Anda di halaman 1dari 11

Protobiont (2017) Vol.

6 (1) : 42-52

Jenis-Jenis Tumbuhan Talas (Araceae) di Kecamatan Rasau Jaya


Kabupaten Kubu Raya
Suci Maretni1, Mukarlina1, Masnur Turnip1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak,
email: smaretni22@gmail.com

Abstract

The research on the species of araceae plants in Rasau Jaya Subdistrict of Kubu Raya Regency was conducted
from December 2015 until February 2016. Sampling was done by the cruise method that explored Rasau Jaya
Subdistrict which was divided into 6 stations. Station 1 was located in the village of Rasau Jaya Satu, station
2 in the village of Rasau Jaya Dua, station 3 in the village of Rasau Jaya Tiga, station 4 in the village of Rasau
Jaya Umum, Station 5 in the village of Bintang Mas and Station 6 located in the Village of Pematang Tujuh.
This research aims to identify the species of Araceae plants in Rasau Jaya Subdistrict of Kubu Raya Regency.
This research obtained as many as 12 species of Araceae plants with four varieties of the Caladium bicolor
which include the 11 genera namely Alocasia, Caladium, Colocasia, Cyrtosperma, Dieffenbachia,
Homalomena, Lasia, Pistia, Rhapidopora, Syngonium and Xanthosoma.
Kata Kunci : Araceae, cruise method, rasau jaya

PENDAHULUAN (termasuk Bali dan Nusa Tenggara), 67 spesies di


Rasau Jaya merupakan salah satu kecamatan yang Jawa, 35 spesies di Maluku dan 114 spesies di
ada di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki luas Papua-New Guinea. Beberapa penelitian mengenai
111,07 km2 dengan kondisi lahan berupa tanah jenis-jenis tumbuhan Araceae antara lain dilakukan
gambut (BPS Kubu Raya, 2014). Lahan gambut oleh Ananda et al. (2013), memperoleh 34 spesies
umumnya dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai tumbuhan Araceae di kawasan Cagar Alam Lembah
aktivitas seperti perladangan, perkebunan, Anai Sumatera Barat. Erlinawati (2010),
pembangunan akses jalan dan pemukiman menginformasikan bahwa terdapat 22 spesies
penduduk. Kondisi lingkungan yang didominasi tumbuhan Araceae terestrial di Watumila, Sulawesi
lahan gambut dapat mendukung tingkat Tenggara. Kurniawan et al. (2012), menemukan 22
keanekaragaman hayati di Kecamatan Rasau Jaya, spesies tumbuhan Araceae di Pulau Bali.
salah satunya adalah tumbuhan dari jenis talas-
talasan (Araceae). Penelitian mengenai jenis-jenis tumbuhan Araceae
di Kalimantan Barat khususnya di Kecamatan
Tumbuhan Araceae merupakan tumbuhan herba Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya belum pernah
yang memiliki bentuk daun bervariasi, sebagian dilakukan sehingga belum diperoleh data dan
besar berumbi, memiliki bunga majemuk tipe informasi mengenai jenis-jenis dan pemanfaatan
tongkol (spadix) yang diselubungi seludang tumbuhan Araceae. Penelitian ini bertujuan untuk
(spathe), tipe perbungaan uniseksual atau biseksual, mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan Araceae
serta dapat tumbuh sepanjang tahun (Van Steenis, yang ada di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten
2008). Tumbuhan Araceae mempunyai nilai guna Kubu Raya.
tinggi baik dari segi ekonomi dan ilmiah.
Pemanfaatan tumbuhan Araceae oleh masyarakat BAHAN DAN METODE
diantaranya sebagai tanaman hias, sumber pangan
dan obat-obatan (Asih et al., 2014; Erlinawati & Waktu dan Tempat Penelitian
Tihurua, 2013). Masyarakat Bali memanfaatkan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
tumbuhan Araceae lebih spesifik, yaitu sebagai Desember 2015 sampai dengan Februari 2016.
kelengkapan upacara adat agama Hindu (Warseno Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Rasau
et al., 2013). Jaya Kabupaten Kubu Raya. Penelitian dilakukan
Tumbuhan Araceae memiliki keragaman yang bertahap meliputi pengambilan sampel, pembuatan
tinggi dan tersebar di semua pulau di Indonesia herbarium dan identifikasi tumbuhan. Identifikasi
(Kurniawan et al., 2012). Menurut Haigh et al., jenis-jenis tumbuhan Araceae dilakukan di
(2009), terdapat 297 spesies dari Famili Araceae di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Kalimantan, 159 spesies di Sumatra, 49 spesies di Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Sulawesi, 22 spesies di kepulauan Sunda Kecil Pontianak.

42
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

Alat dan Bahan berbatasan dengan Kecamatan Kakap, sebelah


Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat selatan berbatasan dengan Kecamatan Kubu dan
tulis, benang jahit, GPS (Global Positioning Teluk Pakedai. Kecamatan Rasau Jaya bagian timur
System), gunting, isolasi, jarum jahit, kamera, berbatasan dengan Kecamatan Sungai Raya,
kardus, kertas karton, kertas koran, kertas label, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai
kertas manila putih, kantong plastik, mikroskop, Raya (BPS Kubu Raya, 2014).
pisau, sasak, sarung tangan, sprayer dan toples.
Cara Kerja
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70 %, jenis-
Pengambilan Sampel
jenis tumbuhan Araceae yang ditemukan dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
spirtus.
jelajah (Cruise Method) (Rugayah dan Pratiwi,
Deskripsi Lokasi Penelitian 2004), yaitu menjelajahi Kecamatan Rasau Jaya
Kecamatan Rasau Jaya merupakan salah satu yang dibagi menjadi 6 stasiun. Stasiun 1 terletak di
Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kubu Raya Desa Rasau Jaya Satu, stasiun 2 terletak di Desa
dengan luas 111,07 km2. Secara geografis, Rasau Jaya Dua, stasiun 3 terletak di Desa Rasau
Kecamatan Rasau Jaya terletak antara Jaya Tiga, stasiun 4 terletak di Desa Rasau Jaya
109°14’30,83" BT - 109°26’30,65" BT dan Umum, Stasiun 5 terletak di Desa Bintang Mas dan
00°11’30,39” LS - 00°19’39.42" LS dengan curah Stasiun 6 terletak di Desa Pematang Tujuh (Gambar
hujan rata-rata tahunan adalah 199,3 mm. Batas 1). Sampel yang diambil adalah tumbuhan Araceae
administrasi Kecamatan Rasau Jaya di sebelah barat yang ditemukan pada saat penelitian.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Pembuatan Herbarium among Micropropagated Caladium” oleh Ahmed
Tahapan pembuatan herbarium mengikuti Onrizal, (2004), artikel jurnal “The Distribution of Araceae
(2005) dan Van Steenis (2005). Along The Lower Section of Perak River Malaysia”
oleh Truyen & Mansor (2015) dan Identifikasi
Identifikasi Jenis Tumbuhan Araceae sampel kultivar Caladium bicolor juga dilakukan
dengan mengirim foto sampel kultivar kepada
Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan foto Apriyono Rahadiantoro, M.Si sebagai pemerhati
sampel dan karakteristsik morfologi tumbuhan bidang botani, Universitas Brawijaya.
Araceae meliputi akar, modifikasi batang, daun dan
bunga. Literatur yang digunakan untuk Pembuatan Kunci Determinasi
mengidentifikasi yaitu menggunakan buku “Flora Kunci determinasi dibuat menggunakan kunci
of Java” oleh Backer (1963), buku “Practical Plant dikotom dengan mengikuti Tjitrosoepomo (1998)
Identification” oleh Cullen (2006), buku “The
Genera Of Araceae” oleh Mayo (1997), artikel
jurnal “leaf Color Stability during Plant
Development as an Index of Leaf Color Variation
43
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

Penyajian Data Caladium bicolor


Data-data tumbuhan Araceae yang diperoleh di Caladium bicolor merupakan tumbuhan herba
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya memiliki modifikasi batang berupa umbi. Daun
disajikan secara kualitatif dengan mendeskripsikan C. bicolor berbentuk perisai (peltatus) dengan
jenis-jenis tumbuhan Araceae yang ditemukan di panjang berkisar 5-36 cm dan lebar 3-20 cm,
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. kombinasi warna permukaan daun C. bicolor
HASIL DAN PEMBAHASAN antara lain hijau-putih, hijau-putih-merah dan
Hasil hijau-merah dengan bentuk ujung daun meruncing
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di (acuminatus) dan pangkal daun berlekuk
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya (emarginatus) (Gambar 2b, 2c, 2d dan 2e). Tipe
diperoleh 12 spesies dengan 4 kultivar Caladium perbungaan C. bicolor uniseksual dengan tongkol
bicolor yang termasuk dalam 11 genus yaitu terdiri atas zona jantan, zona betina dan zona steril.
Alocasia, Caladium, Colocasia, Cyrtosperma, Tongkol berwarna putih dengan panjang mencapai
Dieffenbachia, Homalomena, Lasia, Pistia, 12 cm. Seludang C. bicolor berwarna hijau pada
Rhapidopora, Syngonium dan Xanthosoma (Tabel bagian bawah sedangkan pada bagian atas
1 dan Gambar 2). Perbungaan jenis-jenis tumbuhan berwarna putih dengan panjang 7 cm (Gambar 3b).
Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
(Gambar 3). Kecamatan Rasau Jaya ditemukan 4 kultivar
Deskripsi Morfologi Jenis-Jenis Tumbuhan Caladium bicolor yaitu C. bicolor ‘candidum’,
Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau C. bicolor ‘red flash’,C. bicolor ‘red rhapsody’
Jaya dan C. bicolor ‘spotted beauty’. C. bicolor
‘candidum’ memiliki pertulangan daun berwarna
Alocasia macrorrhiza hijau, warna tangkai daun berupa hijau lurik hitam
Alocasia macrorrhiza merupakan tumbuhan herba atau merah dengan lurik hitam, pada bagian sumbu
dengan tinggi dapat mencapai 1.5 m. Daun pertulangan daun dan lekukan pada bagian bawah
A. macrorrhiza berbentuk anak panah (sagittatus) daun posterior terdapat bercak merah. Ciri khas
berwarna hijau dengan tepi helaian daun berombak kultivar ini adalah terdapat bercak putih yang
(repandus). Ujung daun runcing (acutus) dan tersebar merata pada helaian daun (Gambar 2b).
pangkal daun berlekuk (emarginatus) serta tangkai C. bicolor ‘red flash’ memiliki tampilan yang khas
daun berwarna hijau kekuningan. Daun yaitu bercak putih yang tersebar merata pada
A. macrorrhiza memiliki panjang berkisar antara helaian daun dan warna merah pada setiap
27-63 cm dan lebar 18-40 cm (Gambar 2a). Tipe pertulangan daun (Gambar 2c). C. bicolor ‘red
perbungaan A. macrorrhiza uniseksual dengan rhapsody’ memiliki morfologi khusus berupa
panjang tongkol mencapai 20 cm sedangkan warna merah pada tengah helaian dan pertulangan
panjang seludang dapat mencapai 35 cm. daun serta warna hijau pada bagian tepi helaian dan
Perbungaan A. macrorrhiza memiliki satu tidak terdapat bercak pada helaian daun (Gambar
seludang yang menyelubungi tongkol dengan 2d). C. bicolor ‘spotted beauty’ memiliki ciri khas
warna seludang hijau pada bagian bawah dan putih yaitu bercak putih dan merah yang tersebar merata
pada bagian atas, serta tongkol berwarna putih pada helaian daun, tepi helaian daun berwarna
(Gambar 3a). hijau (Gambar 2e).
Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya
No Genus Spesies Cara Hidup
1 Alocasia Alocasia macrorrhiza Schott. Terestrial
2 Caladium Caladium bicolorVent. Terestrial
‘candidum’
‘red flash’
‘red rhapsody’
‘spotted beauty’
Caladium schomburgkii Schott. Terestrial
3 Colocasia Colocasia esculenta (L.) Schott. Terestrial
4 Cyrtosperma Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott. Terestrial
5 Dieffenbachia Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott. Terestrial
6 Homalomena Homalomena rubescens (Roxb.) Kunth. Terestrial
7 Lasia Lasia spinosa (L.) Thwaites. Terestrial
8 Pistia Pistia stratiotes L. Akuatik
9 Rhaphidopora Rhapidopora hongkongensis Schott. Epifit
10 Syngonium Syngonium podophyllum Schott. Epifit
11 Xanthosoma Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott. Terestrial
44
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k) (l)

(m) (n) (o)


Gambar 2. Spesies Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya
a. Alocasia macrorrhiza i. Dieffenbachia seguine
b. C. bicolor ‘candidum’ j. Homalomena rubescens
c. C. bicolor ‘red flash’ k. Lasia spinosa
d. C. bicolor ‘red rhapsody’ l. Pistia stratiotes
e. C. bicolor ‘spotted beauty’ m. Rhapidopora hongkongensis
f. Caladium schomburgkii n. Syngonium podophyllum
g. Colocasia esculenta o. Xanthosoma sagittifolium
h. Cyrtosperma merkusii

45
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k)

Keterangan: SE (seludang), TK (tongkol), TB (tenda bunga), ZJ (zona jantan), ZS (zona steril), ZB (zona betina)

Gambar 3. Perbungaan spesies Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya


a. Alocasia macrorrhiza
b. C. bicolor ‘candidum’ e. Dieffenbachia seguine
C. bicolor ‘red flash’ f. Homalomena rubescens
C. bicolor ‘red rhapsody’ g. Lasia spinosa
C. bicolor ‘spotted beauty’ h. Pistia stratiotes
C. schomburgkii i. Rhapidopora hongkongensis
c. Colocasia esculenta j. Syngonium podophyllum
d. Cyrtosperma merkusii k. Xanthosoma sagittifolium

46
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

Caladium schomburgkii (Gambar 2h). Tipe perbungaan biseksual. Seludang


Caladium schomburgkii merupakan tumbuhan pada bagian luar berwarna cokelat dan pada bagian
herba umbi dengan tinggi dapat mencapai 50 cm. dalam berwarna putih serta tongkol berwarna
Daun C. schomburgkii memiliki panjang berkisar putih. Panjang seludang mencapai 19 cm
antara 2-20 cm sedangkan lebar berkisar antara sedangkan panjang tongkol mencapai 14 cm
3-15 cm. Daun C. schomburgkii berbentuk jantung (Gambar 3d).
(cordatus), ujung daun meruncing (acuminatus)
dengan pangkal daun berlekuk (emaginatus). Dieffenbachia seguine
Tangkai daun C. schomburgkii berwarna hijau Dieffenbachia seguine merupakan tumbuhan herba
kekuningan dan memiliki modifikasi batang yang memiliki modifikasi batang berupa rhizoma
berupa umbi berwarna putih (Gambar 2f). berwarna hijau dengan tinggi dapat mencapai 2 m.
C. schomburgkii memiliki tipe perbungaan Daun D. seguine berbentuk bulat telur memanjang
uniseksual dengan seludang berwarna putih pada (ovatus-oblongus) berwarna hijau dan terdapat
bagian atas dan hijau pada bagian bawah dan bercak putih yang tersebar di seluruh permukaan
tongkol berwarna putih. Zona betina terletak pada daun dengan tepi daun rata (integer). Ujung daun
bagian bawah, zona jantan terletak pada bagian atas meruncing (acuminatus) sedangkan pangkal daun
sedangkan zona steril terletak diantara kedua zona. tumpul (obtusus). Panjang daun D. seguine
C. schomburgkii memiliki seludang dengan berkisar antara 10-21 cm sedangkan lebar daun
panjang dapat mencapai 11 cm sedangkan panjang mencapai 5-7 cm (Gambar 2i). Tipe perbungaan
tongkol mencapai 7 cm (Gambar 3b). D. seguine uniseksual dengan panjang seludang
22 cm dan lebar 17 cm. Perbungaan D. seguine
Colocasia esculenta memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki
Colocasia esculenta merupakan tumbuhan herba tongkol yang saling berlekatan dengan seludang.
yang memiliki modifikasi batang berupa umbi Zona betina terletak di bagian bawah, zona jantan
dengan tinggi dapat mencapai 1 m. Bentuk daun terletak di bagian atas dan zona steril terletak
C. esculenta perisai (peltatus) berwarna hijau, diantara kedua zona. Seludang berwarna hijau
ujung daun meruncing (acuminatus) atau runcing pada bagian atas dan putih pada bagian bawah
(acutus) dengan pangkal daun berlekuk sedangkan tongkol memiliki warna yang berbeda-
(emarginatus). Panjang daun berkisar antara beda pada setiap zona, zona betina berwarna hijau
10-43 cm dan lebar dengan kisaran 7-29 cm. kekuningan, zona jantan berwarna hijau, zona steril
Permukaan atas daun berselaput lilin (pruinosus) berwarna putih (Gambar 3e).
dengan tangkai daun berwarna ungu (Gambar 2g).
Tipe perbungaan uniseksual, perbungaan memiliki Homalomena rubescens
zona steril tambahan (sterile appendix) yang Homalomena rubescens merupakan tumbuhan
terletak pada bagian ujung tongkol dengan zona herba dengan tinggi dapat mencapai 80 cm. Daun
jantan dan betina terpisah oleh zona steril. Tongkol H. rubescens berbentuk jantung (cordatus) dengan
lebih pendek dibanding panjang seludang. Panjang bentuk ujung daun meruncing (acuminatus)
tongkol mencapai 8 cm sedangkan panjang dengan pangkal daun berlekuk (emarginatus).
seludang 25 cm. Warna seludang bagian atas Daun H. rubescens memiliki kisaran panjang
kuning dan bagian bawah seludang berwarna ungu 10-23 cm dan lebar 6-18 cm. Tangkai daun dan
sedangkan warna tongkol yang terbagi menjadi pertulangan daun pada bagian bawah permukaan
warna bunga jantan putih dan warna bunga betina daun berwarna hijau kemerahan sedangkan warna
hijau (Gambar 3c). pertulangan daun pada bagian atas permukaan daun
hijau. Modifikasi batang berupa rhizoma berwarna
Cyrtosperma merkusii cokelat (Gambar 2j). Tipe perbungaan
Cyrtosperma merkusii merupakan tumbuhan herba H. rubescens bersifat uniseksual dengan seludang
yang memiliki tinggi dapat mencapai 2 m. Bentuk berwarna merah dan tidak ada penyempitan
daun C. merkusii berupa anak panah (sagittatus) seludang. Tongkol berwarna putih dengan zona
berwarna hijau. Tepi daun rata (integer), ujung jantan tidak sepenuhnya tertutupi seludang.
dau nmeruncing (acuminatus) dan pangkal daun Panjang seludang H. rubescens 5 cm sedangkan
berlekuk (emarginatus). Daun C. merkusii tongkol 6 cm (Gambar 3f).
memiliki panjang berkisar antara 27-67 cm dan
lebar berkisar antara 19-37 cm. C. merkusii Lasia spinosa
memiliki modifikasi batang berupa umbi dan duri, Lasia spinosa merupakan tumbuhan herba dengan
duri tersebar pada pertulangan daun dan tangkai tinggi dapat mencapai 2 m. Daun L. spinosa
daun. Warna tangkai daun hijau kemerahan berwarna hijau berbentuk tombak (hastatus) pada
47
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

fase juvenil dan berbentuk berbagi menyirip meruncing (acuminatus), pangkal daun tumpul
(pinnatipartitus) pada fase dewasa, tangkai daun (obtusus), tepi helaian daun rata (integer) dan
berwarna hijau, berduri dan berongga. Ujung daun pertulangan daun menyirip. Panjang daun
meruncing (acuminatus), pangkal daun berlekuk R. hongkongensis berkisar antara 3-11 cm dan lebar
(emarginatus) dan tepi daun rata (integer). Daun 1-3 cm. Tangkai daun berwarna hijau muda dan
L. spinosa memiliki kisaran panjang 23-52 cm dan terdapat selubung pada tangkai daun muda. Batang
lebar 13-42 cm. Modifikasi batang berupa rhizoma berwarna hijau dengan jarak internodus 3 cm
dan duri dengan internodus terlihat jelas. Duri (Gambar 2m). Perbungaan tunggal dengan tipe
tersebar pada batang, tangkai daun dan pertulangan perbungaan biseksual dan terletak pada ujung
daun (Gambar 2k). Tipe perbungaan biseksual, batang (terminalis), seludang berbentuk seperti
seludang kecil memanjang berbentuk spiral, perahu, tumbuh tegak dan mudah layu sehingga
tongkol pendek berbentuk silindris dan terdapat mudah terlepas dari tangkai bunga. Tongkol
4 tenda bunga. Panjang seludang L. spinosa 35 cm memiliki panjang mencapai 7 cm, tongkol dan
sedangkan tongkol 4 cm. Seludang berwarna seludang berwarna hijau (Gambar 3i).
merah kecokelatan pada bagian dalam sedangkan
pada bagian luar berwarna hijau kecokelatan. Syngonium podophyllum
Tangkai bunga berwarna hijau dan berduri yang Syngonium podophyllum merupakan tumbuhan
tersebar merata pada permukaannya (Gambar 3g). herba hidup epifit yang memiliki daun dengan
bentuk daun majemuk bangun kaki (pedatus) yang
Pistia stratiotes memiliki 5-7 anak daun. Daun berwarna hijau
Pistia stratiotes merupakan tumbuhan herba dengan tepi helaian daun rata (integer). Ujung daun
akuatik yang hidup mengapung di atas permukaan meruncing (acuminatus) dan pangkal daun tumpul
air. P. stratiotes memiliki daun berbentuk segitiga (obtusus). Batang dan tangkai daun berwarna hijau
terbalik (cuneatus), ujung daun berbentuk rompang dengan jarak internodus 9 cm (Gambar 2n).Tipe
(truncatus), pangkal daun tumpul (obtusus) dan perbungaan uniseksual, perbungaan muncul secara
pertulangan daun sejajar. Daun P. stratiotes bersamaan berkisar antara 5-6 perbungaan.
memiliki panjang berkisar antara 2-10 cm dan lebar Perbungaan terletak pada ketiak daun (axillaris).
1-5 cm. Permukaan daun berbulu halus (villosus) Permukaan seludang pada bagian luar dan bagian
dengan permukaan bawah daun memiliki bulu- dalam berwarna hijau serta terdapat lekukan atau
bulu halus yang lebih tebal. P. stratiotes tidak penyempitan pada bagian tengah seludang.
memiliki tangkai daun yang jelas (Gambar 2l). Tongkol berwarna putih dengan zona jantan
Tipe perbungaan uniseksual berukuran sangat terletak pada bagian atas sedangkan zona betina
kecil, karena panjang seludang hanya 1 cm terletak pada bagian bawah dan terdapat zona steril
sedangkan panjang tongkol 0,5 cm dengan tangkai diantara kedua zona. Seludang S. podophyllum
bunga sangat pendek atau hampir tidak memiliki. memiliki panjang mencapai 11 cm sedangkan
Perbungaan terletak di tengah-tengah atau terletak tongkol 9 cm (Gambar 3j).
tepat di bagian pangkal daun.Seludang berwarna
putih dengan bentuk membulat, tongkol tertutupi Xanthosoma sagittifolium
seludang, tepi seludang bagian bawah saling Xanthosoma sagittifolium merupakan tumbuhan
bersentuhan sehingga tampak melilit kearah pusat herba dengan tinggi mencapai 1.5 m dan memiliki
atau bagian tengah dan pada bagian luar seludang daun berbentuk anak panah (sagittatus) dengan
terdapat bulu-bulu halus. P. stratiotes memiliki ciri panjang berkisar antara 20-65 cm dan lebar
khusus yaitu zona jantan dan zona betina yang 15-43 cm. Daun X. sagittifolium berwarna hijau
terpisah (zona jantan tidak menempel pada tongkol dengan tepi helaian daun rata (integer). Ujung daun
tetapi menempel pada permukaan seludang). Zona meruncing (acuminatus) dan pangkal daun
jantan terletak di bagian atas berwarna kuning, berlekuk (emarginatus) (Gambar 2o). Tipe
zona betina terletak di bagian bawah berwarna perbungaan X. sagittifolium uniseksual dan
putih (Gambar 3h). memiliki dua buah seludang pada satu perbungaan
yang menyelubungi tongkol. Seludang berwarna
Rhapidopora hongkongensis hijau dengan panjang mencapai 36 cm sedangkan
Rhapidopora hongkongensis merupakan tumbuhan tongkol berwarna putih pada zona jantan dan zona
herba hidup epifit yang memiliki daun berbentuk betina serta memiliki panjang.20 cm (Gambar 3k).
lanset (lanceolatus), berwarna hijau, ujung daun

48
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

Kunci Determinasi Tumbuhan Araceae yang ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya

1a. Tumbuhan herba hidup akuatik ............................................................................................................ 2a


b. Tumbuhan herba hidup terestrial atau terestrial epifit ......................................................................... 2b
2a. Tangkai daun tidak jelas, bentuk daun segitiga terbalik (cuneatus)................................... 13a Pistia
b. Tangkai daun jelas, bentuk daun dapat berupa anak panah (sagittatus), tombak (hastatus), berbagi
menyirip (pinnatipartitus), lanset (lanceolatus), bulat telur memanjang (ovatus-oblongus), memanjang
(oblongus), jorong (ellipticus), jantung (cordatus), bulat telur (ovatus), lanset memanjang
(oblanceolate) ....................................................................................................................................... 3
3a. Batang memiliki duri, perbungaan memiliki tenda bunga atau tidak memiliki tenda bunga
................................................................................................................................................................ 4
b. Batang tidak memiliki duri, perbungaan tidak memiliki tenda bunga ................................................ 6
4a. Batang berada di atas permukaan tanah dan kadang-kadang di bawah berada permukaan tanah,
perbungaan biseksual ......................................................................................................................... 5
b. Batang berada di bawah permukaan tanah, perbungaan uniseksual .................................................. 10
5a. Bentuk daun anak panah (sagittatus),duri pada pertulangan daun dan tangkai daun, internodus tidak
terlihat jelas, tidak memiliki tenda bunga .................................................................. 16b Cyrtosperma
b. Bentuk daun tombak (hastatus) pada fase juvenil atau berbagi menyirip (pinnatipartitus) pada fase
dewasa, terdapat duri pada batang, tangkai daun dan pertulangan daun, internodus terlihat jelas,
memiliki tenda bunga .......................................................................................................... 16a Lasia
6a. Perbungaan biseksual, tumbuhan terestrial hidup epifit, tongkol tidak menyatu pada seludang, terdapat
selubung pada tangkai daun muda, bentuk daun lanset (lanceolatus) atau bulat telur memanjang (ovatus-
oblongus).................................................................................................................... 15a Rhapidopora
b. Perbungaan uniseksual, tongkol menyatu atau bebas pada seludang, seludang membentuk dua ruang
internal sehingga zona jantan dan zona betina berada pada ruang yang berlainan ................................ 7
7a. Zona jantan tidak tertutup seludang, tangkai perbungaan umumnya pendek, hidup terestrial, bunga
mengeluarkan aroma atau tidak saat mekar, bentuk daun ada yang memanjang (oblongus), jorong
(ellipticus), lanset (lanceolatus), anak panah (sagittatus) atau jantung (cordatus)
.................................................................................................................................. 17b Homalomena
b. Zona jantan tertutup seludang .............................................................................................................. 8
8a. Modifikasi batang berupa rhizoma, zona betina pada tongkol menyatu dengan seludang, bentuk daun
ada yang memanjang (oblongus), bulat telur (ovatus), jorong (ellipticus) atau lanset memanjang
(oblanceolate) ......................................................................................................... 17a Dieffenbachia
b. Modifikasi batang berupa umbi atau rhizoma ..................................................................................... 9
9a. Tumbuhan terestrial hidup epifit, kadang-kadang merambat di atas permukaan tanah
...................................................................................................................................... 15b Syngonium
b. Tumbuhan terestrial, tidak merambat di atas permukaan tanah ....................................................... 10
10a. Bentuk daun bulat telur (ovatus), anak panah (sagittatus) atau tombak (hastatus) .......................... 11
b. Bentuk daun jantung (cordatus) atau bentuk daun perisai (peltatus) ................................................ 12
11a. Bentuk daun anak panah (sagittatus), tangkai daun berwarna hijau ........................ 14a Xanthosoma
b. Bentuk daun anak panah (sagittatus), tangkai daun berwarna hijau kekuningan ............... 14b Alocasia
12a Bentuk daun jantung (cordatus) atau bentuk daun perisai (peltatus) .................................. 18 Caladium
b. Bentuk daun perisai (peltatus) ........................................................................................ 13b Colocasia
13a. Bentuk seludang membulat, permukaan daun berbulu halus rapat (villosus), pertulangan daun sejajar,
perbungaan uniseksual tanpa zona steril tambahan ....................................................... Pistia stratiotes
b. Bentuk seludang memanjang, permukaan atas daun berselaput lilin (pruinosus), pertulangan menyirip,
perbungaan uniseksual dan memiliki zona steril tambahan ..................................... Colocasia esculenta
14a. Memiliki dua seludang pada satu perbungaan .............................................. Xanthosoma sagittifolium
b. Memiliki satu seludang pada satu perbungaan .................................................... Alocasia macrorrhiza
15a. Jarak internodus ± 3 cm, bentuk daun lanset (lanceolatus), perbungaan terletak di ujung batang
................................................................................................................. Rhapidopora hongkongensis
b. Jarak internodus ± 9 cm, bentuk daun majemuk bangun kaki (pedatus), perbungaan terletak di ketiak
daun .............................................................................................................. Syngonium podophyllum
16a. Daun berbentuk tombak (hastatus) atau berbagi menyirip (pinnatipartitus), modifikasi batang berupa
rhizoma dan duri, warna tangkai daun hijau, ................................................................. Lasia spinosa

49
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

b. Daun berbentuk anak panah (sagittatus), modifikasi batang berupa umbi dan duri, warna tangkai daun
hijau kemerahan .................................................................................................. Cyrtosperma merkusii
17a. Batang berwarna hijau, daun berbentuk bulat telur memanjang (ovatus-oblongus) dan terdapat bercak
berwarna putih, tangkai daun berwarna hijau ................................................... Dieffenbachia seguine
b. Batang berwarna cokelat, daun berbentuk jantung (cordatus), tangkai daun berwarna hijau kemerahan
......................................................................................................................... Homalomena rubescens
18a. Helaian daun berwarna hijau dan pertulangan daun berwarna putih, warna tangkai daun hijau
kekuningan ..................................................................................................... Caladium schomburgkii
b. Helaian daun dengan kombinasi warna antara lain hijau-putih, hijau-merah dan hijau-putih-merah pada
permukaan daun ..................................................................................................... 19 Caladium bicolor
19a. Terdapat bercak putih tersebar pada helaian daun, pertulangan daun berwarna hijau, bagian sumbu
pertulangan daun dan lekukan pada bagian basal daun posterior terdapat bercak merah, tangkai daun
dapat berwarna hijau lurik hitam atau merah lurik hitam....................................C. bicolor ‘candidum’
b. Terdapat bercak putih yang tersebar merata pada helaian daun, pertulangan daun berwarna merah, tepi
helaian daun berwarna hijau, tangkai daun berwarna hijau ................................... C. bicolor ‘red flash’
c. Terdapat dua warna yang berbeda pada helaian dengan warna daun bagian tengah merah dan bagian tepi
helaian daun berwarna hijau serta tidak terdapat bercak pada helaian daun, pertulangan daun berwarna
merah, tangkai daun berwarna hijau ................................................................. C.bicolor ‘red rhapsody’
d. Terdapat bercak putih dan merah tersebar merata pada helaian daun, tepi helaian daun berwarna hijau,
pertulangan daun berwarna hijau, tangkai daun putih kehijauan .................... C.bicolor ‘spotted beauty’

Pembahasan yang memiliki umbi diantaranya Alocasia


macrorrhiza, Amorphophallus sp., Caladium
Jumlah tumbuhan Araceae di Kecamatan Rasau bicolor, C. schomburgkii, Colocasia esculenta,
Jaya ditemukan sebanyak 12 spesies yang termasuk Cyrtosperma merkusii, Theriophonum sp. dan
dalam 11 genus yaitu Alocasia, Caladium, Xanthosoma sagittifolium.
Colocasia, Cyrtosperma, Dieffenbachia,
Homalomena, Lasia, Pistia, Rhaphidopora, Tabel 1 menunjukkan bahwa pada spesies dari
Syngonium dan Xanthosoma (Tabel 1). genus Caladium lebih banyak ditemukan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dibandingkan dengan genus lainnya. Hal ini
tumbuhan Araceae yang ditemukan di Kecamatan dikarenakan Caladium memiliki kemampuan
Rasau Jaya memiliki 3 cara hidup yaitu tumbuhan
Araceae hidup terestrial, tumbuhan Araceae
terestrial hidup epifit dan tumbuhan Araceae beradaptasi dengan baik terhadap kondisi yang
akuatik (Tabel 1). Kurniawan et al., (2012) sebagian besar merupakan lahan terbuka. Menurut
mengungkapkan bahwa tumbuhan Araceae Dahlan & maz’um (2011), salah satu tumbuhan
memiliki rentang hidup yang luas dengan mampu Araceae genus Caladium memiliki toleransi hidup
hidup terestrial maupun akuatik. yang tinggi sehingga banyak ditemukan di tempat-
tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai
Tumbuhan Araceae yang hidup terestrial memiliki hutan, lahan pertanian dan perkebunan. Wilfret
modifikasi batang berupa umbi dan rhizoma. (1998) menegaskan bahwa Caladium mampu
Beberapa spesies tumbuhan Araceae yang hidup pada kondisi kering maupun basah serta
memiliki modifikasi batang berupa umbi yaitu dapat mengalami dormansi pada kondisi
Alocasia macrorrhiza, Caladium bicolor, lingkungan yang tidak sesuai.
C. schomburgkii, Colocasia esculenta,
Cyrtosperma merkusii dan Xanthosoma Tumbuhan Araceae terestrial hidup epifit yang
sagittifolium sedangkan beberapa spesies lain ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya terdiri atas
memiliki modifikasi batang berupa rhizoma 2 genus yaitu genus Rhaphidopora dan Syngonium.
diantaranya adalah Dieffenbachia seguine, Hasil ini berbeda dengan tumbuhan Araceae epifit
Homalomena rubescens dan Lasia spinosa. yang ditemukan di hutan Cagar Alam Tangale
Mayo et al., (1997) menyatakan bahwa tumbuhan Gorontalo oleh Khoirul et al., (2013) yang
Araceae yang memiliki modifikasi batang berupa menemukan 3 genus yaitu Scindapsus,
rhizoma antara lain Agloenema sp., Anthurium sp., Epipremnum dan Monstera. Hal ini diduga dapat
Dieffenbachia seguine, Homalomena rubescens terjadi karena adanya perbedaan kemampuan
dan Lasia spinosa sedangkan beberapa spesies tumbuh setiap spesies tumbuhan Araceae epifit
50
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu, melekat pada seludang, hal ini berbeda dengan
adanya pengalihfungsian lahan secara besar- spesies lainnya yang memiliki tipe perbungaan
besaran dengan menebang pepohonan sebagai uniseksual namun tongkol terpisah dengan
habitat tumbuh tumbuhan Araceae menjadi lahan seludang seperti pada perbungaan Caladium
pertanian dan perkebunan sehingga sangat bicolor, Syngonium podophyllum dan Xanthosoma
mempengaruhi keberadaan tumbuhan Araceae sagittifolium (Gambar 3b, 3j dan 3k). Karakteristik
epifit di Kecamatan Rasau Jaya. Genus Scindapsus, berbeda ditunjukkan pada perbungaan Colocasia
Epipremnum dan Monstera dapat ditemukan esculenta yang memiliki zona steril tambahan pada
di hutan Cagar Alam Tangale karena kawasan ujung tongkol (Gambar 3c). Hal ini sesuai dengan
Hutan Cagar Alam Tangale merupakan kawasan penelitian Ivancic et al., (2004) yang menyatakan
dengan banyak pepohonan besar yang berfungsi bahwa Colocasia esculenta memiliki tipe
sebagai substrat tumbuh Araceae epifit. perbungaan uniseksual yang terdiri atas empat zona
Khoirul et al., (2013) mengungkapkan bahwa yaitu zona betina, zona steril, zona jantan dan zona
selain menempel pada pepohonan tumbuhan steril tambahan (sterile appendix).
Araceae epifit yang ditemukan juga dapat
merambat atau menjalar di atas bebatuan.
Spesies lain yang memiliki tipe perbungaan
Salah satu spesies tumbuhan Araceae akuatik yang biseksual juga memiliki perbedaan antara spesies
ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya adalah satu dengan spesies lainnya. Perbedaan yang
P. stratiotes. P. stratiotes dapat dikenali dengan sangat jelas terdapat pada perbungaan Lasia
ciri tumbuhan mengapung bebas di atas permukaan spinosa (Gambar 3g) yang memiliki perbungaan
air dan memiliki perbungaan yang terdiri dari dilengkapi dengan adanya tenda bunga sedangkan
seludang dan tongkol. P. stratiotes memiliki daun 2 spesies lain seperti Cyrtosperma merkusii dan
berbentuk segitiga terbalik (cuneatus) dan Rhapidopora hongkongensis (Gambar 3d dan 3i)
pertulangan daun sejajar. Permukaan daun tidak memiliki tenda bunga. Perbedaan karakter
P. stratiotes memiliki bulu-bulu halus yang perbungaan yang dimiliki setiap spesies dapat
menutupi seluruh permukaan daun. memudahkan dalam mengidentifikasi tumbuhan
Neuenschwander et al., (2009) menjelaskan Araceae. Mayo et al., (1997) menyatakan bahwa
bahwa bulu-bulu halus yang terdapat di seluruh identifikasi tumbuhan Araceae dapat dilakukan
permukaan daun berfungsi untuk memerangkap dengan mengelompokan tipe perbungaan antara
gelembung udara sehingga memungkinkan tipe perbungaan biseksual atau uniseksual serta
P. stratiotes untuk mengapung di atas permukaan karakter perbungaan yang dimiliki setiap spesies
air. Tumbuhan Araceae akuatik terdiri atas tumbuhan Araceae.
2 spesies yaitu Lemna aequinoctiali dan
Pistia stratiotes (Elvino et al., 2009; Mayo et al., UCAPAN TERIMAKASIH
1997). Ucapan terimakasih kepada Community
Development dan Outreaching yang telah memberi
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 9 spesies bantuan dana pada penelitian ini.
tumbuhan Araceae yang memiliki tipe perbungaan
uniseksual sedangkan 3 spesies lainnya memiliki
tipe perbungaan biseksual. Tumbuhan Araceae DAFTAR PUSTAKA
yang memiliki tipe perbungaan uniseksual antara
lain Alocasia macrorrhiza, Caladium bicolor, C. Ahmed, EU, Takahiro, H & Susumu, Y, 2004, leaf Color
schomburgkii, Colocasia esculenta, Dieffenbachia Stability during Plant Development as an Index
of Leaf Color Variation among Micropropagated
seguine, Pistia stratiotes, Syngonium podophyllum
Caladium, Journal Hort Science, vol. 39, no. 2,
dan Xanthosoma sagittifolium. Tumbuhan Araceae hal. 328-332
yang memiliki tipe perbungaan biseksual
diantaranya adalah Cyrtosperma merkusii, Lasia Ananda, R, Des M & Rizki, 2013, Jenis-Jenis Araceae
spinosa dan Rhapidopora hongkongensis. Di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat,
Skripsi, STKIP Sumatra Barat, Sumatra Barat
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa
setiap spesies yang tergolong dalam tipe Asih, NPS, Warseno, T & Kurniawan, A, 2014, Araceae
perbungaan yang sama memiliki karakteristik yang berpotensi Obat di Kebun Raya “Eka Karya”
berbeda, seperti pada perbungaan Dieffenbachia Bali, Prosiding Semnas Biodiversitas vol. 3, no.
seguine (Gambar 3e) yang memiliki tipe 1, hal. 84-87
perbungaan uniseksual namun tongkol perbungaan
51
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 42-52

Backer, Ca, Bakhuizen & Brink, VD, 1963, Flora Of Khoirul, B, Novri Y & Uno, WD, 2013, Identifikasi
Java, Nv, P, Noordhoaf, Netherland Tumbuhan Famili Araceae Di Cagar Alam
Tangale Kabupaten Gorontalo, Universitas
Boyce, C, Peter & Wong, Sin Yeng, 2012, The Araceae
Negeri Gorontalo, Skripsi, Gorontalo
Of Malesia I: Introduction, Malayan Nature,
vol. 64, no 1, hal. 33-67
BPS Kubu Raya, 2014, Kecamatan Rasau Jaya Dalam Kurniawan, A, Warseno & Asih, NPS, 2012, Araceae
Angka 2013, Katalog BPS 2013, Kubu Raya Di Pulau Bali, Upt Balai, Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Eka Karya, Bali, Lembaga Ilmu
Cullen, J, 2006, Practical Plant Identification: Including
Pengetahuan Indonesia (LIPI), LIPI Press,
a Key to Native and Cultivated Flowering Plants
Jakarta
in North Temperate Regions, Cambridge
University press, New York Mayo, SJ, Bogner, J & Boyce, C, Peter, 1997, The
Genera Of Araceae, Royal Botanic Gardens,
Dahlan & Maz’um, M, 2011, Komposisi Jenis
Kew
Tumbuhan Bawah Pada Tegakan
Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Neuenschwander, P, Julien, MH, Ted D. Center, &
(Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga, Martin P. Hill, 2009, Pistia stratiotes L.
Bogor), Skripsi, IPB Bogor (Araceae), Biological Control of Tropical Weeds
using Arthropods, ed. R. Muniappan, G. V. P.
Elvino, J, Junior, N & Prata, AP, 2009, Plantae,
Reddy, and A. Raman, Cambridge University
Liliopsida, Arales, Araceae, Dracontioides
Press.
desciscens, Lemna aequinoctialis and
Montrichardia linifera: Distribution extension Tjitrosoepomo, G, 1998, Dasar-Dasar Taksonomi
and first records for state of Sergipe, Brazil, Tumbuhan, Gadjah Mada University Press,
Check List vol. 5, no. 2, hal. 195–199 Yogyakarta
Erlinawati, I & Tihurua, EF, 2013, Leaf Surface Truyen & Mansor, 2015, The Distribution of Araceae
Comparison of Three Genera of Araceae In Along The Lower Section of Perak River
Indonesia, Buletin Kebun Raya vol.16, no.2, hal. Malaysia, Aroideana vol.38E, no. 1, hal. 66-67
131-145
Van Steenis, CGGJ, 2005, Flora, PT. Pradnya
Erlinawati, I, 2010, The Diversity of Terestrial Araceae Paramita, Jakarta
In Mt Watuwila Complex, South East of
Van Steenis, CGGJ, 2008, Flora, PT. Pradnya
Sulawesi, Berk. Penel. Hayati vol. 15, hal. 131-
Paramita, Jakarta
137
Warseno, T, Asih NPS & Kurniawan, A, 2013,
Haigh, ASJ, Mayo, T, Croat, L, Reynolds, MM, Pinto,
Pelestarian dan Pemanfaatan Jenis-Jenis Araceae
PC, Boyce, L, Lay, J, Bogner, B, Clark, C,
Sebagai Tanaman Upacara Agama Hindu di
Kostelac, M & Hay, A, 2009, Interactive Web-
Kebun Raya “Eka Karya” Bali, Prosiding
Taxonomy For The Araceae, Blumea, vol. 54,
Seminar Nasional Biodiversitas vol. 1 hal. 115-
hal. 13-15
121
Ivancic, A, Lebot, V, Roupsard, O, Garcia, JQ & Okpul,
Wilfret, GJ, 1998, Tuber production of caladium
T, 2004, Thermogenic flowering of taro
cultivars grown in a sandy soil. Proc Fla State
(Colocasia esculenta, Araceae), Can. J. Bot. vol.
Hort Soc, vol 96, hal 245-248
82, hal 1557-1565

52

Anda mungkin juga menyukai