PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..1
1. Latar Belakang………………………………………………………………………….1
2. Dasar Hukum……………………………………………………………………………5
2. Rangkaian Kegiatan……………………………………………………………….....16
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………..………………………………………………….19
Ratna Susianawati
Peringatan Hari Ibu bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi perempuan Indonesia,
selalu menjadi momen khusus. Peringatan Hari Ibu bukan saja peringatan untuk
mengucapkan terima kasih atas jasa ibu yang begitu istimewa bagi seluruh masyarakat
Indonesia, tetapi lebih dari itu, Peringatan Hari Ibu bertujuan mendorong semua
pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan perhatian dan
pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor
pembangunan.
Sementara itu pandemi covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020
hingga saat ini dan negara-negara lain di dunia, memperlihatkan sisi lain perjuangan
perempuan di Indonesia dalam menghentikan penyebaran covid-19. Mulai dari
membimbing keluarga saat berada di rumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga
hingga menjadi garda terdepan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat. Tak
jarang perempuan memiliki peran ganda sekaligus. Perempuan sebagai ibu harus
memastikan anak-anak dan seluruh anggota keluarganya tetap berada di rumah dan
membuat suasana nyaman. Perempuan yang bergerak dalam bidang UMKM juga
berperan menyediakan kebutuhan selama pandemi. Perempuan juga berperan besar
dalam penerapan protokol kesehatan keluarga pada masa pandemi covid 19.
Melalui momentum PHI ke 93 ini, diharapkan akan menjadi upaya nyata dan hasil
pencapaian ke 5 (lima) agenda prioritas tersebut.
c. Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang
Bukan Hari Libur sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden
Nomor 67 Tahun 1961 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 316
Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur;
1. Hari Ibu bagi bangsa Indonesia berbeda dengan Hari Ibu di negara lain karena
identik dengan tonggak gerakan perempuan Indonesia untuk berkontribusi aktif
memajukan bangsa.
3. PHI ke-93 Tahun 2021 diharapkan mampu menjadi momentum untuk terus
mengingatkan bahwa masa depan sudah tidak lagi sama dengan tantangan hari
ini. Masa depan dihadapkan pada situasi yang dikenal sebagai VUCA (volatility,
uncertainty, complexity, and ambiguity) yang menuntut adanya kemampuan
adaptasi dan fleksibilitas yang tinggi. Aksi kolaboratif dalam mewujudkan
kehidupan yang berkesetaraan gender harus mampu mendorong perempuan
maupun laki-laki generasi penerus bangsa untuk mempunyai kompetensi dan
keterampilan masa depan (future skills). Oleh karenanya, aksi kolaboratif dan
sinergi dalam mewujudkan kesetaraan gender harus dilakukan antarkomponen
bangsa untuk menyiapkan generasi yang lebih baik dan berkualitas untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri.
MAKSUD
TUJUAN
Latar Belakang : Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), jumlah penduduk
perempuan sebanyak 133,54 juta orang atau 49,42 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Angka ini jelas menunjukkan bahwa
jumlah perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda, namun tingkat
kesenjangan gender di Indonesia masih cukup tinggi serta
perempuan berhak untuk mendapatkan akses dan kesempatan
yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang terutama
pembangunan.
Latar Belakang : Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928 menjadi cikal
bakal diperingatinya hari Ibu di Indonesia. Tujuan diadakannya
kongres untuk mempersatukan seluruh organisasi perempuan
dalam suatu badan federasi tanpa memandang latar belakang
agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat. Kongres
pertama menjadi puncak dari kesadaran berorganisasi perempuan
indonesia dalam memperjuangkan hak – haknya. Dari masa ke
masa perempuan Indonesia selalu berpartisipasi dalam
perjuangan memajukan bangsa dalam berbagai bidang dan tidak
hanya didalam keluarga tetapi dalam kehidupan bermasyarakat.
Sub – Tema 3 : Perempuan Indonesia: Gerak dan Langkah dari Masa ke Masa
Latar Belakang : Kesetaraan gender dan keberagaman dalam dunia kerja masih
menjadi target yang terus diupayakan untuk terwujud di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Namun, mewujudkan hal ini tidak dapat
dilakukan begitu saja. Ada banyak pihak yang harus berperan aktif
dan terlibat untuk menciptakan budaya kerja yang sehat dan
bersahabat bagi semua pihak di perusahaan.
2. RANGKAIAN KEGIATAN
PHI Ke- 93 Tahun 2021 menekankan kembali pada makna perjuangan perempuan
yang telah diawali dari Kongres Perempuan pertama pada tahun 1928. Bahwa
peringatan Hari Ibu ini menjadi tonggak gerakan perempuan Indonesia untuk
berkontribusi aktif memajukan bangsa untuk mewujudkan pembangunan yang
berkesetaraan gender. PHI ke-93 Tahun 2021 diharapkan dapat membangun kesadaran
akan pentingnya kerja nyata dan kerja kolaboratif dari semua pihak untuk mendorong
kemajuan perempuan Indonesia.
1. Seminar/Talkshow/Workshop
Pelaksanaan seminar/talkshow/workshop dalam situasi Pandemi covid-19 saat ini
menggunakan metode tatap muka tidak langsung melalui media daring (online)
atau hybrid. Tema dalam kegiatan seminar/talkshow/workshop mengacu pada
tema dan sub tema PHI Ke-93 Tahun 2021.
2. Roadshow/Kunjungan Lapangan
Melalui momen PHI Ke-93 Tahun 2021 ini, sebagai tali kasih dan perhatian kepada
para perempuan pejuang (pejuang kemerdekaan/veteran, pejuang dibidang
ekonomi pada masa pandemi Covid-19) serta pemenuhan kebutuhan spesifik
perempuan dan anak terdampak Covid-19.
4. Acara Puncak
Acara puncak diselenggarakan pada Hari Rabu, 22 Desember 2021, dengan
konsep acara sebagai berikut:
• Mengembalikan pemaknaan PHI sebagai awal bangkitnya gerakan
perempuan Indonesia untuk berorganisasi secara demokratis, berkarya,
berkreatifitas dan berinovasi dalam pembangunan serta memperjuangkan
kemajuan perempuan di berbagai bidang pembangunan.
5. Sayembara/Lomba
Dalam rangka PHI ke-93 Tahun 2021, Salah satu kegiatan yang dilaksanakan
adalah Lomba Penulisan Esai dan Vlog tentang Pahlawan Perempuan di mata
anak bangsa bagi Pelajar dan Mahasiswa.
LOGO ACARA:
Warna dasar Merah dan Putih sebagai
penggambaran SEMANGAT NASIONALISME
Perempuan Berdaya untuk Indonesia Maju
Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI) berganti nama
menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan
Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil
membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama
Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan
mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.
Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa
tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Selanjutnya, dikukuhkan oleh Pemerintah dengan
Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari
Libur tertanggal 16 Desember 1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22
Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur. Tahun 1946 Badan ini menjadi
Kongres Perempuan Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah
sesuai aspirasi dan tuntutan zaman.
Semboyan pada lambang Hari Ibu Merdeka Melaksanakan Dharma mengandung arti
bahwa tercapainya persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum
perempuan dan kaum laki-laki merupakan kemitraan sejajar yang perlu diwujudkan
dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan,
kemajuan dan kedamaian bangsa Indonesia