Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323112612

Technique of Labiopalatoschizis Surgery

Article · April 2014

CITATION READS

1 3,306

2 authors:

Hendry Irawan Inez Kartika


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
27 PUBLICATIONS   48 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hendry Irawan on 11 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNIK

Teknik Operasi Labiopalatoskizis


Hendry Irawan, Kartika
Dokter Internship RSUD Datu Sanggul, Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia

ABSTRAK
Labiopalatoskizis merupakan malformasi wajah yang terjadi pada 1 dari 700 kelahiran di dunia yang dapat berkaitan dengan sindrom tertentu
atau pun tidak. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendiagnosis dan menentukan klasifikasi labiopalatoskizis. Proses terapi ini
memerlukan kerja sama tim dengan berbagai keahlian. Berbagai teknik operasi telah dikembangkan untuk mengatasi kelainan ini.

Kata kunci: labiopalatoskizis, teknik, operasi

ABSTRACT
Labiopalatoschizis is a facial malformation that occurs about 1 of 700 births in the world, which can be associated with particular syndrome
or not. History taking and physical examination were performed to diagnose and determine classification of labiopalatoschizis. The treatment
process requires teamwork of various expertises. Various surgical techniques have been developed to overcome this abnormality. Hendry
Irawan, Kartika. Technique of Labiopalatoschizis Surgery.

Key words: labiopalatoschizis, technique, surgery

PENDAHULUAN Indonesia mencapai 5.000-6.000 kasus per proporsi kelainan ini di Amerika Serikat:
Labioskizis, yang umum dikenal dalam tahun5, diperkirakan akan bertambah 6.000- 45% celah lengkap pada bibir, alveolus, dan
masyarakat sebagai bibir sumbing/celah 7.000 kasus per tahun. Namun karena berbagai palatum; 25% celah bibir, alveolus, atau
bibir, dengan atau tanpa celah langit-langit/ kendala, jumlah penderita yang bisa dioperasi keduanya; dan 30% celah palatum.3 Penelitian
palatum (palatoskizis) adalah malformasi jauh dari ideal, hanya sekitar 1.000-1.500 di Hawaii (1986-2003) membandingkan
wajah yang umum di masyarakat, terjadi pasien per tahun yang mendapat kesempatan angka kejadian bibir sumbing dan celah
hampir pada 1 dari 700 kelahiran di dunia.1 menjalani operasi. Beberapa kendalanya palatum dengan bibir sumbing saja yaitu
Pada populasi prenatal, banyak janin dengan adalah minimnya tenaga dokter, kurangnya sebesar 3,2% dan 1,0%.2,3 Insidens terbanyak
labiopalatoskizis dan palatoskizis memiliki informasi masyarakat tentang pengobatannya, pada orang Asia dan Amerika dibandingkan
kelainan kromosom atau kelainan lain yang dan mahalnya biaya operasi.5 orang kulit hitam.6
membuatnya tidak mampu bertahan hidup.
Dengan demikian, insidens labiopalatoskizis EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
dan palatoskizis pada populasi prenatal Bibir sumbing dan celah palatum merupakan Berbagai macam penyebab dikaitkan dengan
lebih besar dibandingkan dengan populasi kelainan kongenital yang paling sering kelainan bibir sumbing dengan atau tanpa
postnatal.2 ditemukan di daerah kepala dan leher. Insidens celah palatum. Kelainan bibir sumbing dan
bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum celah palatum dapat berhubungan dengan
Anak dengan labioskizis, labiopalatoskizis, adalah 1 dari 2.000 kelahiran di Amerika Serikat. malformasi atau sindrom tertentu yang
atau palatoskizis dapat memiliki beberapa Insidens bibir sumbing dengan atau tanpa dikenal dengan kelainan sindromik (Tabel 1),
hendaya fisik yang disebabkan oleh kelainan celah palatum bervariasi berdasarkan etnis, bila kelainan ini tidak berhubungan dengan
lain yang biasanya menyertai, atau akibat dari 1.000 kelahiran didapatkan pada etnis malformasi atau sindrom tertentu disebut
komplikasi kelainan wajah. Aspek psikologis Indian 3,6, etnis Asia 2,1, etnis kulit putih 1,0, kelainan nonsindromik.7-13 Sekitar 70% kasus
sering terganggu, bukan hanya individu yang dan etnis kulit hitam 0,41. Sebaliknya, insidens merupakan kelainan nonsindromik dan 30%
memiliki kelainan, namun juga orang tua dan celah palatum konstan pada semua etnis, yaitu kasus kelainan sindromik, dengan kasus
keluarganya.3,4 0,5 dari 1.000 kelahiran.3 terbanyak sindrom van der Wounde.6,13

Di Indonesia, kelainan ini cukup sering Insidens berdasarkan jenis kelamin pria DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
dijumpai, walaupun tidak banyak data yang dan wanita adalah 2:1 untuk bibir sumbing Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
mendukung. Jumlah penderita bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum dan 1:2 menyeluruh, diagnosis bibir sumbing dan celah
dan celah palatum yang tidak tertangani di untuk celah palatum saja. Secara keseluruhan, palatum dapat ditegakkan. Keluhan-keluhan

Alamat korespondensi email: hexin_01@yahoo.com

304 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014


TEKNIK

Tabel 1 Sindrom dengan manifestasi klinis celah bibir dan atau celah palatum7-13

Sindrom Gambaran saat lahir Gambaran selanjutnya

Apert Craniostenosis, beaked nose, cleft Mild to moderate mental retardation


palate, mitten shaped syndactyly in
hands
Camptomelic dysplasia Bowing of long bones, small thorax, Early demise, poor mental
sex reversal, cleft palate development
Cerebrocostomandibular Cleft palate, defects in ribs, redundant Mental retardation
skin
CHARGE association Choanalatresia, external ear Short stature, deafness
abnormality, hypogenitalism,
congenital heart disease
Diastropicdysplasia ‘Hitchhiker’ tumbs, talipes, cleft palate, Kyphoscoliosis, cystic deformed ear
respiratory difficulties
Ectrodactyly-Ectodermal Dusplasia- Ectodermal dysplasia, ectrodactyly, Renal infections
Cleft (EEC) cleft lip and palate
Fetal hydantoin (fetal dilantin) Hirsuitism, cleft palate, midfacial Developmental delay in some
hypoplasia
Larsen Flat midface, cleft palate Accessory ossification center in
calcaneum
Marshall Stickler Cleft palate, anteverted nostrils, flat Epiphysealdysplasia, cataract, joint
midface, micrognathia stiffness, deafness
Mohr Broad nasal tip, midline cleft lip and Deafness, short stature Gambar 1 Perkembangan embriologi bibir dan palatum1
palate, aberrant frenulae, cleft tongue
Oro-Facio-Digital (OFD) Midline cleft lip, oral frenulae, cleft Sparse hair
palate, brachidactyly
Otopalato-Digital Hypertelorism, flat midface, broad tips Prominent for head and supraorbital
to the fingers and toes ridges, deafness
Pierre Robin Sequence Small mandible, glossoptosis Mental retardation in small proportion

Rapp-Hodgkin Dysplastic nails, pinched nose, cleft Sparse hair


palate, hypospadias
Roberts Phocomelia, cleft lip and palate, Often stillborn or lethal in infancy
facial dysmorphism, chromosome
abnormality
Spondyloepiphysealdysplasia Cleft palate, short trunk, flat midface, Progressive scoliosis, myopia, retinal
congenital delayed epiphyses detachment
Smith-Lemli-Opitz Low birth weight, microcephaly, broad Mental retardation, ptosis
nasal tip, micrognatia, cleft palate,
syndactyly of toes
Amniotic Bands Facial clefts, ring constrictions
Edwards Short ear length, abnormal profile, micrognathia, hypotelorism, cleft lip and
palate
Hydrolethalus Micrognathia, polyhydramnion, anomalous nose, deep set eyes, hydrocephalus, Gambar 2 Klasifikasi Veau13
polydactyly, occipital bone defect, stillborn, low set ears, defective lobulation
of the lungs, abnormal genitalia, abnormal larynx or trachea, cleft lip or palate, sebagai bagian posteriornya. Palatum sekunder
club feet, congenital heart disease, short limbs,urinary tract anomalies
terbentuk setelah selesainya pembentukan
Pallister-Hall Hypothalamic hamartoma, polydactyly, dysplastic nails, imperforated anus,
hypopituitarism, cleft palate, cleft uvula, bivid epiglottis palatum primer dan memanjang dari foramen
Patau Polyhydramnios, holoprosencephaly, microcephaly, cleft lip and palate, low set insisivus di anterior ke uvula di posterior.1,13
ear, polydactyly, overlapping fingers, congenital heart disease
Popliteal web Cleft lip and palate, web of the skin at the knees Klasifikasi Veau untuk bibir sumbing dan celah
van der Woude Cleft palate, lip pits on lower lip
palatum (Gambar 2), dikembangkan pada
tahun 1931, merupakan klasifikasi sederhana
umum selain keluhan estetik antara lain Banyak sistem terminologi dan klasifikasi namun kurang terperinci. Kelompok 1 hanya
gangguan bersuara, berbicara dan berbahasa, telah diajukan, namun hanya beberapa saja terdiri dari celah palatum mole saja, kelompok
gangguan menyusu/makan, gangguan yang diterima secara klinis. Perkembangan 2 terdiri dari celah palatum mole dan palatum
pertumbuhan wajah, pertumbuhan gigi, dan embriologi bibir dan palatum menjadi dasar durum yang mencapai ke foramen insisivus,
infeksi pendengaran. Pada pemeriksaan fisik beberapa klasifikasi deformitas bibir sumbing kelompok 3 terdiri dari celah alveolar yang
kepala dan leher, dapat ditemukan asimetri dan celah palatum yang telah diterima luas. lengkap pada satu sisi saja yang juga secara
wajah, gangguan perkembangan telinga, Foramen insisivus membagi palatum menjadi umum mengikutsertakan bibir, dan kelompok
gangguan pendengaran, celah dan anomali palatum primer dan palatum sekunder (Gambar 4 terdiri dari celah alveolar pada dua sisi, yang
septum, atresia koana, gangguan rongga 1). Palatum primer terdiri dari premaksila, bibir, sering dikaitkan dengan bibir sumbing kedua
mulut dan gigi, fonasi, dan menelan.3,4,6,14 ujung hidung, kolumela, dan foramen insisivus sisi.13

CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014 305


TEKNIK

melibatkan juga bibir sumbing. Celah tidak


lengkap palatum biasanya hanya melibatkan
palatum sekunder saja dan memiliki tingkat
keparahan yang beragam.3

Tidak terdapat sistem terminologi dan klasifikasi


yang secara universal dapat diterima bersama,
tetapi ada skema klasifikasi yang diterapkan
oleh departemen bedah otolaringologi-kepala
dan leher Universitas Iowa (Gambar 3). Bibir
sumbing dibagi menjadi unilateral kiri atau
kanan, atau bilateral (kelompok I), dapat juga
lengkap (dengan ekstensi mencapai dasar
hidung) atau tidak lengkap. Bibir sumbing saja
dapat terjadi, namun celah yang terjadi pada
daerah alveolus selalu dikaitkan dengan bibir
sumbing. Celah pada palatum dapat dibagi
menjadi primer (terlibatnya anterior foramen
insisivum, kelompok IV) atau sekunder
(terlibatnya posterior dari foramen insisivum,
kelompok II), dan kelompok III yaitu pasien
dengan bibir sumbing dan celah palatum.3

PENATALAKSANAAN
Masalah ini melibatkan anak dan orang
tua, bersifat kompleks, bervariasi, dan
membutuhkan penanganan yang lama.
Penanganan anak kelainan celah bibir dengan
atau tanpa celah palatum dan kelainan celah
palatum memerlukan kerjasama tim (Gambar 4),
seperti bagian anak, THT, bedah, gigi, ortopedi,
ahli rehabilitasi suara dan pendengaran, dan
beberapa bidang lain seperti bedah saraf, mata,
prostodontik, perawat, dan psikolog.3,4,6,13
Gambar 3 Klasifikasi Universitas Iowa3
Prioritas medis utama adalah memberikan
Klasifikasi kedua merupakan klasifikasi yang gambaran histologis menunjukkan terkadang makanan dan nutrisi yang cukup. Bayi dengan
lebih detail namun masih berdasar pada juga terdiri dari serat-serat otot.3 bibir sumbing biasanya tidak mengalami
perkembangan embriologi. Celah bibir/bibir masalah dalam pemberian air susu ibu
sumbing diklasifikasikan menjadi unilateral Celah palatum diklasifikasikan sebagai unilateral ataupun minum dari botol, akan tetapi bayi
dan bilateral, dan lebih lanjut sebagai lengkap atau bilateral, dan perluasannya lebih lanjut dengan bibir sumbing dan palatum atau celah
atau tidak lengkap. Bibir sumbing lengkap sebagai lengkap atau tidak lengkap. Celah palatum akan bermasalah. Jika sumbing lebar,
merupakan celah yang mencapai seluruh palatum ini diklasifikasikan tergantung dari
ketebalan vertikal dari bibir atas dan terkadang lokasinya terhadap foramen insisivus. Celah
berkaitan dengan celah alveolar. Bibir sumbing palatum primer terjadi pada bagian anterior
tidak lengkap terdiri dari hanya sebagian foramen insisivus, dan celah palatum sekunder
saja ketebalan vertikal dari bibir, dengan terjadi pada bagian posterior dari foramen
bermacam-macam jenis ketebalan jaringan insisivus. Celah unilateral palatum sekunder
yang masih tersisa, dapat berupa peregangan didefinisikan sebagai celah yang prosesus
otot sederhana dengan bagian kulit yang palatum maksila pada satu sisi bergabung
meliputinya atau sebagai pita tipis kulit yang dengan septum nasi. Celah bilateral lengkap
menyeberangi bagian celah tersebut. Simonart’s palatum sekunder tidak memiliki titik penyatuan
Band merupakan istilah untuk menyebut suatu maksila dan septum nasi. Celah lengkap seluruh
jaringan dari bibir dalam berbagai ukuran yang palatum melibatkan baik palatum primer dan
menghubungkan celah tersebut. Walaupun juga sekunder, dan melibatkan salah satu
Simonart’s Band biasanya hanya terdiri dari kulit, sisi atau kedua sisi arkus alveolar, biasanya Gambar 4 Tim penanganan anomali kraniofasial4

306 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014


TEKNIK

bayi akan sulit menyusu, lelah dan menelan untuk filtrum dan ala nasi dari prolabium,
banyak udara; dibutuhkan preemie nipple. Posisi melonggarkan tegangan muskulus orbikularis
tegak saat minum susu juga mengurangi risiko oris, dan menjahit lapis demi lapis mulai
regurgitasi. Pada bayi dengan sumbing lebar, dari otot, mukosa, kulit, filtrum, dan ala nasi
penggunaan protesis palatum membantu (Gambar 8).3,4,13
pemberian makanan dan minuman.3,4

Selain tatalaksana tersebut, operasi


rekonstruksi wajah dapat dilakukan untuk
memperbaiki fungsi organ hidung, gigi,
dan mulut, perkembangan berbicara, serta
memperbaiki estetika wajah. Operasi meliputi
perlekatan bibir, rekonstruksi bibir sumbing,
dan rekonstruksi celah palatum.3,4,13

Perlekatan Bibir Gambar 5 Perlekatan bibir unilateral3


Pada bayi dengan bibir sumbing lebar,
perlekatan ini berguna membantu Rekonstruksi Bibir Sumbing
mempersempit celah, sebelum dilakukan Jika tidak dilakukan perlekatan bibir
rekonstruksi bibir. Pada umumnya dilakukan sebelumnya, rekonstruksi ini dilakukan
dengan taping menggunakan plester pada bayi usia 8-12 minggu. Di Amerika,
hipoalergik yang dilekatkan antar pipi melewati para dokter bedah menggunakan rule of ten
celah bibir. Plester ini digunakan 24 jam dan untuk rekonstruksi bibir dengan kiriteria bayi
diganti setiap hari atau jika basah akibat setidaknya usia 10 minggu, berat 10 pon, dan Gambar 7 Rekonstruksi bibir sumbing unilateral3
pemberian makan atau minum. Apabila plester hemoglobin 10 gram/dL.3,4,6,13
tidak efektif, dapat dilakukan operasi perlekatan Rekonstruksi Celah Palatum
bibir untuk mengubah sumbing sempurna Rekonstruksi ini bertujuan membantu
menjadi sumbing sebagian agar mengurangi perkembangan berbicara, mencegah
tegangan saat dilakukan operasi rekonstruksi kemungkinan gangguan pertumbungan
bibir. Operasi perlekatan bibir dapat dilakukan maksilofasial, dan gangguan oklusi. Secara
pada bayi usia 2 sampai 4 minggu. Semakin tua umum, rekonstruksi ini dilakukan pada bayi
usia bayi maka operasi perlekatan bibir akan usia 8-12 bulan.3,4,6,13
menimbulkan jaringan parut sampai dewasa,
walaupun telah dilakukan rekonstruksi bibir.3,13

Perlekatan bibir unilateral


Menggunakan Millard rotation, metode
ini dimulai dengan langkah pertama yaitu
menentukan area operasi. Kemudian
membuat flap segiempat di mukosa
vermilion di celah medial dan lateral, lalu Gambar 6 Perlekatan bibir bilateral3
menyatukan kedua mukosa. Penyatuan
mukosa itu dilakukan dengan benang jahit Rekonstruksi bibir sumbing unilateral
yang dapat diserap di bibir dalam, setelah itu Sebelum operasi, operator menentukan
menjahit dengan benang yang tidak dapat dasar ala nasal, ujung vermilion, bagian
diserap melewati kartilago septum di sisi tidak tengah vermilion, dan panjang filtrum di
bercelah melewati muskulus orbicularis oris, bagian yang sumbing. Melakukan insisi di
lalu kembali ke kartilago septum. Kemudian bagian yang sumbing dan daerah yang akan Gambar 8 Rekonstruksi bibir sumbing bilateral3
dengan benang yang dapat diserap, menjahit direkonstruksi, kemudian menjahit lapis demi
di bagian otot bibir medial dan lateral dengan lapis mulai dari muskulus orbikularis oris, Rekonstruksi celah palatum unilateral
teknik interrupted (Gambar 5).3,13 lapisan mukosa, lapisan kulit, dan kartilago di Operasi ini dimulai dengan menentukan
ala nasi (Gambar 7).3,4,13 daerah operasi di tepi celah palatum pada
Perlekatan bibir bilateral teknik Bardach two-flap. Melakukan insisi
Metode ini sama dengan operasi unilateral, Rekonstruksi bibir sumbing bilateral celah di palatum durum 1-2 mm di lateral
hanya berbeda penggunaan teknik menjahit Prinsip operasi ini sama dengan operasi tepi celah, insisi 1 cm di posterior tuberositas
dengan teknik horizontal mattress (Gambar 6).3 unilateral. Setelah itu membuat insisi maksila dan mengarah ke anterior, kemudian

CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014 307


TEKNIK

bersatu dengan insisi di medial. Setelah


insisi dilakukan, lapisan submukoperiosteum
bilateral dibuka untuk mengidentifikasi
foramen palatina tempat keluar arteri palatina
mayor. Kemudian tepi posterior palatum
durum diidentifikasi dan memotong serat
otot dan mukosa, dan mukoperiosteum nasal
dipisahkan dan tepinya dijahit satu sama
lain. Selanjutnya otot velar dijahit dengan
horizontal mattress dan akhirnya melekatkan
mukoperiosteal oral (Gambar 9).3,4,6,13
Gambar 11 Rekonstruksi palatum bilateral Wardill-Kilner3
Rekonstruksi celah palatum bilateral
Prosedur ini dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, seperti teknik Bardach two-flap (Gambar
10) dengan prosedur sama dengan unilateral.

Gambar 12 Rekonstruksi palatum bilateral Furlow3

Gambar 10 Rekonstruksi palatum bilateral Bardach two- SIMPULAN


flap3 Labiopalatoskizis merupakan suatu kelainan
kongenital akibat proses pembentukan bibir
Kemudian pada teknik Wardill-Kilner/ V-Y dan palatum tidak sempurna pada janin, dapat
advancement (Gambar 11), membuat flap berupa kelainan sindromik dan nonsindromik.
mukoperiosteal berbentuk Y oral di ujung Penanganan Labiopalatoskizis memerlukan
palatum sekunder, dan melakukan prosedur kerja sama tim dari berbagai keahlian. Saat
seperti teknik Bardach two-flap. Teknik Furlow ini berbagai teknik operasi dapat dilakukan
(Gambar 12) menggunakan prosedur berbeda, mulai dari perlekatan bibir unilateral dan
yaitu Z-plasti, dengan membuat flap mukosa bilateral, rekonstruksi bibir sumbing unilateral
oral dan flap otot, kemudian dijahit tumpang dan bilateral, dan rekonstruksi celah palatum
Gambar 9 Rekonstruksi palatum unilateral3 tindih dengan membentuk huruf Z.3,4,13 unilateral dan bilateral.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2006.
2. Benacerraf BR, Mulliken JB. Fetal Cleft Lip and Palate: Sonographic Diagnosis and Postnatal Outcome. Plast Reconstr Surg. 1993; 92:1045-51.
3. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head & Surgery-Otolaygology 4th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2006.
4. Wyszynski DF. Cleft Lip & Palate: From Origin to Treatment, 1st ed. USA: Oxford University Press; 2002.
5. Kompas. 6.000 Penderita Bibir SumbingTidakTertangani. Kompas.com. [online]. 2009. [cited 1 Agustus 2013]. Available from: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/13/10043881/6.000.
Penderita.Bibir.Sumbing.Tidak.Tertangani.
6. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007.
7. Rennie JM. Roberton’s Textbook of Neonatology, 4th ed. USA: Churchill Livingstone; 2005.
8. Honkala H. The Molecular Basis of Hydrolethalus Syndrome. Helsinki: National Institute for Health and Welfare; 2009.
9. Kuo JS, Casey SO, Thompson L, Truwit CL. Pallister-Hall Syndrome: Clinical and MR Features. Am J Neuroradiol. 1999;20:1839-41.
10. Pazarbasi A, Demirhan O, Suleymanova-Karahan D, Tabtemir D, Tunc E, Gumurdulu D. Prenatal Diagnosis of Translocation 13;13 Patau Syndrome: Clinical Features of Two Cases. Balkan
Journal of Medical Genetics. 2008;11:69-74.
11. Khan GQ, Hassan G, Tak SI, Kundal DC. Smith-Lemli-Opitz Syndrome. JK Sci. 2003;5:129-30.
12. Beiraqhi S, Nath SK, Gaines M, Mandhyan DD, Hutchings D, Ratnamala U, et al. Autosomal Dominant Nonsyndromic Cleft Lip and Palate: Significant Evidence of Linkage at 18q21.1. Am J
Hum Genet. 2007;81:180-8.
13. Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, Robbins KT, Thomas JR, Harker LA, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th ed. Philadelphia: Mosby Inc; 2005.
14. Kirschner RE, LaRossa D. Syndromic and Other Congenital Anomalies of The Head and Neck. Otolaryngol Clin North Am. 2000;33:1191-215.

308 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai