Anda di halaman 1dari 10

KLIPING

HARI IBU

DISUSUN OLEH
MOH. HERIYANTO (16)

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


NEGERI 04 BANGKALAN

BANGKALAN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta hidayah-Nya kepada kita semua,

sehingga kami dapat menyelesaikan kliping Hari Ibu ini dengan baik. Karena

dengan izin-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan kliping ini,

walaupun masih banyak kekurangan disana sini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak guru yang telah

membimbing kami. Besar harapan kami, kehadiran kliping ini dapat

memberikan pengetahuan dan membawa kontribusi bagi terselenggaranya

pendidikan yang berkualitas .

Kami menyadari dalam penyusunan kliping ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kritik

dan saran dari semua pihak untuk/memperbaiki kliping ini sehingga menjadi

lebih baik.

Bangkalan, 06 Februari 2023

Penulis

Moh. Heriyanto

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I SEJARAH HARI IBU

BAB II KONGRES PEREMPUAN INDONESIA

BAB III MAKNA HARI IBU

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iii
5
BAB 1

SEJARAH HARI IBU

Setiap  tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, adakah

peristiwa bersejarah dan istimewa yang terjadi pada tanggal tersebut.

Mungkin pertanyaan seperti ini sempat terbersit dalam fikiran kita tapi sampai

saat ini belum mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta

menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di

Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres

Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Kalau melihat kembali sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912 sudah ada

organisasi perempuan.

Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu,

Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai

Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung

telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

1
BAB II

KONGRES PEREMPUAN INDONESIA

Pada Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama

adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan

dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek

pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita;

pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Banyak hal besar yang diagendakan namun tanpa mengangkat

masalah kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu menuangkan

pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa

Indonesia khususnya kaum perempuan.

Pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, dalam

konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan

menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di

Lasem, Rembang.

Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan

dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Dan puncak

peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke 25

pada tahun 1953. Tak kurang dari 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai

Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah

setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun

2
1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan

dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat

dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.

Misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai

latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama.

3
BAB III

MAKNA HARI IBU

Menurut Ibu Dr. Romelah, M.Ag., hari Ibu merupakan sebuah momen

bagi anak-anak untuk mengingat kembali bagaimana perjuangan seorang Ibu

dan bagaiamana peran Ibu selama ini dalam mengurus anak anaknya hingga

dewasa. Karena Ibu sendiri memiliki makna yang sangat berarti bagi anak-

anak dan keluarga.

Menurutnya makna Ibu tidak hanya orang yang melahirkan saja,

namun lebih dari itu, yaitu orang yang memberikan waktunya 24 jam tanpa

meminta bayaran. Artinya mencintai tanpa syarat untuk anak-anaknya. Yang

mana peran ibu tidak sekedar membesarkan anaknya secara jasmani namun

juga menanamkan akhlak, agar kelak dewasa menjadi orang yang

berakhlaqul karimah.

Peran ibu selain mendidik, merawat, mengembangkan. Ibu juga

menjadi tempat curhat si anak, bagaimana suka duka yang dialami anak

ibulah tempat mengadu keluh kesah anak baik di saat gagal maupun sukses.

Karena Ibu selalu memberikan support dan dukungan. Merangkul ketika ada

kesulitan dan menghargai apa yang sudah dilakukan baik sukses ataupun

gagal.

4
BAB IV

KESIMPULAN

Menurut penjelasan di situs Kementerian PPA, Hari Ibu hadir melalui

keputusan Kongres Perempoean Indonesia III di Bandung pada 22 Desember

1938. Tujuan peringhatan Hari Ibu di Indonesia adalah mengenang dan

menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi

kemerdekaan. 

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Giwo Rubianto,

juga menegaskan bahwa Hari Ibu di Indonesia lebih dari sekadar "Mother's

Day.""Peringatan Hari Ibu lebih dari sekadar mother’s day. PHI adalah

momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan

serta gerak perjuangan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan

untuk Indonesia maju," ujar Giwo dalam diskusi virtual bersama Kementerian

PPA pada Desember 2020. 

5
DAFTAR PUSTAKA

https://www.republika.co.id/berita/r4iv70368/diperingati-setiap-22-
desember-ini-sejarah-dan-makna-hari-ibu

Anda mungkin juga menyukai