Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rokok dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan

baik dari aspek kesehatan, ekonomi maupun aspek sosial budaya. Dampak

merokok tidak hanya membahayakan kesehatan bagi perokok, tetapi juga

orang-orang yang ada di sekitarnya. menurut World Health Organization

(WHO), rokok diduga kuat sebagai penyebab utama kematian di Indonesia

dengan mengindap penyakit stroke, penyakit kardiovaskular dan kanker. Selain

menjadi penyebab utama kematian, penyakit tersebut memberikan beban biaya

kesehatan tinggi bagi penderitanya. Peningkatan kejadian penyakit penyebab

kematian dan biaya kesehatan tinggi ini berhubungan dengan peningkatan

konsumsi rokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.1

Dalam rangka mengendalikan penyakit akibat merokok dan paparan

asap rokok, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-

undangan seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

dan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, keseluruhan masalah produk tembakau

terutama rokok telah diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan

kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

1
http://p2ptm.kemkes.go.id/ kegiatan-p2ptm /pusat-/ who-rokok-tetap-jadi-sebab- utama-
kematian - dan-penyakit, (diakses, tanggal 13 Maret 2020).

1
2

Pengendalian rokok tersebut dilakukan dengan cara menerapkan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di beberapa tatanan. Sesuai dengan peraturan

perundang-undangan tersebut penerapan KTR wajib dilakukan oleh Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda). KTR adalah ruangan atau area yang

dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,

menjual, mengiklankan dan atau mempromosikan produk tembakau. Penerapan

KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko

ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Selain

itu, melalui penerapan KTR, perilaku merokok diharapkan dapat dikendalikan,

dan kebiasaan merokok dapat berkurang atau hilang secara bertahap. Dengan

demikian kesehatan perokok menjadi lebih baik.

Menteri Kesehatan menyatakan bahwa salah satu upaya melindungi

masyarakat dari bahaya asap rokok adalah melalui jalur regulasi dengan

penerbitan peraturan-peraturan pemerintah tentang pengendalian dampak

produk tembakau. Sudah banyak peraturan yang dikeluarkan pemerintah

mengenai penjualan, pengawasan dan pengamanan tembakau di Indonesia.

Beberapa garis hukum mengenai tembakau dan kesehatan di Indonesia diatur

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1947 tentang Cukai Tembakau,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun

2012 tentang Pengamanan Bahan Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi


3

Kesehatan.

Upaya pemerintah dalam mengatur peredaran hal-hal yang

membahayakan masyarakat banyak, sebagaimana bunyi Pasal 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Zat Adiktif

Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerintah ini mengatur

mengenai produk tembakau menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan

pemerintah daerah yang dalam, penyelenggaraannya membutuhkan peran serta

masyarakat dan pembinaan serta pengawasan oleh pemerintah. 2 Pemerintah

sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Dampak

negatif penggunaan tembakau pada kesehatan telah lama diketahui, seperti

kanker paru-paru yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia, disamping

itu juga menyebabkan serangan jantung, impotensi, penyakit darah manis,

enfisema, stroke, dan gangguan kehamilan dan janin yang harus dicegah.

Merokok merugikan kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun orang lain

di sekitarnya yang tidak merokok.

Pada tingkatan tersebut Pemerintah juga telah memberi batasan-batasan

untuk tidak merokok di sembarangan tempat karena semua orang memiliki hak

untuk menghirup udara bersih. Tidak ada tingkat aman dari asap rokok

terhadap orang lain/perokok pasif sebagai faktor resiko penyakit jantung,

kanker dan banyak penyakit lainnya. Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

telah diatur di Indonesia, yang juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah

2
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
4

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Zat Adiktif Berupa

Tembakau Bagi Kesehatan.

Larangan total merokok di tempat umum, termasuk semua tempat kerja

dalam ruangan, dapat melindungi masyarakat dari bahaya menjadi perokok

pasif, membantu perokok berhenti merokok dan mengurangi perokok pemula

dari kalangan remaja ataupun anak-anak yang masih menjalankan

pendidikannya di tingkat SD, SMP dan SMA. Pedoman dari WHO Konvensi

Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau membantu negara-negara untuk

menerapkan langkah-langkah pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok yang tepat

dalam melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok.3

Kawasan Tanpa Rokok diatur sebagaimana ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Zat Adiktif

Berupa Tembakau Bagi Kesehatan sebagaimana diatur dalam Pasal 50, pada

Ayat 1 dijelaskan bahwa kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 49 antara lain, fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,

tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat

umum dan tempat lain yang ditetapkan. Dalam pasal 2 ditegaskan tentang

larangan kegiatan menjual, mengiklankan, dan mempromosikan produk tembakau

tidak berlaku bagi tempat yang digunakan untuk kegiatan penjualan produk

tembakau di lingkungan kawasan tanpa rokok. Pasal 3 berisi larangan kegiatan

memproduksi produk tembakau tidak berlaku bagi tempat yang digunakan untuk

kegiatan produksi produk tembakau di lingkungan kawasan tanpa rokok dan

3
http://komnaspt.or.id/kawasan-tanpa-rokok/, (diakses, tanggal 13 Maret 2020).
5

dalam pasal 4 menegaskan bahwa pimpinan atau penanggung jawab tempat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menerapkan kawasan tanpa rokok.

Pemerintah dalam hal ini juga telah membatasi penjualan rokok terhadap

anak-anak di bawah umur dan memberi arahan kepada semua orang yang

memperjual belikan rokok untuk tidak memberi dan menjual rokok kepada anak-

anak apalagi kepada anak sekolah yang masih di meja pendidikan sebagaimana

yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Dalam Pasal

21A Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan dinyatakan bahwa dilarang menjual

atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil.

Masalah rokok pada kalangan anak di bawah umur hakikatnya sudah menjadi

masalah nasional bahkan internasional. Sering sekali terlihat anak-anak sekolah

merokok bahkan saat masih memakai seragam sekolah di tempat umum.

Menurut Pasal 21 A Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 109

Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi

Kesehatan, objek yang ditujunya ialah terhadap orang sekitar yang tidak merokok

atau perokok pasif, tempat umum, anak-anak di bawah umur atau sekitarnya yang

tujuannya untuk melindungi yang mana telah jelas tercantum dalam Pasal 25 B

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Zat

Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Setiap orang dilarang menjual produk

tembakau menggunakan mesin layan diri kepada anak di bawah usia 18 (delapan

belas) tahun dan kepada perempuan hamil.


6

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam

Pasal 1 menegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan

perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.4

Berdasarkan pemangamatan di beberapa lokasi di Kota Banda Aceh,

ditemukan beberapa lokasi yang memperjual belikan rokok untuk anak-anak

seperti di kawasan Jalan Pocut Baren, Komplek Budha Suci, Gampong

Pineung, Lampineung, Kawasan Lampriet, Simpang Surabaya, Lampaseh

Kota dan di kawasan Blang Padang. Berdasarkan pemangamatan di atas

terlihat bahwa terdapat 8 lokasi sebagai kawasan rawan merokok bagi anak-

anak di Kota Banda Aceh. Data tersebut menunjukkan bahwa banyak yang

masih memperjual belikan rokok kepada anak-anak yang berseragam

sekolah ataupun yang tidak beragam sekolah. Berdasarkan latar belakang

yang dipaparkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah:

1. Mengapa pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok terhadap

perlindungan anak di Kota Banda Aceh berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 109 Tahun 2012 tidak terlaksana?

4
Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
7

2. Apakah kendala dalam pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok

terhadap perlindungan anak di Kota Banda Aceh?

3. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam

pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok terhadap perlindungan anak

di Kota Banda Aceh?

B. Ruang Lingkup Dan Tujuan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam pembahasan skripsi ini sesuai dengan judul

“Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Dan Dampaknya Terhadap Perlindungan Bagi Anak

Di Kota Banda Aceh” maka termasuk dalam bidang Hukum Tata Negara

yang datanya diperoleh dari wilayah hukum Kota Banda Aceh tahun 2020.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup penelitian di atas,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok

terhadap perlindungan anak di Kota Banda Aceh berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012.

b. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan program kawasan tanpa

asap rokok terhadap perlindungan anak di Kota Banda Aceh.

c. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala

dalam pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok terhadap

perlindungan anak di Kota Banda Aceh.


8

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris. Data pirimer

diperoleh melalui penelitian lapangan dengan mewawancarai responden dan

informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelitian

kepustakaan dengan membaca buku-buku, peraturan perundang-undangan,

membaca artikel pada surat kabar dan bahan-bahan bacaan lainnya.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang matang dan

terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah

dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan.

b. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan dihisap asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu

atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,

nicotiana rustica, dan spesies sintetis lainnya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

c. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan, dan atau mempromosikan Produk Tembakau.

d. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi,


9

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

3. Lokasi dan Populasi

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Banda Aceh, lokasi ini di pilih

karena untuk memudahkan penulis dalam memperoleh data.

b. Populasi

Populasi penelitian ini bersumber dari Kesehatan Dinas Kesehatan

Kota Banda Aceh, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kota Banda Aceh, Pedagang Rokok di Banda Aceh, Masyarakat Kota

Banda Aceh, DPRK Banda Aceh, Yayasan Centre for Tobacco Studies

(CTCS) dan Yayasan Anak Aceh Anti Rokok (A3R).

4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu memilih beberapa sampel yang berhubungan dengan masalah

permasalahan yang diperkirakan mewakili keseluruhan populasi. Dengan

demikian maka sampel yang akan diambil sebagai responden yaitu:

a. Kabag. Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh.

b. Kasie. Perlindungan Khusus Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kota Banda Aceh.

c. Pedagang Rokok di Banda Aceh, (3) Orang.

d. Masyarakat Kota Banda Aceh, (3) Orang.


10

Untuk melengkapi informasi yang diperlukan dilakukan pula

wawancara dengan informan antara lain:

a. Anggota Komisi I Bidang Pemerintahan dan Hukum Dewan Perwakilan

Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh.

b. Direktur Yayasan Centre for Tobacco Studies/Pusat Pengendalian

Tembakau Aceh (CTCS).

c. Koordinator Yayasan Anak Aceh Anti Rokok (A3R).

5. Cara Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data primer maupun data sekunder,

maka penulis menggunakan dua jenis pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah bahan-bahan

pustaka yang relevan dengan penelitian berupa literatur-literatur,

karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar,

jurnal ilmiah, dokumentasi dari berbagai instansi yang terkait dengan

penelitian ini, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kerangka teori

dari hasil pemikiran para ahli hal ini dilihat relevansinya dengan fakta

yang terjadi di lapangan.

b. Penelitian Lapangan

Untuk mengumpulkan data penelitian lapangan penulis

menggunakan terknik wawancara yaitu pengumpulan data dalam bentuk

tanya jawab yang dilakukan secara langsung kepada responden dalam hal

ini adalah sumber yang mengerti tentang objek penelitian penulis.


11

Peneliti mengadakan wawancara dengan responden dan informan untuk

mengetahui fenomena permasalahan yang terjadi.

6. Pengolahan dan Analisis Data

Adapun cara menganalisa data dilakukan dengan cara pendekatan

kualitatif yaitu antara data lapangan dengan data teoritis dikumpulkan

terlebih dahulu dan dianalisa lalu diolah secara sistematis sehingga dapat

menghasilkan suatu penelitian yang baik.

C. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar hasil penelitian dalam skripsi ini, diuraikan dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari 4 bab antara lain:

BAB I Pendahuluan merupakan yang isinya mencakup tentang Latar

Belakang Masalah, Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan, Metode Penelitian

dan Sistematika Pembahasan.

BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Kebijakan Kawasan Tanpa

Rokok yang merupakan merupakan kajian tentang penulisan literatur antara

lain tentang Rokok dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Kawasan Tanpa

Rokok, Prinsip, Tujuan dan Manfaat Kawasan Tanpa Rokok dan Perlindungan

Hukum Bagi Anak.

BAB III Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012

Terhadap Perlindungan Anak Di Kota Banda Aceh yang merupakan bab yang

menguraikan tentang Pelaksanaan program kawasan tanpa asap rokok terhadap

perlindungan anak di Kota Banda Aceh berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 109 Tahun 2012, Kendala dalam pelaksanaan program kawasan tanpa
12

asap rokok terhadap perlindungan anak di Kota Banda Aceh dan Upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kawasan

tanpa asap rokok terhadap perlindungan anak di Kota Banda Aceh.

BAB V Penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai