Anda di halaman 1dari 10

Vol. 17, No.

1 Tahun 2020 | 81 - 90

Pengaruh Penggunaan Metode Problem Based Learning terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi

The Effect of The Use of Problem Based Learning Method 0n The Problem of
Troubleshooting Education in Economic Learning
Santi a,1*, Ikaputera Waspada b, 2, Sumartini c,3
a,b
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Sekolah Pascasarjana, UPI Bandung
1
santi@upi.edu*,, 2Ikaputerawaspda@upi.edu,, 3sumartinifpeb@upi.edu
*
korespondensi penulis

Informasi Artikel ABSTRAK


Kata Kunci: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis perbedaan kemampuan
Problem Based Learning, pemecahan masalah peserta didik yang menggunakan metode problem
Pemecahan Masalah based learning dengan metode konvensional (ceramah, tanya jawab).
Pembelajaran Ekonomi Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Rengasdengklok Kabupaten
Karawang, dengan subjek penelitian yaitu kelas XI IIS 1 dan kelas XI IIS 2
dengan jumlah 67 peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah quasi semu (quasi eksperiment), untuk mengetahui hasil dari
perlakuan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan 2 metode.
Hasil dari analsis data yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa
terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah atau terdapat
pengaruh positif penggunaan metode problem based learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dibandingkan dengan metode
konvensional pada mata pelajaran ekonomi dengan sub judul materi
perpajakan. Dengan hasil tersebut peneliti menyarankan agar penelitian
selanjutnya bisa menggunakan metode problem based learning pada mata
pelajaran ekonomi dengan sub judul materi yang lain.

Keywords: ABSTRACT
Problem Based Learning The purpose of this study is to analyze differences in the problem solving
Problem Solving Ability abilities of students who use the problem based learning method with
Economic Learning conventional methods (lecture, question and answer). This research was
conducted at SMA Negeri 1 Rengasdengklok, Karawang Regency, with
research subjects namely class XI IIS 1 and class XI IIS 2 with a total of 67
students. The method used in this study is quasi quasi (quasi experiment), to
determine the results of the treatment carried out by researchers using 2
methods. The results of data analysis conducted by researchers show that
there is an increase in problem solving ability or there is a positive
influence on the use of problem based learning methods on students'
problem solving abilities compared to conventional methods in economic
subjects with taxation material subtitles. With these results the researchers
suggest that further research can use the problem based learning method in
economic subjects with other material subtitles.

Pendahuluan
Pembelajaran abad ke-21 ditandai daya manusia yang berkualitas (Fernandes,
sebagai abad keterbukaan atau abad 2019). Manusia yang berkualitas dihasilkan
globalisasi, artinya kehidupan manusia pada oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara
abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan profesional sehingga membuahkan hasil
yang fundamental yang berbeda dengan tata unggulan (Sumantri, 2019). Tuntutan-tuntutan
kehidupan dalam abad sebelumnya. Abad 21 yang serba baru tersebut meminta berbagai
ini menuntut kualitas dalam segala usaha dan terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep,
hasil kerja manusia, sehingga dengan dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain
sendirinya abad 21 ini mengharapkan sumber diperlukan suatu paradigma baru dalam
Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

menghadapi tantangan-tantangan yang baru, yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang
demikian kata filsuf Khun. Menurut filsuf melihat peningkatan kemampuan pemecahan
Khun (Wijaya et al., 2016) apabila tantangan- masalah. Fokus utama dan karakteristik dari
tantangan baru tersebut dihadapi dengan mata pelajaran ekonomi adalah kemampuan
menggunakan paradigma lama, maka segala berfikir kognitif melalui pemecahan masalah.
usaha akan menemui kegagalan. Tantangan Berdasarkan hasil observasi yang
yang baru menuntut proses terobosan dilakukan penulis pada mata pelajaran
pemikiran (breakthrough thinking process) ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
apabila yang diinginkan adalah output yang Rengasdengklok, diperoleh keterangan bahwa
bermutu yang dapat bersaing dengan hasil banyak siswa yang tidak berperan aktif selama
karya dalam dunia yang serba terbuka (Tilaar, proses belajar mengajar ekonomi di kelas
1998). berlangsung. Hal ini dikarenakan guru masih
Pendidikan abad ke-21 juga menggunakan model pembelajaran
menekankan pada kemampuan siswa konvensional. Guru hanya menyampaikan
menyelesaikan masalah secara kreatif dan materi pembelajaran dengan ceramah sesuai
melaksanakan pembelajaran long-life-learning. dengan materi pelajaran yang ada di buku
Menganalisis permasalahan yang dihadapi tanpa mengaitkannya dengan kehidupan
kemudian memikirkan penyelesaiannya secara sehari-hari siswa, sehingga banyak siswa yang
kritis kemudian dengan kreatifitasnya merasa bosan dan beranggapan bahwa
memberikan solusi yang berbeda untuk tiap ekonomi adalah mata pelajaran yang tidak
permasalahan. Kemampuan memecahkan menarik. Bahkan ketika guru memberi
masalah harus didukung dengan kreativitas. kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
Kreativitas dapat membuat individu siswa-siswa tersebut hanya diam dan
menemukan berbagai solusi untuk menunduk karena pada dasarnya mereka tidak
memecahkan masalah, karena mereka memahami materi yang yang sedang mereka
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda pelajari. Kemudian dilihat dari aktivitas
dalam memandang suatu masalah (Mursidik et mereka dalam mengerjakan tugas yang
al., 2015). Kreativitas dipandang sebagai diberikan oleh guru, banyak siswa yang tidak
tindakan cerdas yang menciptakan beberapa langsung mengerjakannya, seperti acuh tak
solusi untuk masalah oleh pandangan asli dan acuh, banyak yang bercerita, dan aktivitas yang
unik (divergen) daripada membatasi solusi tiak ada kaitannya dengan kegiatan belajar
dengan kecerdasan dan logika (konvergen) mengajar khususnya dalam bidang studi
(Beetlestone, 2011). ekonomi. Bisa dilihat dari hasil pra-penelitian
Dalam melatih para peserta didik agar yang dilakukan oleh peneliti pada tabel 1
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan sebagai berikut:
masalah dibutuhkan suatu proses pembelajaran

Tabel 1
Hasil Uji Pra-Penelitian
Kelas Jumah Rata-rata Belum Tuntas Tuntas
Siswa Nilai <75 % >75 %
XI IPS 1 34 74,25 10 29,41 24 70,59
XI IPS 2 33 77,20 12 36,36 21 63,64
Berdasrkan dari hasil tabel 1.1 bisa dilihat atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
bahwa masih banyak siswa yang belum menganalisis perbedaan kemampuan
memenuhi kriteria ketuntasan dalam pemecahan masalah menggunakan metode
pembelajaran ekonomi, yaitu sekitar 22 siswa problem based learning dengan metode
pada 2 kelas dengan jumlah keseleruhan siswa konvensional.
sebanyak 65 siswa. Berdasarkan permasalah di

82| SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

Kajian Literatur Problem based learning bertujuan untuk


Jean Piaget (Oktavianti et al., 2018) meningkatkan keterampilan belajar yang
menyatakan bahwa teori konstruktivisme spesifik misalnya konstruksi pengetahuan dan
adalah pengetahuan yang diperoleh seorang penalaran Savery (Yamin & Masek, 2011).
anak yang merupakan hasil dari konstruksi Tujuan metode problem based learning
pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan (Arends, 2009, hlm. 43) adalah sebagai
pengetahuan yang baru diperolehnya. Hal ini berikut, (1) Mengembangkan keterampilan
seajalan dengan pernyataan (Paradesa et al., berpikir dan kemampuan memecahkan
2017) yang menyatakan bahwa masalah banyak ide yang digunakan untuk
konstruktivisme adalah suatu pendekatan yang mengartikan tentang kemampuan berpikir (2)
berkeyakinan bahwa orang secara aktif Problem based learning mendorong peserta
membangun atau membuat pengetahuan didik untuk tidak berpikir konkret melainkan
sendiri dan realitas ditentukan oleh berpikir mengenai ide-ide abstrak. (3)
pengalaman orang itu sendiri. Mengembangkan keterampilan belajar secara
Problem Based Learning mandiri. (4) Berbeda dengan pembelajaran
Problem Based learning dikembangkan konvensional peran guru dalam metode
sejak tahun 1976-an di McMaster University di problem based learning cenderung sedikit. (4)
Canada dan metode ini sudah merambah ke Dapat meniru peran orang dewasa.
berbagai jenjang pendidikan. Keunggulan dari Langkah-langkah menggunakan metode
metode ini, jenjang pendidikan yang lebih pembelajaran tersebut, dan ada 5 langkah
rendah pun sudah mulai menggunakan metode dalam metode Problem based learning (PBL)
ini. dengan perkembangan yang pesat, Menurut (Nafiah & Suyanto, 2014)
rumusannya juga beragam. Salah satu yang mengemukan bahwa dalam langkah-langkah
cukup mewakili, adalah rumusan yang Problem based learning (PBL) ada 5 tahap
diungkapkan Prof. Howard Barrows dan yaitu:
Kelson (Amir, 2010, hlm. 21). 1. Guru mempersiapkan dan
Menurut Barbara J. Duch, Problem Based melempar masalah kepada peserta
Learning (PBL) merupakan satu metode yang didik
ditandai dengan penggunaan masalah yang ada 2. Membentuk kelompok kecil,
di dunia nyata untuk melatih peserta didik dalam masing-masing kelompok
berfikir kritis dan terampil memecahkan peserta didik mendiskusikan
masalah, dan memperoleh pengetahuan tentang masalah tersebut dengan
konsep yang penting dari apa yang dipelajari memanfaatkan dan merefleksi
(Wijayanto, 2009). Sedangkan Menurut (Alan pengetahuan/keterampilan yang
& Afriansyah, 2017), Problem Based Learning mereka miliki. Suswa juga
(PBL) merupakan rangkaian aktivitas membuat rumusan masalah dan
pembelajaran yang menekankan kepada proses membuat hipotesis-hipotesis
penyelesaian masalah yang dihadapi secara 3. Peserta didik mencari (hunting)
ilmiah. Pada metode ini pembelajaran dimulai informasi dan data yang
dengan menyajikan permasalahan nyata yang berhubungan dengan masalah
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama yang sudah dirumuskan
antara peserta didik dalam kelas (Agustin, 4. Peserta didik berkumpul dalam
2013). kelompok untuk melporkan data
Metode PBL ini akan lebih efektif jika apa yang sudah diperolah dan
diterapkan dengan menggabungkan dengan mendiskusikan dalam kelompok
metode yang mendukung peserta didik untuk berdsarkan data-data yang
berpikir rasional dan ilmiah, aktif dan diperoleh tersebut. Langkah ini
menguasai ilustrasi ilmiah, serta mahir dalam diulang-ulang sampai
pemecahan masalah, berani dalam memperoleh solusi
berpendapat, percaya diri dalam persaingan 5. Kegiatan diskusi penutup sebagai
yang dinamis serta mampu menumbuhkan kegiatan akhir, apabila proses
kedisiplinan (Wardhani, 2015). sudah memperoleh solusi yang
tepat.

SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial |83


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

Pemecahan Masalah untuk memahami dan menguasai apa dan


Pemecahan masalah merupakan suatu bagaimana sesuatu itu terjadi, lebih dari itu
proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui juga peserta didik dituntut untuk memberikan
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. pemahaman dan penguasaan tentang apa yang
Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah terjadi, dan bagaimana hal tersbut terjadi.
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi
tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol tersebut maka pembelajaran pemecahan
lebih. Pemecahan masalah merupakan masalah menjadi sangat penting untuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diajarkan pada peserta didik disekolah. Supaya
dimiliki seseorang dengan menggunakan peserta didik bisa menyelesaikan masalah
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman maka diperlukan sikap dalam menyelesaikan
untuk menemukan solusi dari masalah yang masalah. Namun, masalah dapat muncul ketika
dihadapinya. skenario berubah, atau ketika seseorang ingin
Disamping itu, pemecahan masalah juga mencapai tujuan tertentu, sehingga diperlukan
merupakan persoalan-persoalan yang dikenal untuk mengubah keadaan saat ini (Tsai, 2017).
sebagai proses berfikir tinggi dan penting Pemecahan masalah merupakan usaha
dalam proses pembelajaran. Kemampuan untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
pemecahan masalah sangat penting artinya perlu adanya tahapan-tahapan dalam
bagi kehidupan peserta didik dan masa pemecahan masalah. Menurut (Polya, 1980,
depannya. Para ahli pembelajaran sependapat hlm. 5) ada empat tahap pemecahan masalah
bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam yaitu; (1) memahami masalah, (2)
batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan
bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan rencana, (4) memeriksa kembali Diagram
(Hadi & Radiyatul, 2014). Pada hakikatnya, pemecahan masalah Polya dapat dilihat pada
program pembelajaran bertujuan tidak hanya Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Diagram Pemecahan masalah Polya


masalah yang kompleks: (1) memberikan
Dari diagram tahapan pemecaham pertanyaan mengenai apa yang diketahui
masalah diatas, dapat dirincikan sebagai dan dicari, (2) menjelaskan masalah sesuai
berikut (Polya, 1980, hlm. 5-17): dengan kalimat sendiri, (3)
1. Memahami masalah (understand the menghubungkannya dengan masalah lain
problem) yang serupa, (4) fokus pada bagian yang
Tahap pertama pada penyelesaian masalah penting dari masalah tersebut, (5)
adalah memahami soal. Peserta didik perlu mengembangkan metode, dan (6)
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa menggambar diagram.
saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai- 2. Membuat rencana (devise a plan)
nilai yang terkait serta apa yang sedang Peserta didik perlu mengidentifikasi operasi
mereka cari. Beberapa saran yang dapat yang terlibat serta strategi yang diperlukan
membantu peserta didik dalam memahami untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan. Hal ini bisa dilakukan peserta
didik dengan cara seperti: (1) menebak, (2)
mengembangkan sebuah metode, (3)

84| SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

mensketsa diagram, (4) menyederhanakan kesimpulan atau membuat hipotesis


masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6) mengenai bagaimana cara menyelesaikan
membuat tabel, (7) eksperimen dan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang
simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji sudah diperoleh pada dua tahap pertama.
semua kemungkinan, (10) mengidentifikasi 4. Menyelesaikan masalah (solve the
sub-tujuan, (11) membuat analogi, dan (12) problem). Pada tahap ini semua
mengurutkan data/informasi. keterampilan matematika seperti
3. Melaksanakan rencana (carry out the plan) menghitung dilakukan untuk menemukan
Apa yang diterapkan jelaslah tergantung suatu jawaban.
pada apa yang telah direncanakan 5. Meninjau kembali dan mendiskusikan
sebelumnya dan juga termasuk hal-hal (review and extend). Pada tahap ini, peserta
berikut: (1) mengartikan informasi yang didik mengecek kembali jawabannya dan
diberikan ke dalam bentuk matematika; dan melihat variasi dari cara memecahkan
(2) melaksanakan strategi selama proses masalah.
dan perhitungan yang berlangsung. Secara Dari paparan di atas dapat disimpulkan
umum pada tahap ini peserta didik perlu bahwa tahapan dalam pemecahan masalah
mempertahankan rencana yang sudah antara lain, (1) Identifikasi masalah yang ada,
dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak (2)Menentukan tujuan apa yang akan
bisa terlaksana, maka peserta didik dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah, (3)
memilih cara atau rencana lain. Membuat strategi dalam penyelesaian masalah,
4. Melihat kembali (looking back) (4) Mempraktikan stsrategi yang telah dibuat.
Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan (4) Memeriksa kembali hasil yang didapatkan
ketika mengecek kembali langkah-langkah
yang sebelumnya terlibat dalam Metode Penelitian
menyelesaikan masalah, yaitu: (1) Desain Penelitian
mengecek kembali semua informasi yang Metode yang digunakan dalam penelitian
penting yang telah teridentifikasi; (2) ini adalah kuasi eksperimen (quasi
mengecek semua perhitungan yang sudah eksperiment) untuk mengetahui efek atau hasil
terlibat; (3) mempertimbangkan apakah dari perlakuan (treatmet) yang dilakukan.. Alat
solusinya logis; (4) melihat alternatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
penyelesaian yang lain; dan (5) membaca dan kuisoner yang dibagikan kepada peserta
pertanyaan kembali dan bertanya kepada didik kelas XI IIS. Sedangkan prosedur
diri sendiri apakah pertanyaannya sudah penelitian ini diawali dengan melakukan studi
benar-benar terjawab. pendahuluan di SMA Negeri 1
Sementara itu, menurut (Krulik dan Rengasdengklok untuk mengumpulkan data
Rudnick, 1995), ada lima tahap yang dapat awal yang berkaitan dengan penelitian yaitu
dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu dengan wawancara guru mata pelajaran
sebagai berikut: Ekonomi kelas XI IIS, dan melakukan analisis
1. Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan pra penelitian. Selanjutnya merumuskan
peserta didik pada tahap ini adalah masalah yang akan diteliti, setelah itu peneliti
mencatat kata kunci, bertanya kepada melakukan studi literatur untuk memecahkan
peserta didik lain apa yang sedang masalah yang dihadapi dalam hal ini penerapan
ditanyakan pada masalah, atau menyatakan metode problem based learning.
kembali masalah ke dalam bahasa yang Subjek Penelitian
lebih mudah dipahami. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
2. Mengeksplorasi (explore). Proses ini Rengasdengklok kabupaten Karawang. Subjek
meliputi pencarian pola untuk menentukan dalam penelitian in adalh peserta didik kelas
konsep atau prinsip dari masalah. Pada XI IIS 1 yang berjumlah 32 peserta didik dan
tahap ini peserta didik mengidentifikasi kelas XI IIS 2 yang berjumlah 33 peserta didik.
masalah yang diberikan, menyajikan Sehingga peneliti dapat membagi tiap kelas
masalah ke dalam cara yang mudah menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen.
dipahami. Kelas kontrol adalah kelas XI IIS 1, dimana
3. Memilih suatu strategi (select a strategy). peserta didik diberikan tretament berupa
Pada tahap ini, peserta didik menarik metode pembelajaran konvensional, dan kelas

SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial |85


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

ekperimen adalah kelas XI IIS 2 yang learning, peserta didik diberikan soal essai
diberikan treatment berupa metode problem (post test) yang sama dengan soal sebelumnya
based learning. Pendekatan yang digunakan yaitu pada (pret test) untuk mengethaui
dalam penelitian ini adalah pendekatan peningkatan hasil yang didapatkan oleh peserta
kuantitatif. didik sebelum dan setelah adanya perlakuan
Instrument Penelitian (tretament). Penyusuna tes dilakukan dengan
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan
soal essai yang akan diberikan kepada peserta dengan penyusunan soal, hingga membuat
didik, peneliti juga menyiapkan beberapa soal kunci jawaban soal dan pemberian skor kepada
atau instrumen dan jawaban instrumen yang masing-masing soal. Pemberian skor
telah disiapkan untuk diberikan kepada peserta kemampuan pemecahan peneliti mengacu pada
didik. Tes berupa soal (pre test) diberikan indikator yang digunakan oleh (Utami, 2016),
kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu menunjukkan pemahaman masalah (0%-
sebelum perlakuan (treatment) dilakukan. 20%), merancang strategi pemecahan masalah
Kemudian, setelah dilakukan treatment yang (0%-40%, melaksanakan strategi pemecahan
dilakukan kepada kelas XI IIS 1 dengan masalah (0%-20%, memeriksa kebenaran
menggunakan metode konvensional dan kelas jawaban (0%20%). Penjelasan dari pedoman
XI IIS 2 menggunakan metode problem based skor tersebut dapat dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah

Respon Peserta didik Terhadap Soal atau Masalah Skor


Tidak Menjawab 0
Terdapat Kesalahan dalam jawaban dan tidak tidak 4
disertai perincian
Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian 8
Memberi jawaban yang mendekati benar dan rinci 16
Memberi jawaban yang benar dan rinci 20
Skor Maksimum = 20
Sumber: Adopsi dari Exfarina Sri Utami (2016)

Teknis Analisis Data 𝐻 : Data berdistribusi normal


Uji Validitas dan Realibilitas 𝐻 : Data tidak berdistribusi normal
Validitas adalah suatu ukuran yang Berdasarkan rumusan hipotesis tersebut,
menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu dengan taraf signifikansi 0,05, kriteria
instrument. Jadi pengujian validitas itu pengujiannya adalah jika nilai signifikansi <
mengacu pada sejauh mana suatu instrument 0,05 maka data berdistribusi tidak normal dan
dalam menjalankan fungsi. Sebelum tes 𝐻 ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi >
dilakukan peneliti terlebih dahulu melakukan 0,05 maka data berdistribusi normal dan 𝐻
uji coba dengan menggunakan instrumen diterima
berupa soal essai yang telah dibuat sebelumnya Uji Hipotesis
untuk mengetahui, intrumen tersebut bisa Hipotesis yang dirumuskan dalam
digunakan atau tidak dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan analisis statistik
Setelah instrumen dinyatakan valid, makan inferensial parametris two-way ANOVA (two
peneliti akan langsung menguji realibilitas factors model), penelitian eksperimen
dengan menggunakan spss 23. digunakan untuk menguji main dan interaction
Uji Normalitas effect . Main effect adalah pengaruh variabel
Uji normalitas digunakan untuk independen (metode problem based learning)
mengetahui kondisi data apakah berdistribusi terhadap variabel dependen (kemampuan
normal atau tidak (Nurudin et al., 2014). pemecahan masalah), sedangkan interaction
Kondisi data berdistribusi normal menjadi effect merupakan gabungan (joint effect) dua
syarat untuk pengujian hipotesis menggunakan atau lebih variabel independen (metode based
statistik paramentrik. learning) terhadap variabel dependen
86| SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial
Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

(kemampuan pemecahan masalah). penelitian ini setiap kelas diberikan perlakuan


Selanjutnya asumsi menggunakan rumus sebanyak 4 kali pertemuan, guna mengetahui
ANOVA apabila dalam analisis data yang kemampuan pemecahan masalah peserta didik
digunakan tidak homogen dan normal, anova pada materi perpajakan baik kelas eksperimen
tetap robust (kuat) untuk tetap digunakan. maupun kelas kontrol. Diakhir pertemuan
Perhitungan hipotesis penelitian menggunakan peneliti melakukan pengujian metode yang
uji ANOVA dengan bantuan software telah digunakan yaitu dengan cara memberikan
komputer SPSS versi 23. Kriteria pengujiannya soal intrumen berupa soal essai yang
adalah: disesuaikan dengan indikator pemecahan
1. Jika nilai sig (signifikansi) atau nilai masalah, dengan jumlah soal 5 soal essai yang
probabilitas < 0,05 maka hipotesis harus diselesaikan oleh peserta didik pada
penelitian yang di ajukan HA diterima dan kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan
H0 ditolak. soal yang sama.
2. Jika nilai sig (signifikansi) atau nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
probabilitas > 0,05 maka hipotesis didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
penelitian yang di ajukan HA ditolak dan Perbedaan kemampuan pemecahan
H0 diterima. masalah peseta didik pada kelas eksperimen
Adapun hipotesis statistik penelitian dan kelas kontrol dapat dilihat dari hasil post
adalah sebagai berikut: (1) Tidak terdapat test yang dilakukan oleh peneliti diakhir
perbedaan kemampuan pemecahan masalah pertemuan penelitian. Berdasarkan hasil tes
peserta didik yang menggunakan metode tersebut diperoleh skor tes kemampuan
problem based learning dengan metode pemecahan masalah peserta didik dilihat dari
konvensional; (2) Terdapat perbedaan skor minimum dan maksimum yang diperoleh
kemampuan memecahkan masalah peserta baik di kelas eksperimen maupun dikelas
didik yang menggunakan metode problem kontrol. Jumlah peserta didik dikelas XI IIS 1
based learning dengan metode konvensional dan kelas XI IIS 2 berjumlah 67 peserta didik.
Proses penelitian dilakukan dengan mengamati
Hasil dan Pembahasan guru yang memberikan perlakuan pada kelas
Deskripsi Data Hasil Penelitian eksperimen dengan menggunakan metode
Kemampuan pemecahan masalah Problem Based Learning dan kelas kontrol
peserta didik pada penelitian yang dilakukan menggunakan metode ceramah tanya jawab.
oleh peneliti kali ini melibatkan dua kelas, Untuk dapat melihat perbedaan nilai
yaitu kelas eksperimen XI IIS 1 menggunakan kemampuan Pemecahan masalah peserta didik
metode Problem Based Learning dan kelas dikelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
Kontrol XI IIS 2 menggunakan metode dilihat dari Gambar 2 perbedaan rata-rata
konvensional (ceramah tanya jawab), dimana pretest dan posttest dibawah ini,
metode ceramah tanya jawab ini sering
digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi dalam pembelajaran ekonomi. Dalam
ata-rata post test dibawah ini,
Gambar 2.
Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest Dan Posttest
Kemampaun Pemecahan Masalah Siswa

82 82
100 58 58
50

0
1 2

Posttest pretest
SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial |87
Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

Berdasarkan gambar 2. Menunjukan rata-rata ekonomi dengan sub materi perpajakan.


hasil pretest dan posttest siswa di SMA Negeri Penelitian ini membuktikan bahwa metode
1 Rengasdengklok. Gambar tersebut problem based learning dapat meningkatkan
menunjukan bahwa nilai rata-rata skor kemampaun pemecahan masalah dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan metode konvensional.
sebelum adanya perlakuan (treatment) pada Kemampaun pemecahan masalah peserta didik
dikelas eksperimen dan kelas kontrol
pretetst yaitu sebesar 58. Sedangkan setelah
sebenrnya sama-sama memiliki pengaruh
adanya perlakuan (treatment) dengan positif, akan tetapi hasil dari kemampuan
menggunakan metode problem based learing pemecahan masalah peserta didik dengan
rata-rataskor hasil posttest meningkat yaitu menggunakan metode problem based learning
sebesar 82. Hal tersebut berarti menunjukan menunjukan peningkatan lebih tinggi
adanya N-Gain sebesar 24, yang artinya adalah dibandingkan metode konvensional (ceramah,
metode problem based learning berpengaruh tanya jawab). Kesimpulan
terhadap kemampuan pemecahan masalah Jadi, kesimpulan dari penelitian ini,
siswa dibandingkan dengan metode ceramah. menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang peningkat kemampuan pemecahan masalah
telah dilakukan oleh sujiono dkk (2017) yang peserta didik dengan menggunakan metode
menyatakan bahwa metode problem based problem based learning dibandingkan dengan
learning berpengaruh terhadap kemampuan metode konvensional (ceramah tanya jawab).
Kemampuan pemecahan masalah peserta didik
pemcahan masalah siswa, selain sujiono
dengan menggunakan metode problem based
Fitriani dkk (2020) juga menyatakan bahwa learning menunjukan peningkatan lebih tinggi
metode problem based learning berpengaruh dibandingan dengan menggunakan metode
positif terhadap kemampuan pemecahan konvensional (ceramah, tanya jawab).
masalah siswa. Berdasarakan kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan, peneliti menyarankan kepada
Pengaruh Metode Problem Based Learning
guru ekonomi atapun peneliti selanjutnya
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
untuk senantiasa mengaplikasikan metode
Pengajuan hipotesis juga menunjukan
problem based learning pada mata pelajaran
bahwa terdapat perbedaan peningkatan
ekonomi.
kemampuan pemecahan masalah peserta didik
dengan menggunakan metode problem based
learning dengan metode konvensional
(ceramah tanya jawab) pada mata pelajaran

Referensi Auditory Intellectualy Repetition Dan


Agustin, V. N. (2013). Peningkatan Aktivitas Problem Based Learning. Jurnal
Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pendidikan Matematika, 11(1).
Problem Based Learning (Pbl). Journal https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.3890.6
of Elementary Education, 2(1), 36–44. 7-78
Amir, M. Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Beetlestone, F. (2011). Creative Learning:
Melalui Problem Based Learning: Imaginative Teaching ab Narulito
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Yusron. Nusa Media. Bandung.
Pembelajaran di Era Pengetahuan. Fitriani, A., Zubaidah, S., Susilo, H., & Al
Jakarta: Prenada Media Group. Muhdhar, M. H. I. (2020). The
effects of integrated problem-based
Arends, R.I. 2009. Learning To Teach. New learning, predict, observe, explain
York: McGraw Hill. on problem-solving skills and self-
Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017). efficacy. Eurasian Journal of
Kemampuan Pemahaman Matematis Educational Research, 20(85), 45-
Siswa Melalui Model Pembelajaran 64.

88| SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

Fernandes, R. (2019). Relevansi Kurikulum Sujiono, S., Handoyo, B., & Ruja, I. N. (2018).
2013 dengan kebutuhan Peserta didik di Memecahkan masalah geografi melalui
Era Revolusi 4.0. SOCIUS, 6(2), 70-80. problem-based learning. Jurnal Teori
dan Praksis Pembelajaran IPS, 2(2), 68-
Hadi, S., & Radiyatul, R. (2014). Metode 75.
Pemecahan Masalah Menurut Polya
untuk Mengembangkan Kemampuan Sumantri, B. A. (2019). Pengembangan
Siswa dalam Pemecahan Masalah Kurikulum di Indonesia Menghadapi
Matematis di Sekolah Menengah Tuntutan Kompetensi Abad 21. At-
Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Ta'lim: Media Informasi Pendidikan
Matematika, 2(1), 53–61. Islam, 18(1), 27-50.
https://doi.org/10.20527/edumat.v2i1.603
Tilaar, H. A. R. (1998). Beberapa agenda
Krulik, Stephen dan Rudnick, Jesse A. 1995.
reformasi pendidikan nasional dalam
The New Sourcebook for Teaching
perspektif abad 21. Indonesia Tera.
Reasoning and Problem Solving in
Elementary School. Boston: Temple Tsai, M. H., & Tang, Y. C. (2017). Learning
University. attitudes and problem-solving attitudes
for blended problem-based learning.
Mursidik, E. M., Samsiyah, N., & Rudyanto,
Library Hi Tech, 35(4), 622-635.
H. E. (2015). Kemampuan Berpikir
Kreatif Dalam Memecahkan Masalah Utami, Exfarine S. (2016). Pengaruh metode
Matetatika Open-Ended Ditinjau Dari Guided Discoveri Leraning Terhadap
Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Kemampuan Pemecahan Masalah
Sekolah Dasar. PEDAGOGIA: Jurnal dengan Variabel Kemandirian Belajar.
Pendidikan, 4(1), 23. Bandung: Pascasarjana Universitas
https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1. Pendidikan Indonesia.
69
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Wardhani, P. A. (2015). Efikasi Diri Dan
Penerapan model problem-based learning Pemahaman Konsep IPA Dengan Hasil
untuk meningkatkan keterampilan Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa
berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Sekolah Dasar Negeri Kota Bengkulu,
Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(1), 125–143. 6(5), 188–194.
https://doi.org/10.21831/jpv.v4i1.2540 https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
Nurudin, M., Mara, M. N., & Kusnandar, D. 324.004
(2014). Ukuran sampel dan distribusi Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A.
sampling dari beberapa variabel random (2016). Transformasi Pendidikan Abad
kontinu. 03(1), 1–6. 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan
Oktavianti, S., Farida, F., & Putra, F. G. Sumber Daya Manusia di Era Global.
(2018). Implementasi Model Osborn Jurnal Pendidikan, 1, 263–278.
Dengan Teknik Mnemonic Melalui Teori http://repository.unikama.ac.id/840/32/26
Konstruktivisme Terhadap Kemampuan 3-278 Transformasi Pendidikan Abad 21
Pemecahan Masalah Matematis. MaPan, Sebagai Tuntutan Pengembangan
6(1), 94–103. Sumber Daya Manusia Di Era
https://doi.org/10.24252/mapan.2018v6n Global.pdf. diakses pada; hari/tgl; sabtu,
1a9 3 November 2018. jam; 00:26, wib.
Pendidikan, J., Jpm, M., & Vol, R. (2017). Wijayanto, M. (2009). Pengaruh Penerapan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Model Problem Based Learning Dan
Mahasiswa Melalui Pendekatan Cooperative Learning Terhadap Prestasi
Konstruktivisme Pada Matakuliah Belajar Matematika Ditinjau Dari
Matematika Keuangan. Jurnal Motivasi Belajar Siswa.
Pendidikan Matematika RAFA, 1(2), https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
306–325. 324.004
Polya, G. 1980. On Solving Mathematical Yamin, S., & Masek, A. (2011). The Effect of
Problems in High School. New Jersey: Problem Based Learning on Critical
Princeton Univercity Press. Thinking Ability: A Theoretical and

SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial |89


Santi, Ikaputera Waspada, Sumartini | Pengaruh Penggunaan Metode …..

Empirical Review. International Review


of Social Sciences and Humanities, 2(1),
215–221. www.irssh.com

90| SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial

Anda mungkin juga menyukai