Saat itu umurku 17 tahun masih sekolah di STM aku mendapat tawaran dari
tetanggaku Om Candra untuk mengajari Matematika anaknya yang kelas 2 SMP.
Karena ibuku cerita bahwa nilai Matematikaku di ijasah SMP adalah 9. Dia cerita
kalau anaknya lemah di Matematika dan IPA. Sedangkan nilai untuk pelajaran IPS
adalah lumayan.
Aku belum menyanggupinya, karena aku belum pernah mengajar kecuali pada
Titin. Hingga suatu saat dia membawakan raport anaknya. Aku kaget sekali
ternyata nilai raport untuk Matematika-nya tak pernah lebih dari 5. Sedangkan
Fisika-nya paling tinggi adalah 6, yang lain 7 dan 6.Tak ada yang 8. “Ini pasti naik
kelasnya dikatrol,” batinku. Aku kasihan sekali akhirnya kusanggupi. Kulihat
photonya, namanya, umurnya dll. Siti Maesaroh 13 tahun. “Hmm.. cantik juga,”
batinku.
Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya seorang gadis keluar dari kamarnya. Aku
melongo melihatnya. Ini bidadari atau apa..? Cantiknya melebihi yang ada diphoto
raportnya. Titinku yang cantik kalah jauh bila dibandingkan dia. Dia memakai baju
terusan warna krem. Matanya bulat, hidungnya mancung, bibirnya tipis, alisnya
cukup tebal, giginya putih berbaris rapi, rambutnya sebahu, kulitnya putih, tinggi
semampai, dadanya sudah menonjol cukup besar. Maklumlah sekolahku yang STM
semuanya laki-laki dan lingkungan rumahku adalah lingkungan kampung,
makajarang sekali kulihat wanita cantik. Ada yang mulai mengeras. “Seandainya..
Aahhh.. Ini adalah muridku dan dia bukan levelku,” batinku memperingatkanku.
Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya dia bisa mendalami dan memahami
dasar-dasar Matematika yang merupakan dasar Fisika dan Kimianya. Ini terbukti
kadang-kadang sengaja aku berbuat salah dan dia mengkoreksinya. Selebihnya
tugasku jadi ringan, karena tinggal menerangkan sebentar, dia langsung mengerti.
Dan aku tinggal mengoreksi saja. Bahkan dia kubekali dua tingkat lebih tinggi dari
kurikulum sekolahnya. Aku bangga ternyata muridku bukanlah anak yang bodoh.
Aku jadi tahu segala sesuatu tentang keluarganya. Dia adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. Semuanya perempuan. Kakaknya Siti Fatimah, 16 tahun, panggilannya
Fatty sekolah di SMA kelas 2 di Jogyakarta. Adiknya Siti Khodijah, panggilannya
Ketty baru kelas 6 SD. Dia sendiri bernama Siti Maesaroh. Ayahnya adalah seorang
Cina keturunan. Bekerja di Mandala Airways sebagai kepala pemasarahn. Ibunya
adalah orang Pakistan yang bekerja di kedutaan. “Pantas aja anaknya cantik-cantik
semua.” batinku. “Udah cantik, kaya lagi.” Mobilnya saja saat itu ada 3 buah.
Ibunya, bapaknya, dan satu lagi untuk antar jemput sekolah anak-anaknya.
Pembantunya ada 3, tukang kebunnya 1, sopirnya 3. Bapaknya berangkat jam 7
pagi dan pulangnya rata-rata jam 8 malam.Ibunya dua minggu sekali pergi ke
Pakistan. Seringnya 3 hari kadang-kadang pernah sampai 8 hari. Pergaulannya
sangat dibatasi oleh bapaknya. Jadi kalau pulang sekolah harus pulang, tidak boleh
ke mana-mana. Kalau mau pergi, malamnya harus ijin dulu ke bapaknya dan
itupun harus diantar oleh sopirnya. Jadi dia bisa dibilang kesepian untuk anak
seumurnya. Walaupun semua fasilitas dia punya.
Selama mengajar, aku tak berani kurang ajar padanya. Pertama aku takut targetku
supaya raportnya tak merah tak berhasil, kedua karena aku sangat minder
dengannya. Terutama dari segi kekayaan. Walaupun itu milik orang tuanya. Paling-
paling, aku hanya melirik ke bukit kembarnya dan menatap wajahnya saat dia
menulis, mengintip celana dalamnya saat dia memakai rok mini.Terkadang malah
curi-curi mencium harum rambutnya saat menerangkan sesuatu. Memang kadang-
kaadang kami belajar di meja belajar atau sambil duduk di karpet. Sepertinya aku
jatuh cinta sama muridku ini. Tapi terus terang aku takut.
Suatu hari, kulihat dia sangat murung. Belajarnya kurang semangat. Wah, bisa
kacau nih. Bisa-bisa aku nanti nggak dibayar ……sama bapaknya. Perjanjiannya
adalah kalau terima raport nanti masih merah, maka aku tidak dibayar. Padahal 1
bulan lagi dia mau ulangan umum.
“Sar, kamu kenapa? kok kayaknya ada masalah..?” tanyaku.
“Ngaak.. nggak pa-pa kok.” sahutnya tidak bersemangat.
Setelah diplomasi sambil belajar, akhirnya setelah selesai belajar dia mau juga
ngomong. Ternyata dia itu naksir Joko, anak kelas 3 yang jadi bintang basket di
sekolahnya. Sedangkan Joko lebih memilih Susi yang satu kelas dengan Joko. Oh,
masalah cinta monyet toh. Aku senyum seorang diri.
“Lhoo.. Mas kok senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Bukannya bantuin
gimana gitu.” gerutunya.
“Wah kalau soal cinta, Mas nggak bisa ngapa-ngapain. Mas khan cuman jadi guru
Matematika sama IPA. Kalau ditambahin jadi guru cinta, Mas mau bantuin,”
sahutku bercanda.
“Oke deh, sekarang kalo Mas aku angkat jadi guru cinta, Mas berbuat apa kalau jadi
aku?” tanyanya.
“Yaa.. nggak tahu. Mas khan laki-laki,” bantahku.
“Oke deh, kalau lelaki itu ngeliat perempuan dari apanya.”
“Walaupun Mas belum pengalaman sama perempuan, Mas juga sekolahnya di
STM, tapi karena Mas menang umur dari kamu, Mas coba jelasin semampu Mas
ya.”
Karena aku sudah tidak kuat lagi, aku minta ijin pulang padanya.
“Yaa.. Mas kok pulang siicchh.”
“Iyaa.. Mas ada perlu. Besok kalau nggak ada keperluan, Mas mau nemenin sarah
deh..” sahutku.
Aku bangun agak tertunduk, maklum terpedoku ketekuk.
“Knapa Mass,” tanya sarah.
“Aku kesemutan nih,” elakku.
Dibantunya aku berdiri, entah kenapa lenganku menyentuh susunya lagi dan dia
pun tidak merasa risih. Teras lunak dan hangat. Makin sakit rasa terpedoku.
“Udah ya.. sampe besok Sabtu.” kataku.
Hari Sabtunya aku datang lagi. Kok rumahnya sepi. Pada kemana..? Biasanya kalau
Sabtu bapak dan ibunya sudah pulang. Dan mereka pergi jalan-jalan malam
harinya.
“Pada kemana Sar, kok sepi,” tanyaku ke sarah saat ketemu.
“Papa tugas ke Palembang 3 hari, Mama ke Pakistan, katanya sih sekitar 4 harian.
Si Siti sama Imah izin ke Garut. Tinggal Mang Ujang (sopirnya), Pak Parno (tukang
kebun) sama Bi Inah,” katanya.
Ternyata sopir bapak dan ibunya adalah sopir kantor.
“Mas.. boleh nggak hari ini sarah izin nggak belajar?” tanyanya.
“Lho.. kok nggak bilang kemaren. Mas udah dateng baru bilang. Emangnya kamu
kenapa? Sakit..?”kataku.
“Nggak.. tadi aku pijam video bagus sama Sari (temannya), dia bilang nontonnya
nggak boleh sendirian harus berdua. Tadinya mau nonton sama Ketty, eehh.. si
Ketty pake ikut papa segala.. Ya aku tunggu Mas dateng aja.”
“Kamu ada PR nggak?” tanyaku.
“Barusan udah aku kerjain kok. Coba aja Mas cek..” katanya sambil menyodorkan
buku Matematika-nya.
Kamar sarah ternyata besar sekali. Ada rak yang penuh dengan boneka, ada TV
besar, ada stereo set lengkap, ada AC-nya, ada kamar mandinya, meja belajarnya
bagus, tempat tidurnya luas (ukuran kingsize) dan ada pintunya ke balkon. Eh.. ada
teleponnya lagi. Bukan main. Rumahku sama kamarnya masih luas kamarnya. Aku
keliling terkagum-kagum.
“Kalau si Ketty tidurnya di mana?” tanyaku.
“Lho.. Ketty khan kamarnya di sebelah.. Mas belum tahu ya.” katanya sambil
memasukkan video ke playernya.
Aku makin kagum aja, kamar segini luas dipake sendiri. Bermimpi pun aku tidak
pernah punya kamar seperti ini. Apalagi membayangkan. Takut tidak kesampaian.
Aku duduk di karpet bersandarkan tempat tidur melihat ke TV. Mana gambarnya?
“Oh yaa.. Mas mau minum apa? Bi Inah lagi tidur katanya dia lagi masuk angin.”
tanyanya sambil keluar kamar.
“Air putih aja deh,” jawabku takut ngerepotin dia.
Oh ya, aku lupa. Saat itu sarah tumben memakai daster agak tipis. Biasanya dia
memakai celana pendek sama kaos. Dasternya itu lho yang nggak nahan. BH sama
celana dalamnya terbayang. Dia masuk sambil membawa sebotol air dan gelas, lalu
ditaruh di meja belajarnya.
“Kalau haus ambil sendiri ya Mass, aku taruh di sini,” katanya lalu mem-play-kan
videonya.
“Pantesan dari tadi nggak ada gambarnya.” gumanku dalam hati.
Dia duduk di sebelahku. Tercium harum badannya. Bau sabun mandi. Oh, ternyata
dia habis mandi. Pantes kelihatan segar.
“Mas, tadi khan guru sejarahku nggak masuk, lalu aku ke kantin sama temen-
temen. Mereka cerita tentang pacar mereka, pengalaman mereka pacaran. Aku
malu lho.. Mas, masak cuman aku aja yang nggak punya pacar.”
“Lho.. emang kamu belum punya pacar?” pancingku.
“Ihh.. Mas ngledek. Ya belum doongg..”
“Mau nggak jadi pacar Mas,” godaku.
“Emangnya Mas juga belum punya pacar?” tanyanya.
“Siapa yang mau sama Mas, orang jelek miskin gini.” kataku merendah. …”Tapi
sarah kan belum punya pengalaman pacaran, Mas..”
“Emang Mas udahh. Mas khan juga belum pernah.” sahutku.
Hening sekejap. Sementara di TV ada adegan orang ciuman.
“Mas, apa enaknya sih ciuman seperti itu?” katanya sambil matanya menatap TV.
“Dibilang Mas belum pernah.. ya.. mana tahu rasanya..”
“Kayaknya sih enak, liat tuh sampe merem-merem segala,” sambungku.
Hening lagi, yang ada adalah adegan yang kian merangsang di TV. Si lelaki sedang
bergelut sambil melucuti pakaian perempuannya, begitu pula sebaliknya. Mereka
saling melucuti. Lalu mereka saling meremas. “Aaahh.. ohhh.. sshhh.. shshshs..”
begitu suara di TV. Kurasakan nafas sarah semakin cepat. Lalu menyandarkan
kepalanya ke pundakku. Kakinya yang tadi diselonjorkan, kini ditekuk. Penisku
mulai menegang. Ketika si perempuan sedang mengulum penis lelaki, sisarah
mendesah, “Ihhh..” Aku tak tahu apa maksud desahannya. Jijik atau apa.
Kurangkul dia, lalu kupangku menghadapku. sarah pasrah saja terhadap apa yang
kulakukan. Kucium pipinya, matanya, hidungnya. Dia menikmati semua yang
kuberikan. “Aaahh.. Maassss.. hmmm..”Kuelus-elus punggungnya, kupegang
pantatnya sambil kuremas. Bulat dan keras. Tangannya pun mulai memeluk
pinggangku. Kukecup bibirnya. Mula-mula dia tidak membuka mulutnya. Hanya
bibir kami yang bertautan. Kumainkan lidahku, akhirnya mulutnya terbuka.
Lidahku dan lidahnya saling membelit. Terasa manis ludahnya. “Ternyata muridku
pintar sekali belajar. Dia mengikuti apa yang aku lakukan.” Kucoba meraba
susunya. Dia tersentak. Tapi ciumanku tak kulepaskan. Tangannya memegang
tanganku tapi tidak ditarik hanya dipegang saja. Pertanda dia pun menikmatinya.
Kuremas dari luar perlahan bukit kembarnya. “Aaahh.. Maasss..” desahnya.
Kuberdirikan dia, kuplorotkan dasternya. Dia kaget sekali. Langsung kucium lagi
bibirnya, tangan kiriku meremas-remas pantatnya, tangan kananku meremas
susunya. Lama-kelamaan dia sudah tak peduli lagi dengan tubuhnya yang setengah
telanjang. Hanya dengan BH dan CD cream-nya. Kudorong dia ke tempat tidur.
Tanganku sekarang berusaha memegang susunya dari balik BH-nya. Kuangkat BH
kirinya, kupegang langsung ke putingnya yang menonjol. “Aaacchhh.. Masss..
sshhh.. ssshh..” desahnya disela-sela nafasnya yang memburu. Sambil menatap
matanya yang mulai sayu, tangan kananku mencoba melepas BH-nya. Tak ada
penolakan sama sekali. Bukan main muridku ini.
Sekarang terpampanglah sepasang bukit kembar yang sangat indah. Putingnya
yang coklat muda tampak menonjol di bukitnya yang putih. Kukecup putingnya, dia
menggerinjal. Kucium susu kirinya sambil kuremas susu kanannya. “Aaacchhh..
Masss.. sshhh.. ssshh.. aaduuhhh..” kedua tangannya menjambak rambutku.
Kulirik dia, ternyata dia sedang melihat ke TV dimana sedang ada adegan orang
sedang bersetubuh. Tanganku segera mengusap-usap pahanya, turun ke dengkul,
naik lagi. Kuusap-usap vaginanya dari luar CD-nya. Sudah basah. Kumasukkan
tangan kananku ke dalam CD-nya. Bulu rambutnya masih sedikit. Kuusap-usap
bibir kemaluannya. Lalu kumasukkan jari tengahku ke liangnya. Becek banget ya.
Karena kurang leluasa, kubisikkan, “Sar, Mas sayang banget sama sarah..”
“Mas.. Saaarrraaa.. jugaaa sayaaaannngg Masss..” desahnya.
“Mas buka yaa..”
Dia menatapku tajam. Tapi tanganku mulai menurunkan CD-nya. Dia tidak
menolak, bahkan membantuku dengan menaikkan pantatnya. Setelah CD-nya
terbuka, tampaklah seonggok daging yangindah sekali bentuknya. Agak tembem.
Kucium perlahan. Baunya segar sekali. “Maasss.. aaahh..” desahnya keras sambil
pantatnya terangkat ke atas.
Penisku sakit karena tegangnya sudah maksimum dan terjepit celana. Aku berdiri
melepaskan semua pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu. Bugillah kita
berdua di kasur yang luas.
Tak lama kemudian, tiba-tiba dia menekan kepalaku dan menjepit dengan
pahanya. “Aaahh.. Maasss..” sarah berteriak keras sekali. Dan, “Syur.. syurrr..”
mengalirlah cairan kenikmatan dari liang vaginanya ke mulut dan lidahku.
Hidungku pun kena cipratannya. Kujilat. Ah, rasa itu kembali kurasakan. Setelah
sekian lama tak kurasakan. Kuhayati rasanya. Kok yang ini lebih manis dari punya
Titin yang pernah kurasakan, kujilati seluruhnya sampai bersih tak tersisa. sarah
makin berteriak, “Masss.. uudaaah.. Mass geli..”
Lalu aku naik, kupeluk dia dengan mesra. Penisku yang masih tegang, menyenggol
pahanya. Kutempelkan ke mulut vaginanya.
“Ohhh.. Masss..” desahnya lirih.
“Sar, Mass masukkan boleehhh?” tanyaku sambil menatap wajahnya memohon
persetujuannya.
Dia hanya mengangguk lemah. Hebat sekali muridku ini. Apa karena dia keturunan
Pakistan ya sehingga nafsunya besar.
Karena sudah ada lampu hijau, kutekan dengan sekuat tenagaku. “Blesss..” penisku
seperti menabrak kain tipis yang langsung sobek. “Auu[You must be registered and
logged in to see this link.] Masss.. sakiiitt.. periihhh.. Masss.. aduuhhh..” teriaknya.
Aku tidak peduli karena situasi rumah yang sepi. “Ooohhhh.. selaput ……dara.. aku
berhasil menembusmu,” batinku. Seluruh penisku seperti dipijit dan diremas
mesra.
Aku diamkan beberapa saat sampai vaginanya bisa menerima kehadiran penisku
dan dia tak merasa kesakitan lagi. Sementara itu dia melirik lagi ke TV. Saat itu di
TV sedang ada adegan doggy style. Aku merasakan kedutan-kedutan halus di
penisku. “Udah saatnya nich..” batinku.
Lama-lama kupercepat sedikit demi sedikit. Setelah terasa sangat licin. Makin
cepat dan makin cepat. Kulihat kepalanya bergoyang kiri ke kanan. Susunya
bergoyang-goyang indah. Ah, indahnya pemandangan itu. “Aaahhh.. cepet Mas..
cepet.. Masss.. yang dalem Mass.. ayooo.. Mas.. yang dalem Maasss..”
Pantatnya kini sudah bisa mengimbangi gerakanku ke kiri dan ke kanan. Penisku
seperti dipelintir rasanya. “Sudah masuk semua kok masih teriak-teriak yang
dalem, “batinku. “Dalem sekali liang vaginanya yaa.” Memang aku tak merasakan
kepala penisku menyentuh apa-apa. Kupercepat sampai mentok. Ah, nikmat
rasanya.
Kira-kira 10 menit, dia mulai ngomong yang nggak jelas. Kupercepat lagi sekuatku
sampai pinggangku agak sakit. Tiba-tiba kakinya membelit pinggangku. Pantatnya
ke atas, lalu diputar-putar dengan cepat. “Aaacchhh.. Masss.. akuuu.. udaahhh..”
Aku yang tadinya juga sudah mau sampai, digoyang seperti itu, mau nggak mau
bobol juga pertahananku. ” Maasss.. juugaaa.. aahhh..” teriakku sambil menekan
penisku agar masuk lebih dalam. “Crooott.. croottt.. crooott..” ada 5 atau 6 kali
penisku menembakkan maninya di liang vagina sarah. Lalu aku terkulai lemas tak
bertenaga di sebelahnya.
Sorenya aku bangun karena aku merasa lapar dan dingin. Rupanya aku sudah tak
berselimut lagi. Kupandangi sarah-ku yang masih tertidur dengan pulas. Kulihat
ada lendir kemerahan dekat kakinya. “Oh darah perawan..” pikirku. Kecantikannya
sangat alami. Kecantikan seorang gadis belia yang baru berumur 13 tahun, tapi
ingin merasakan nikmatnya bercinta. Kuselimuti dia. Sementara itu gambar TV-
nya sudah berwarna biru. Pertanda videonya sudah habis.
Gimana nih.. Aku lapar. Di rumah orang lagi. Biasanya aku disuguhi pisang goreng
dan kopi susu. Aku memakai bajuku, dan berjalan di sekeliling kamarnya,
mematikan TV. Kuperhatikan foto-fotonya di atas meja belajarnya. Masih lebih
cantik orangnya daripada fotonya. Beruntung aku menemukan biskuit di atas meja
belajarnya. Lumayan buat mengganjal perut.
Kira-kira 1 jam kemudian, sarah datang dengan membawa 2 piring nasi goreng
yang baunya membuat perut keroncongan. Lalu kami makan berdua.
“Enak betul nasi gorengnya. siapa yang masak..?” tanyaku.
“sarah sendiri Mas.”
“Lho.. Bi Inah ke mana?”
“Nggak tau tuh. Biasanya kalau sore dia suka ngobrol sama temen sebelah.”
Makin sempurna saja nih si sarah. Cantik, pintar, bisa masak.
“Mass, mandi yuukk..” ajaknya, “Badan sarah lengket semua niicchh..”
Rekan pembaca yang budiman, beberapa hari yang lalu aku dan sarah masih ada
jarak yang memisahkan. Antara murid dan guru. Sekarang setelah kami
berhubungan badan, dia tanpa malu-malu malah mengajakku mandi bersama.
Keadaan sudah berbalik 180 derajat.
Setelah melepaskan semua baju kami, lalu berbugil ria masuk kamar mandinya.
Busyet.. kamar mandinya ada perahunya (bath tube). Ada air panasnya lagi. Setelah
menyetel agar air hangatnya pas, kita berdua mandi di shower. Saling menyabuni,
membuat penisku mengeras lagi.
Lalu aku mandi. Menyabuni seluruh tubuhku. Ketika aku akan menyabuni penisku
yang sedang tegang, dia bangkit.
“Mas, biar sarah aja yang nyuci.. Masss..”
Dia jongkok di depanku. Dipandangi dengan seksama penisku.
“Mass.. sebesar ini kok bisa masuk ya..” sambil menggenggamnya. Lalu disabuni
batangku.
“Ohhh.. nikmatnya.. aaahh..” Lalu tangan kirinya memegang kantong pelirku.
Sambil meremas perlahan. …”Kalau yang ini isinya apa Masss? kok isinya lari-lari
sihh..” tanyanya.
“Itu adalah pabrik sperma, Sayang.” kataku.
“Ooo..”
“sarah tadi siang liat nggak di TV yang perempuan menghisap punyanya laki-laki?”
tanyaku.
“Liat Mas.. enggg.. Mas mau sarah menghisap punya Mas..?” tanyanya.
“Ya.. kalau sarah nggak keberatan,” sahutku.
“Eee.. gimana yaa..” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke penisku.
Diciumnya penisku perlahan, karena wangi habis disabuni, dia sepertinya
menikmati sekali. Lalu digesek-gesekkan ke pipinya, matanya, lehernya sambil
matanya terpejam. Lama, dia melakukan itu. Punyaku berontak semakin tegang.
“Aaahh.. Masss.. punya Mas.. hangat..” desahnya.
“Ayooo doonnggg.. dihisaaap..” pintaku.
Dengan takut-takut kepala penisku dicium. Lalu batangnya balik lagi ke kepalanya.
Lidahnya dengan ragu-ragu dikeluarkan. Mulai menjilat kepala penisku. Lidahnya
yang agak kasar itu menggaruknya. “Aaahh.. yaaa.. begitu.. yaa.. yaaaa.. aduuuhh..
enaknya.. aaahh..” Aku mendesah nikmat. Lalu lidahnya mulai menelusuri
batangnya hingga kantong pelirku. Kantong pelirku dihisapnya. “Aduuuhh..
enaknya.. aaahh..” desahku makin keras.
Lalu dengan menatapku, mulutnya terbuka sedikit dan mengemut kepala penisku.
Hangat terasa penisku. Maju mundur maju mundur sambil tetap menatapku. Dan..
dia mulai menghisap. Bukan main, muridku ini cepat belajar. Jauh lebih pandai
dari Titinku dulu. Kalau Titin dulu, hisapan pertama, penisku kena giginya. Tapi
sarah..? Aku yakin sekali kalau dia baru pertama melakukannya. Kok bisa..?
Hisapannya makin lama makin cepat dan kuat. Kupegang kepalanya agar dia lebih
dalam menghisap. Dan kulihat separuh penisku masuk. Bukan main, Titin dulu
hanya sanggup menelan kepalanya saja.Penisku sepertinya sudah tak sanggup
menahan sensasi luar biasa yang diterimanya. Karena selain dihisap, sarah juga
memainkan lidahnya di kepala penisku. Rasanya berkedut-kedut. Makin lama
makin cepat, makin cepat makin cepat dan.. “Aaahh..” aku menjerit keras. Lalu,
“Crooott.. croottt..” spermaku muncrat ke mulutnya. “Aaahh.. aduuhhh..” aku
terduduk lemas. Penisku pun melemas.
Kulihat sebagian spermaku mengalir keluar dari sela-sela bibirnya. Dia sepertinya
sedang bingung merasakan rasa dari air maniku.
“Masss.. Airnya tertelan nggak pa-pa?”
“Nggak apa-apa Sar.. Ditelan malah enak kok..”
“Enaakk apa nggak?” tanyaku.
“Enak Mas.. seperti air santan kental agak asin.”
“Itu proteinnya sama dengan 10 telor ayam kampung lho..”
Setelah agak mendingan kami mandi bersama lagi karena tadi keringetan. Sewaktu
aku mengeringkan badannya dengan handuk, sarah memandangku agak lama.
Susunya menegang keras, putingnya mulai menonjol lagi. Nafasnya sedikit
memburu. Nah lho, mau apa lagi dia. Dia menarik tanganku keluar dari kamar
mandi. Aku langsung didorong sampai terlentang di tempat tidur. Diraihnya
penisku yang masih lembek. Diurut-urut, dipijat, sampai akhirnya mulai mengeras
sendiri. “Hore.. kerasss lagiii..” teriak sarah kegirangan. Lalu tanpa ragu-ragu,
diemut lagi penisku dengan ganas. Dihisap dengan keras. Karena aku takut
spermaku keluar sia-sia, maka dengan cepat kutarik badannya ke atas tempat tidur.
Kubanting agak keras, lalu kukangkangkan kakinya. Kucium bibir vaginanya,
kujilat klitorisnya. Ternyata vaginanya sudah agak basah. Kujilat terus sambil
kutekan lidahku ke klitorisnya. “Aaahh.. ssshh.. ssshh.. ayoo.. Masss.. cepeettt..
Masss..” Aku tak perduli, terus saja kujilati klitorisnya.
Lalu dia diam sebentar. Aku kaget ketika dia entah sengaja tidak menggerakkan
urat-urat vaginanya. Seluruh batang penisku seperti dipijat. Diremas-remas oleh
urat vaginanya yang cukup kuat. “Aaahh.. sarah.. kamu apaiiinn.. hhhggghh..”
Dengan perlahan, sambil menggerak-gerakkan urat vaginanya, sarah mengangkat
pantatnya. Gila rasanya. Penisku seperti ditarik. Sensasinya sampai ke ubun-ubun
kepalaku. Seluruh badanku merinding tak sanggup menahan sensasi itu.Setelah
kira-kira tinggal kepalanya saja yang terjepit, dengan perlahan pula diturunkan
pantatnya. Ini juga, dia mengedut-ngedutkan urat vaginanya. Aku tak sanggup
mengungkapkan dengan kata-kata apa yang sedang kurasakan.
Mungkin karena kasihan padaku atau kenapa, lalu dia mempercepat gerakan naik
turunnya. Makin lama makin cepat. Susunya yang bergoyang-goyang, segera
kuremas dengan keras untuk mengimbangi rasa geli dan ngilu di penisku.
“Aduuuhh.. saaakiitttt.. Maasss.. Jangan keras-keras doonngg..” erangnya. Siapa
yang perduli, lha wong aku aja juga disiksa begini. Disiksa?
Lalu kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, segera saja lidahku, menerjang
dan menjelajah liang vaginanya. Kuhajar habis-habisan daging sebesar kedele itu
dengan jilatanku yang ganas. “Aaahhh.. Masss.. aaahh.. ooohh.. yanngg keeraass..
Maasss.. yang.. cepaaat Masss..” sambil tangannya menekan kepalaku. “Rasanya
kok aneh begini? Ini pasti dari pejuku.” pikirku. Lidahku sampai pegal tapi dia kok
belum sampai juga yah. Kupercepat dan kuperkeras semampuku. Tak lama
kemudian…
Malam itu aku dipaksa menginap di kamarnya. sarah seperti anak kecil yang
menemukan mainan baru. Bukan main nafsunya seksnya. Kami main sampai kira-
kira jam 2 malam. Semua posisi yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Berdiri,
jongkok, nungging, di karpet, di tempat tidur, di meja belajar. Dan sepertinya sarah
tak pernah merasa puas, yang kuingat dia sampai 5 kali orgasme. Sedang aku
sampai habis rasanya cadangan spermaku. Terkuras habis. Entah berapa kali aku
orgasme. Aku merasa tak punya tulang lagi. Lemas sekali. Habis siapa yang
sanggup menolak permintaan bidadari? Mungkin ini adalah sensasi yang terindah,
selama hidupku.
Aku bangun pukul 8 pagi esok harinya, dan langsung pulang karena takut orang
tuaku mencariku. Dan aku janji nanti sore akan kembali lagi.
Sejak saat itu, dengan alasan sudah mendekati ulangan umum, maka jamnya
ditambah 1 jam menjadi 3 jam setiap pertemuan. Dan ruangan belajarnya pun
pindah ke kamarnya. Setiap pertemuan, selalu kami isi dengan pertempuran
dahsyat. Dan herannya kami tak pernah bosan dan tak pernah puas. Untuk
mengimbangi sarah, aku harus banyak olahraga dan minum telor. sarah pun makin
terlihat cantik.
Pernah suatu kali disaat kami sedang bertempur, adiknya mendadak masuk ke
kamarnya. Dia menjerit lalu lari keluar. Aku dan sarah sama-sama kaget.
Untungnya si Ketty takut sekali sama kakaknya sehingga tetap menjadi rahasia
bertiga. Sehingga orang tuanya tidak mengetahui skandal kami.
Saat pembagian raport tiba, aku deg-degan sekali. Ternyata.. nilai Matematika,
Fisika dan Kimianya adalah 8. Bahkan dia bisa masuk 10 besar. Orang tuanya
sangat bangga padaku. Aku diberi uang banyak. Selanjutnya kami membuat
perjanjian, untuk semester depan agar aku mengajar dia lagi. Selama kurang lebih
2 minggu aku tidak bertemu sarah karena orang tuanya mengajaknya liburan ke
Bali. Walaupun aku sekarang tidak mengajar sarah, tapi aku sering
mengunjunginya kalau orang tuanya sedang tidak berada di rumah.
sekian kisah Cerita Seks Bergambar Guru dan Murid untuk di ceritakan.
lihat juga sebelumnya ada cerita seks bergambar menarik yang tak kalah serunya
untuk dibaca Ngentot Memek Bu Lestari Perempuan Berjilbab.Tamat
Share this:
Terkait
Cerita Mesum Amel Alvi Artis Indonesia Cerita Sex Ngentot Ibu Kandung
Januari 5, 2020
dalam "Cerita Dewasa Bergambar"
Menikmati Montoknya Payudara Tante Lagi Tidur Cerita Sex Ketahuan
Januari 1, 2020
dalam "Cerita Ngentot"
Gairah Seks Tinggi Bu Guru Binal Pemuas Nafsu Cerita Malam Pertama Yang
Hot Dan Romantis
Desember 31, 2019
dalam "Cerita Ngewe"
Tag: Gambar Tante Stw, Jilbab Ewean, Kumpulan Cerita Seka, Mungil Sex, Nyonya Kesepian, Sex
Sambil Mandi
Berikan Komentar
Cerita Dewasa
Kembali ke atas