan asam dalam sputum Dalam kerangka DOTS (directly observed treatment short
diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis, dengan cara 3 kali pemeriksaan hapusan basil
tahan asam dari sputum (SPS = sewaktu, pagi, sewaktu) c. Diagnosis Radiologis Gambaran
mengurangi risiko terjadinya tuberkulosis resisten obat akibat monoterapi. 19 Dengan KDT
pasien tidak dapat memilih obat yang diminum, jumlah butir obat yang harus diminum
lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien dan kesalahan resep oleh
dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat badan. Dosis harian KDT di Indonesia
distandarisasi menjadi empat kelompok berat badan 30-37 kg BB, 38-54 kg BB, 55-70 kg
serta kualitas hidup. 2. Mencegah terjadinya kematian oleh karena tuberkulosis atau
resisten obat b. Prinsip Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen
upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman tuberkulosis.
Dengan prinsip : 1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
dosis yang tepat. 3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
10 1. Tahap Awal yaitu pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
dalam tubuh pasien dan meminimalisisr pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
tahap awal pasien baru harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya, dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu. 2. Tapap Lanjutan yaitu tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman
persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. d. Obat
Anti Toberkulosis (OAT) 1. Izoniazid (H) Isoniazid dikenal dengan INH, bersifat
tuberkulostatik dan tuberkulosid dengan KHM (kadar hambat minimum) sekitar 0,025-0,05
μg/ mL. Efek bakterisidnya hanya terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif.
Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui, namun ada pendapat bahwa efek utamanya
adalah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur
penting penyusun dinding sel mikobakterium (Veryanti et al., 2019). Dosis harian yang
dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
11 Efek samping INH yang ringan dapat berupa tanda- tanda keracunan pada saraf tepi,
kesemutan 1 dan nyeri otot atau gangguan kesadaran. Efek ini dapat dikurangi dengan
pemberian piridoksin (vitamin B6 dengan dosis 5-10 mg perhari atau dengan vitamin B
pemberian OAT dapat diteruskan sesuai dosis (Utarini et al., 2011) Efek samping berat
dari INH berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5 % penderita. Bila terjadi
ikterus, hentikan pengobatan sampai ikterus membaik. Bila tanda-tanda hepatitisnya berat
maka penderita harus dirujuk ke UPK (unit pelayanan kesehatan) spesialistik (Utarini et al.,
semidormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin terutama aktif
terbentuknya rantai dalam sintesis RNA. Dosis rifampisin 10 mg/kg BB diberikan untuk
mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu (Utarini et al., 2011) Efek samping
rifampisin yang ringan dapat berupa sindrom kulit (gatal gatal kemerahan), sindrom flu
(demam, menggigil, nyeri tulang), sindrom perut 3 (nyeri perut, mual, muntah, kadang-
kadang diare). Efek Samping ringan sering terjadi pada saat pemberian berkala dan dapat
menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur. Hasil ini harus
diberitahukan kepada penderita agar penderita tidak khawatir. 3 Warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya (Utarini et al., 2011) Efek
haemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin
harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi meskipun gejalanya sudah menghilang.
Sebaiknya segera dirujuk ke UPK spesialistik (Utarini et al., 2011) 3. 1 Pirazinamid (Z)
Pirazinamid bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui secara pasti. Dosis harian yang
diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB (Utarini et al., 2011) Efek samping utama dari
penggunaan pirazinamid adalah hepatitis. 3 Juga dapat terjadi nyeri sendi dan kadang-
kadang dapat menyebabkan serangan arthritis gout yang kemungkinan disebabkan
hipersensitivitas misalnya demam, mual, kemerahan 1 dan reaksi kulit yang lain (Utarini et
al., 2011) 4. Etambutol (E) Etambutol bersifat sebagai bakteriostatik. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat pemasukan (incorporation) asam mikolat kedalam dinding sel
intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB (Utarini et al., 2011) Etambutol
buta warna 3 untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler
tersebut tergantung pada dosis yang dipakai. 1 Efek samping jarang terjadi bila dosisnya
15-25 mg/kg BB per hari atau 30 mg/kg BB yang diberikan tiga kali seminggu (Utarini et al.,
2011) Setiap penderita yang menerima etambutol harus diingatkan bahwa bila terjadi
13 Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan. Karena risiko kerusakan okuler sulit dideteksi pada anak-anak, maka etambutol
sebaiknya tidak diberikan pada anak (Utarini et al., 2011) 5. Streptomisin 1 Streptomisin
bersifat bakterisid dengan mekanisme kerja menghambat sintesis protein sel mikroba, yaitu
mengubah bentuk bagian 30 S sehingga mengakibatkan salah baca kode mRNA (Veryanti
et al., 2019). Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60
tahun dosisnya 0,75 gram/ hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan
0,50 gram/ hari (Utarini et al., 2011) Efek samping utama dari streptomisin adalah
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang
digunakan dan umur penderita. Kerusakan alat keseimbangan biasanya terjadi pada 2
bulan pertama dengan tanda-tanda telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya
dikurangi menjadi 0,25 g, jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan
makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).Risiko ini terutama akan
meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Reaksi hipersensitivitas
kadang-kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai dengan sakit kepala,
muntah dan eritema pada kulit. Hentikan pengobatan dan segera rujuk penderita ke UPK
spesialistik (Utarini et al., 2011). Efek samping sementara dan ringan misalnya reaksi
setempat pada bekas suntikan, rasa kesemutan pada sekitar mulut dan telinga yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu (jarang
terjadi) maka dosis dapat dikurangi menjadi 0,25 g. Streptomisin dapat menembus barrier
14 plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanit hamil sebab dapat merusak saraf
pendengaran janin. (Utarini et al., 2011). Paduan 1 OAT yang digunakan oleh Program
dan IUATLD (Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease). Paduan OAT
disediakan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT). Tablet OAT
KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien dalam
satu masa pengobatan (Utarini et al., 2011). Tabel II. 1: 5 OAT Lini Pertama Jenis Sifat
Efek samping Isoniazid Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hati,
merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skinrash, sesak nafas, anemia
Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer Sumber : (prof. dr. hood alsagaff, 2010)
15 Tabel II. 2: Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa OAT Dosis
rekomendasi Harian 3 kali per minggu Dosis (mg/kgB B) Maksimu m (mg) Dosis (mg/kgB B)
Maksimu m (mg) Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900 Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg per hari, beberapa pedoman
merekomendasikan 21 dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan
berat badan di bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg per
hari. Tabel II. 3: 24 OAT yang digunakan dalam Pengobatan tuberkulosis MDR Jenis Sifat
Efek samping Golongan 1 : OAT Lini pertama oral Pirazinamid Bakterisidal Gangguan
penglihatan, buta warna, neuritis perifer Golongan 2 : OAT Suntikan Kanamycin (Km)
Bakterisidal Km, Am, Cm memberikan efek samping seperti streptomycin Amikacin (Am)
16 Levofloksasin Bakterisidal Mual, muntah, sakit kepala, pusing, sulit tidur Moksifloksasin
Bakterisidal Mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, nyeri sendi Golongan 4 : OAT Lini
gangguan fungsi hati dan pembekuan darah Cycloserine Bakteriostatik Gangguan ssp, sulit
rontok,ginekomasti, gangguan siklus menstruasi Golongan 5 : obat yang masih belum jelas
Khaled & Enarson, 2003) Paduan 1 OAT yang digunakan oleh Program Nasional
yaitu: 1. Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 Paduan OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E). Regimen tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE) pada tahap intensif, sedangkan Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) diberikan setiap 3
kali dalam seminggu selama 4 bulan (4(HR)3) pada tahap lanjutan. Paduan OAT ini
diberikan untuk pasien baru : a. Pasien baru 36 tuberkulosis paru BTA positif b. Pasien
tuberkulosis paru BTA negatif foto toraks positif c. Pasien tuberkulosis ekstra paru Tabel II.
tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT Sumber : (Ait-Khaled & Enarson, 2003) 2. Kategori 2:
berikut: a. Fase intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) dan suntikan
Streptomisin setiap hari. Setelah itu dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin
(R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari. b. Fase lanjutan dilakukan selama 5
bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. 35 Perlu diperhatikan bahwa
suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Paduan OAT ini
diberikan untuk pasien 29 BTA positif yang telah diobati sebelumnya yaitu pasien kambuh,
pasien gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat. Tabel II. 5: Dosis
untuk paduan 1 OAT KDT kategori 2 Berat Badan (kg) Tahap intensif tiap hari selama 56
KDT + 500 mg Streptomisin injeksi 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab Etambutol 38 – 54 3
tab 4 KDT + 750 mg Streptomisin injeksi 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab Etambutol 55 –
70 4 tab 4 KDT + 1000 mg Streptomisin injeksi 4 tab 4 KDT 4 tab 12 2 KDT + 4 tab
Etambutol ≥ 71 5 tab 4 KDT + 1000 mg Streptomisin injeksi 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5
tab Etambutol Sumber : (PENGENDALIAN, 2011) 6. Evaluasi pengobatan Tabel II. 6: Deinisi
hasil pengobatan Hasil Deinisi Sembuh Pasien tuberkulosis paru dengan konirmasi
bakteriologis pada awal pengobatan dan apusan dahak BTA negatif atau biakan negatif
tuberkulosis yang telah menyelesaikan pengobatan tetapi tidak memiliki bukti gagal
TETAPI tidak memiliki rekam medis yang menunjukkan apusan dahak BTA atau biakan
negatif pada akhir pengobatan dan satu kesempatan sebelumnya, baik karena tidak
bulan kelima atau setelahnya selama pengobatan. Termasuk juga dalam deinisi ini adalah
pasien dengan strain kuman resisten obat yang didapatkan selama pengobatan baik
apusan dahak BTA negatif atau positif. Meninggal Pasien tuberkulosis yang meninggal
dengan alasan apapun sebelum dan selama pengobatan. Putus obat (pada revisi guideline
who 2013 deisini ini direvisi menjadi “tidak dapat dilacak”) Pasien tuberkulosis yang tidak
lebih. Dipindahkan (pada revisi guideline who 2013 deisini ini direvisi menjadi “tidak
dievaluasi”) Pasien yang dipindahkan ke rekam medis atau pelaporan lain dan hasil
status hasil pengobatan sembuh dan lengkap Sumber : (Utarini et al., 2011) a. Evaluasi
klinis Berat badan pasien harus dipantau setiap bulan dan dosis OAT disesuaikan dengan
perubahan berat badan. Respons pengobatan tuberkulosis paru dipantau dengan apusan
dahak BTA.2 Perlu dibuat rekam medis tertulis yang berisi seluruh obat yang diberikan,
respons bakteriologis, resistensi obat dan reaksi tidak diinginkan untuk setiap pasien pada
BTA pada akhir fase intensif pengobatan untuk pasien yang diobati dengan OAT lini
pertama baik kasus baru dan pengobatan ulang. Apusan dahak BTA dilakukan pada akhir
bulan kedua (2RHZE/4RH) untuk kasus baru dan akhir bulan ketiga (2RHZES/1RHZE/5RHE)
untuk kasus pengobatan ulang. Rekomendasi ini juga berlaku untuk pasien dengan apusan
21 Kepatuhan Minum obat Kesembuhan pasien Gambar III. 1 : Bagan Alur Pendekatan
Masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain Penelitian ini adalah
Study Literatur review yang menggunakan penelitian sebelumnya sebagai acuan penarikan
yaitu bisa dengan mudah membuat keputusan 18 yang tidak memiliki banyak waktu
mencari berbagai bukti primer yang jumlahnya sangat banyak dan menelitinya satu
persatu. Studi literatur 7 ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat kepatuhan minum obat
dengan kesembuhan pasien tuberkulosis paru BTA positif, dimana sumber dari database ini
diperoleh dari penelusuran ilmiah terpercaya dari rentang tahun 2011-2021 jurnal nasional
dan internasional. Beberapa referensi yang dapat dicari dalam jurnal untuk Study Literatur
Pasien tuberkulosis paru BTA positif Penelusuran Literatur Tingkat kepatuhan minum obat
22 Pencarian pada situs proquest ( n =76 ) Gambar III. 2: Tahapan Literatur Review B.
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah ialah suatu proses dan hasil dari pengenalan
antara proses yang lain, karena hal tersebut menentukan suatu kualitas penelitian. Dalam
penelitian. C. Tahapan Literatur Review Tahapan dalam literatur review adalah: Jurnal
yang dapat di analisia sesuai dengan kriteria penelitian n = 4 Pencarian pada situs Google
Scholar ( n = 859 ) Pencarian pada situs Science Direct ( n = 76 ) Jumlah jurnal yang telah
screenning: 1. Tipe jurnal (Full text, review) 2. Jurnal terbit dalam waktu 10 tahun Jurnal
dengan Full text ( n = 25 ) Jurnal yang dapat diakses Penuh ( full text ) n = 1.011
23 Keterangan: n : adalah jumlah hasil yang dicari pada Science Direct, Google Scholar
memilih permasalahan dan pembahasan dalam Studi literatur ini. Menggunakan data
melalui website portal jurnal yang dapat diakses dengan menggunakan kata kunci yaitu
judul jurnal, tahun terbit, topic permasalahan dan tipe jurnal. Data di dapatkan dari
penyediaan laman jurnal internasional yang dapat diakses secara bebas. E. Penelitian 25
dimaksud adalah penilaian sumber data jurnal yang layak dengan kriteria:
terdapat DOI, Peer Review, Journal Impact Factors (JIF), IP (impact paper). Kriteria
tersebut dapat membatalkan jurnal dan data yang sudah didapat untuk di analisa lebih
lanjut F. Ekstrasi Data Ekstrasi data 20 ini bisa dilakukan jika pada semua data-data yang
memenuhi syarat sudah diklasifikasikan untuk data-data yang sudah ada. Setelah proses
screening dikerjakan maka hasil dari ekstrasi data ini bisa diketahui pasti dari jumlah awal
data yang sudah dimiliki yang masih memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisa lebih
relevan
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil telaah jurnal
penelitian yang sudah dibuat oleh beberapa peneliti mengenai Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Dalam Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tabel IV.I No, Penulis, Tahun, Hasil
Penelitian no Peneliti Tahun Judul Hasil Pemelitian 1 Renny Wulan Apriliyasari, Fitria
Wulandari, Nurulistyawa n Tri Purnanto 2014 Hubungan Antara 6 Kepatuhan Minum Obat
Dengan Tingkat Kesembuhan Pengobatan Pasien Tuberculosis Paru Di BKPM Wilayah Pati
2,4 42 93,3 Tidak Patuh 0 0 3 6,6 3 6,6 Jumlah 38 84,4 12 26,6 45 100 2 Aris Widiyanto
2016 Hubungan kepatuhan minum obat dengan kesembuhan Pasien tuberkulosis paru bta
Tidak Sembuh Total 6 n % n % n % Patuh 24 63,2 1 2,6 25 65,8 Tidak Patuh 8 21,1 5 13,2
25 3 M. Kenli Kendi Tampoliu, Yunia Kartika, Gita Puspita Heryani 2021 Hubungan 7
kepatuhan minum obat terhadap kesembuhan pada pasien dewasa tuberkulosis paru di
Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor Kesembuhan Pasien Kepatuhan Sembuh Tidak
Obat Dan Status Gizi Dengan Kesembuhan PasienTuberk ulosis Paru Di Kecamatan Katobu
% Patuh 19 31.1 6 9.8 25 41 Tidak Patuh 13 21.3 23 37.7 36 59 Jumlah 32 52,6 29 47,5 61
100 5 Tri Anisa Kusumoningr um, Nugroho Susanto, V. Utari Marlinawati, Theresia
Puspitawati 2020 Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat terhadap
Kepatuhan Sembuh Tidak Sembuh Total n % n % n % Patuh 13 33,3 17 43,6 30 76,9 Tidak
untuk Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien TBParu Di Wilayah Kerja Puskesmas Aek
Jumlah 18 60 12 40 30 100
27 B. Pembahasan Berikut gambar diagram batang pada hasil penelitian oleh Renny
Wulan Apriliyasari, Dkk 2014 terkait Hubungan 7 kepatuhan minum obat terhadap
kesembuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru di BKPM Wilayah Pati. Pada Tabel IV.I.
Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 1 Berikut gambar diagram batang pada hasil
penelitian oleh Aris Widiyanto 2017 terkait Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan
Klaten. Pada Tabel IV.I. Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 2 Berikut gambar diagram
batang pada hasil penelitian oleh M. Kenli Kendi Tampoliu dkk, 2021 terkait Hubungan 6
kepatuhan minum obat terhadap kesembuhan 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 patuh tidak
Patuh Sembuh Tidak Sembuh 0 5 10 15 20 25 30 Patuh Tidak Patuh Sembuh Tidak Sembuh
28 pada pasien dewasa tuberkulosis paru di Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor. Pada
Tabel IV.I. Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 3 Berikut gambar diagram batang pada
hasil penelitian oleh Muhajir dkk, 2019 terkait Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dan
Kabupaten Muna. Pada Tabel IV.I. Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 4 Berikut
gambar diagram batang pada hasil penelitian oleh Tri Anisa Kusumoningrum dkk, 2020
Kabupaten Bantul. Pada Tabel IV.I. Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 5 Berikut
gambar diagram batang pada hasil penelitian oleh Masriati Lubis dkk, 2020 Hubungan
Kepatuhan Pasien TB-Paru untuk Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien TB-Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Aek Kanopan Kabupaten Labuhanbatu Utara Pada Tabel IV.I.
Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 6 Berikut gambar diagram batang pada hasil
penelitian oleh Nuha Muniroh dkk, 2013 terkait Faktor-faktor yang berhubungan
mangkang Semarang barat Pada Tabel IV.I. Perbandingan Hasil Penelitian Nomor 7 0 5 10
30 Dari beberapa penelitian diatas dapat diuraikan satu persatu dimulai dari penelitian
Penelitian Pertama Renny Wul, dkk (2014) yang 7 bertujuan untuk mengetahui Hubungan
BKPM Wilayah Pati. 39 Jenis Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif studi korelasi
(Correlation study) dengan rancangan Cross Sectional (belah lintang). 7 Pada penelitian
ini populasinya adalah pasien Tuberkulosis Paru dengan BTA positif yang melakukan
pemeriksaan di tanggal 2 Mei- 17 Juni Tahun 2014 di BKPM wilayah pati didapatkan hasil
45 Pasien yang dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan kategori yaitu
kesembuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru di BKPM Wilayah Pati. Penelitian ke-
Dua Aris Widiyanto, dkk (2016) yang 7 bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Bta Positif Di Puskesmas
31 Delanggu Kabupaten Klaten. 4 Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru
menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38
bahwa ada hubungan Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien
Tuberkulosis Paru Bta Positif Di Puskesmas Delanggu Kabupaten Klaten. Penelitian ke-Tiga
8 M. Kenli Kendi Tampoliu, dkk (2021) yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan
kepatuhan minum obat terhadap kesembuhan pada pasien dewasa tuberkulosis paru di
Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor. 6 Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
responden TB yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan
data dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2020. Didapatkan Responden 50 Pasien
Kemang Kabupaten Bogor. Ke Empat Muhajir, Adius Kusnan,, dkk (2021) yang 4
bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dan Status Gizi Dengan
Penelitian ini telah di laksanakan pada tanggal 23 sampai 30 Juli 2020 di Puskesmas Katobu
penelitian 2 adalah pasien TB yang telah menjalani pengobatan TB paru selama 6 bulan
mulai Januari sampai Juni 2019. Didapatkan Responden 61 Pasien yang dikelompokkan
diperoleh Kesimpulan 6 bahwa ada Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dan Status Gizi
Penelitian ke-Lima Tri Anisa Kusumoningrum, dkk (2020) yang 4 bertujuan untuk
independen yaitu dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat penderita TB dengan
Jenis penelitian menggunakan rancangan cross sectional untuk mencari hubungan antara
Variabel independen yaitu dukungan keluarga dan 6 kepatuhan minum obat penderita TB
yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan
pada bulan Februari sampai Juli 2020. Didapatkan Responden 39 Pasien yang
Analisa Hasil diperoleh Kesimpulan bahwa tidak ada Hubungan 7 kepatuhan minum obat
terhadap kesembuhan pada pasien dewasa tuberkulosis paru di Puskesmas puskesmas
bantul. Penelitian ke-Enam Masriati Lubis, dkk (2020) yang 4 bertujuan untuk mengetahui
33 Obat Dengan Kesembuhan Pasien TB-Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Kanopan
Kabupaten Labuhanbatu Utara. Jenis penelitian Desain penelitian ini korelasi dengan
inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2020.
tidak 4 ada Hubungan kepatuhan minum obat terhadap kesembuhan pada pasien
ke-Tujuh Nuha Muniroh, dkk (2013) yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang
kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik dan rancangan penelitian ini
data dilakukan pada bulan Juli 2012. Didapatkan Responden 30 pasien yang
Analisa Hasil diperoleh Kesimpulan bahwa 4 ada Hubungan kepatuhan minum obat
barat.
34 Dari 7 penelitian yang telah Saya amati didapatkan bahwa lima dari tujuh penelitian
Paru. Sedangkan 2 penelitian menyatakan tidak berhubungan, 20 hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan banyak faktor seperti Status Gizi, Usia, Ekonomi, Keparahan sebelum berobat
dilakukan penelitian lanjut mengenai Tingkat kepatuhan minum obat dalam kesembuhan
pasien tuberkulosis dengan metode yang lain. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam
Tingkat kepatuhan minum obat dalam kesembuhan pasien tuberkulosis agar bisa
36 Daftar pustaka Ait-Khaled, N., & Enarson, D. A. (2003). TUBERCULOSIS A Manual for
Medical Students. Who, 148. Ali, S. M., Kandaou, G. D., & Kaunang, W. P. J. (2019). Faktor -
Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Siko Kota Ternate. Stikes Graha Medika Nursing Journals, 2(1), 1–10.
isolates in the Eastern Province of KSA. Journal of Taibah University Medical Sciences, 15(1),
Jaya District. 2(1), 59–66. Ariani, N. W., Rattu, A. J. M., & Ratag, B. (2015). 4 Faktor-Faktor
Wilayah Kerja Puskesmas Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Jikmu, 5(2),
157–168. Atika, I., Munir, S. M., & Inayah. (2015). Gambaran angka kesembuhan pasien
tuberkulosis (TB) paru di RSUD Petala Bumi Pekanbaru periode Januari 2011-Desember
2013. J Chem Inf Model, 53(9), 1689–1699. de Martino, M., Lodi, L., Galli, L., & Chiappini, E.
In The Coimbra District , 2000-2011 Reproduced with permission of the copyright owner .
Further reproduction prohibited without. Fitri, L. D. (2018). 7 Kepatuhan Minum Obat pada
Gendhis. 6 (2011). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. Gunawan, A. R. S., Simbolon, R. L., & Fauzia, D. (2017). Pasien
Fk, Gunawan, A(2), 1–20. Harding, E. (2020). WHO global progress report on tuberculosis
6 Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tbc Regimen Kategori I Di
Akper, K., & Majalengka, Y. (2015). MEDISINA Jurnal Keperawatan dan Kesehatan AKPER
YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015. I. Kurniawan, Nurmasadi , Siti Rahmalia HD,
JAKARTA 2016 Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global . Dengan
upaya pengendalian yang telah tuberkulosis diperk. Mando, N. J., Widodo, D., &
Pada Pasien TB Di Puskesmas Janti Kota Malang. Nursing News : Jurnal Ilmiah Keperawatan,
De, Lodi, L., Galli, L., Kesehatan, D. I., & Florence, U. (2019). Respon Kebal terhadap 6
(2016). 1 1,2,3. 15–25. Netty, N., Kasman, K., & Ayu, S. D. (2018). Hubungan Peran Petugas
38 Obat Pada Penderita Tuberkulosis (Tb) Paru Bta Positif Di Wilayah Kerja Upt.
https://doi.org/10.31602/ann.v5i1.1728 Nimmo, C., Millard, J., van Dorp, L., Brien, K.,
Moodley, S., Wolf, A., Grant, A. D., Padayatchi, N., Pym, A. S., Balloux, F., & O’Donnell, M.
(2019). 4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Tuberkulosis Paru (TB) di UPT Peskesmas Simalingkar Kota Medan. Jurnal Dunia Farmasi,
Penanggulangan Nasipnal TB 2009 (P. Dr.Asik Surya,MPPM Dr. Carmelia basri, M.Epid Prof.
Dr.Sudijanto Kamso,MPH (ed.)). Kemenkes. prof. dr. hood alsagaff, dr. H. A. M. (2010). 6
Christianto, E., & Indra, Y. (2013). Gambaran Status Gizi 7 Pada Pasien Tuberkulosis Paru
(Tb Paru) Yang Menjalani Rawat Jalan Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Rusman, R., & Basri K, S. (2019). 4
Faktor yang Mempengaruhi Penderita TB Paru Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti
(2019). 4 Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tb
Paru Berdasarkan Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulsari, Kabupaten
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis
Pada Pasien Tb Paru Di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2019. Jurnal Riset Hesti Medan
39 Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta
Di Wilayah Puskesmas Kota Yapen Serui. Jurnal Keperawatan Tropis Papua, 3(1), 133–138.
International, 9(48), 124–125. Tukayo, I. J. H., Hardyanti, S., & Madeso, M. S. (2020). 6
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Waena. Jurnal Keperawatan Tropis Papua, 3(1), 145–150.
& Pertiwi, D. (2019). 7 Potensi Interaksi Obat Anti Tuberkulosis di Instalasi Rawat Inap
RSUD X Jakarta Periode 2016. Saintech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 12(1), 23–31.
Warliah, L., Rohman, A. S., & Rusmin, P. H. (2012a). Model Development of Air Volume and
E., Dejene, T. A., Gebremichael, M. W., Brynildsrud, O., Tønjum, T., & Yimer, S. A. (2021).
sectional study in Tigray Region, Ethiopia. Journal of Global Antimicrobial Resistance, 24,
Journal : The Journal of Medical Association of Malawi, 19(2), 82–86. Widiyanto, A. (2017).
4 Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru BTA
Positif Di Puskesmas
subjects with basic diseases. 2. Clinical studies of INH and RFP therapy on tuberculous
patients with liver diseases. In Kekkaku (Vol. 62, Issue 12). Yuda, A. (2018). Hubungan
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Zhan, L., Wang, J., Wang, L., & Qin, C. (2020).