Anda di halaman 1dari 2

Hari Ibu Tidak Hanya Untuk Ibu Saja

Ibu adalah sosok malaikat yang berwujud manusia. Sebuah statement yang sering
terdengar tentang seorang perempuan hebat dalam hidup kita. Tapi pernah nggak sih kita
bertanya mengapa setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai hari ibu?
Mungkinkah pengorbanan ibu yang membesarkan kita dengan penuh kasih sayang cukup kita
bayar dengan sebuah penghargaan hari nasional?

Secara historis, peringatan hari ibu sudah diterapkan sejak era pemerintahan Presiden
Soekarno melalui Dekrit Presiden RI No. 316 Tahun 1953. Jauh sebelum itu, perempuan
Indonesia memiliki peran yang besar dalam perjuangan meraih kemerdekaan bangsa. Dimulai
pada abad ke 19, mulai bermunculan pejuang-pejuang perempuan di berbagai daerah. Sebut
saja R.A. Kartini, Dewi Sartika, Siti Walidah, Cut Nyak Dien, Walanda Maramis, R. Rasuna
Said dan masih banyak yang lain.

Mereka merupakan perempuan-perempuan yang memiliki kesadaran lebih sehingga


tumbuh keinginan untuk membebaskan diri dari penindasan dan penjajahan. Selain bergerak
dengan pola kedaerahan, beberapa pejuang perempuan juga turut mendirikan organisasi
sebagai wadah untuk mempersatukan perempuan dan menyamakan persepsi guna
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Hingga akhirnya pada tanggal 22 Desember 1928, diselenggarakanlah Kongres


Perempuan Indonesia 1 di Dalem Joyodipuran, Yogyakarta. Kongres ini bertujuan
menghimpun organisasi-organisasi perempuan di Indonesia dan diikuti oleh 600-an
perempuan dari berbagai macam latar belakang. Beberapa organisasi yang tercatat hadir
adalah Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyiyah, Darmo Laksmi dan
Wanita Taman Siswa.

Dalam kongres tersebut, kaum perempuan bermusyawarah terkait upaya apa yang bisa
dilakukan guna perbaikan kualitas bangsa Indonesia. Khususnya perbaikan pada
kesejahteraan perempuan dan ketidakadilan yang saat itu begitu massif dirasakan perempuan
di Indonesia. Berangkat dari kesadaran tersebut, kaum perempuan kemudian bersepakat dan
menyatakan bahwa gerakan perempuan adalah bagian dari pergerakan nasional. Dengan kata
lain, perempuan wajib ikut serta memperjuangkan martabat nusa dan bangsa.
Pergeseran Makna Hari Ibu

Saat ini, hari Ibu oleh kebanyakan orang sekedar dimaknai sebagai momen menyatakan
rasa cinta terhadap kaum ibu dengan memberikan simbol-simbol kasih sayang. Tentu hal ini
bergeser jauh dari pemaknaan historis-filosofis akan peringatan hari Ibu. Tapi pertanyaannya,
apakah ada yang salah jika saat ini makna hari Ibu telah bergeser?

Pemaknaan pada sebuah peristiwa senantiasa berkembang seiring perubahan waktu dan
generasi. Bermula dari inspirasi tokoh pejuang perempuan pendahulu kita dengan
dilekatkannya simbol itu kepada para ibu dalam arti yang sesungguhnya. Peringatan hari Ibu
pada hakekatnya bertujuan untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan yang
berkorban sekuat tenaga untuk kemerdekaan bangsa dan perbaikan nasib kaum perempuan.

Pemaknaan tersebut kemudian bergeser secara alami dengan meletakkan simbol kata
Ibu pada sosok yang menjadi orang tua kita. Akhirnya makna hari ibu menjadi sempit karena
hanya diartikan sebagai ‘ibu kandung’. Dengan dasar bahwa kehidupan manusia berawal dari
rahim seorang ibu yang kemudian memperjuangkan dirinya untuk membesarkan, mendidik,
dan menjadikan anak-anaknya menjadi yang terhebat.

Oleh karena itu, sekalipun zaman senantiasa berubah, nilai historis-filosofis dari hari
Ibu harus terus digaungkan dan diluruskan. Di mana peringatan hari Ibu tidak hanya
ditujukan untuk ibu kita masing-masing, melainkan untuk seluruh perempuan yang ada di
Indonesia. Dengan adanya hari Ibu, diharapkan dapat mengobarkan semangat generasi masa
kini untuk berjuang melawan segala bentuk penindasan sehingga perempuan bisa hidup
dengan sejahtera, dihormati, dan dijamin hak serta martabatnya di berbagai aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai