PROPOSAL TESIS
ANNISA ALWITA
1706093201
i
UNIVERSITAS INDONESIA
PROPOSAL TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ANNISA ALWITA
1706093201
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya,
Nama : Annisa Alwita
NPM : 1706093201
Program : Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penyusunan proposal
tesis saya yang berjudul “TINJAUAN LITERATUR DETERMINAN FAKTOR
KESEHATAN MENTAL TENAGA KESEHATAN DI MASA PANDEMI
COVID-19”. Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar saya bersedia menerima sanksi
yang diatur dalam kebijakan Universitas Indonesia.
Annisa Alwita
3
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.....................................................3
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN............................................................................................................5
1. 1. Latar Belakang..................................................................................................5
1. 2. Pertanyaan Penelitian.......................................................................................6
1. 3. Rumusan Masalah............................................................................................6
1. 4. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
1. 5. Manfaat Penelitian............................................................................................7
1. 6. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN LITERATUR..............................................................................................8
2. 1. Kesehatan Mental.............................................................................................8
2. 1. 1. Pengertian Kesehatan Mental......................................................................8
2. 1. 2. Jenis Gangguan Mental................................................................................9
2.2. Tinjauan Literatur Sistematis (Systematic Literature Review/SLR)...........12
BAB III...........................................................................................................................17
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,........................................................17
DAN DEFINISI OPERASIONAL...............................................................................17
3. 1. Kerangka Teori...............................................................................................17
3. 2. Kerangka Konsep...........................................................................................18
3. 3. Definisi Operasional.......................................................................................18
BAB IV...........................................................................................................................20
METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................20
4. 1. Desain Penelitian.............................................................................................20
4. 2. Waktu Penelitian............................................................................................20
4. 5. Pengolahan dan Analisis Data.......................................................................26
4. 6. Penyajian Hasil Penelitian.............................................................................27
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020, terdapat wabah penyakit baru yang bermula dari Kota
Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara
dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
COVID-19 telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi
sejak Maret 2020 (WHO, 2020). Pandemi didefinisikan sebagai epidemi yang terjadi di
seluruh dunia, atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional dan
biasanya memengaruhi sejumlah besar orang (Porta, 2008). Secara global, sampai
tanggal 20 Januari 2021, terdapat 96.877.399 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi,
termasuk 2.098.879 kematian (WHO, 2021). Di Indonesia, sampai dengan 20 Januari
2021, jumlah kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19 adalah sebesar 939.948.
Peningkatan jumlah kasus yang dikonfirmasi dan jumlah kematian akibat
COVID-19 menjadi tantangan yang besar bagi sistem pelayanan kesehatan setempat.
Ketika jumlah pasien dengan COVID-19 bertambah, semakin banyak sumber daya
kesehatan, termasuk petugas, tempat tidur dan fasilitas yang diperlukan. Sumber daya
yang terbatas, berdampak pada munculnya tekanan dan kesusahan yang besar, terutama
petugas kesehatan (Catton, 2020).
Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 menjelaskan salah satu bentuk
perlindungan kesehatan pekerja adalah penyelenggaraan upaya kesehatan kerja yang
dilakukan agar pekerja hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Perlindungan ini juga berlaku pada
petugas kesehatan
Petugas kesehatan berisiko tinggi mengalami masalah kejiwaan karena berbagai
tekanan yang meningkat dan harus mereka hadapi (Lai et al., 2020). Penelitian
sebelumnya telah melaporkan bahwa kondisi wabah infeksi, seperti sindrom pernafasan
akut yang parah (SARS) yang mirip dengan pandemi Covid-19, telah memberikan
5
beban psikologis kepada para petugas kesehatan seperti kecemasan, depresi, serangan
panik, atau gejala psikotik (Luo, et al., 2020).
Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa gangguan mental dari suatu bencana
besar memiliki dampak yang lebih luas dan lebih lama dibandingkan dengan cedera
fisik, sedangkan perhatian pada kesehatan mental jauh lebih sedikit, baik dari segi
pengadaan personel untuk perencanaan dan sumber daya (Allsopp, et al., 2019). Selain
itu, studi Soemarko et al. (2020) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga
menyebutkan bahwa ada sebanyak 83% tenaga kesehatan di Indonesia telah mengalami
burnout syndrome derajat sedang dan berat yang secara psikologis sudah berisiko
mengganggu kualitas hidup dan produktivitas kerja dalam pelayanan kesehatan.
Terjadinya stres dan masalah kesehatan mental lain yang dialami petugas
kesehatan saat pandemi COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan pasien
COVID-19, mengetahui seseorang yang meninggal akibat pajanan COVID-19, atau
mengenal rekan kerja dikarantina atau diisolasi (Rossi, 2020).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan mental tenaga kesehatan
belum diperhatikan secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai
determinan faktor yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental yang dialami
petugas kesehatan selama pandemi COVID-19 berlangsung. Metode penelitian tinjauan
literatur sistematis dipilih atas dasar pertimbangan pembatasan akses yang dilakukan
secara nasional karena Pandemi Covid-19.
1. 2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan di atas adalah determinan
faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan mental pada tenaga kesehatan selama
pandemi COVID-19?
1. 3. Rumusan Masalah
Dengan melihat masalah di atas, peneliti ingin melihat sejauh mana kondisi
kesehatan mental tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19 dalam skala nasional
dan internasional dan apa saja determinan faktor yang mempengaruhinya, sehingga
diperlukan penelitian dengan menggunakan metodologi Systematic Literature Review.
6
1. 4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Menjelaskan determinan faktor gangguan kesehatan mental pada tenaga
kesehatan.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi sejauh apa gangguan kesehatan mental yang dialami petugas
kesehatan di masa pandemi COVID-19
2. Mengidentifikasi faktor-faktor determinan apa saja yang menyebabkan ganguan
kesehatan mental yang dialami petugas kesehatan selama pandemi COVID-19
1. 5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Terkait
Hasil dari penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan dalam menanggulani
gangguan kesehatan mental yang dialami petugas kesehatan terutama di masa
pandemi COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. FKM UI
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya dan
menambah jenis penelitian yang dilakukan sivitas akademika Universitas
Indonesia.
3. Peneliti
Peneliti dapat menambah dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama
kuliah di Program Studi Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terutama
berkaitan dengan kesehatan kerja.
7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2. 1. Kesehatan Mental
2. 1. 1. Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Muhyani (2012) beberapa ahli psikologi mengartikan kesehatan mental
sebagai keadaan individu yang terbebas dari penyimpangan, kekhawatiran, kegelisahan,
kesalahan dan kekurangan. WHO sebagai badan kesehatan dunia mengartikan kesehatan
mental sebagai kemampuan adaptasi individu dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungan sekitar secara umum, sehingga individu tersebut merasakan senang, bahagia,
hidup dengan lapang, dan berperilaku seosial secara normal serta mampu menghadapi
dan menerima berbagai kenyataan hidup (Najati, 2000), sedangkan Videbeck (2008)
mengartikan kesehatan mental sebagai kondisi emosional, psikologis dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri positif, serta kestabilan sosial.
Dewi (2012) berpendapat bahwa definisi akan mental yang sehat tidak terlepas
dari pemahaman mengenai sehat dan sakit secara fisik, penelitian telah dilakukan untuk
mengungkap hubungan kesehatan fisik dan mental dari individu, di mana individu yang
mengalami keluhan medis menunjukan adanya masalah psikis sampai taraf gangguan.
Individu dengan gangguan mental dapat menunjukan adanya gangguan terhadap fungsi
fisiknya. Keadaan sehat ataupun sakit merupakan kondisi yang menggambarkan
biopsikologis yang menyatu dalam kehidupan manusia. Dalam mengetahui kondisi
sehat atau sakit secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia
terhadap kondisi dirinya serta bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar.
Lebih lanjut (Putri, Wibhawa dan Gutama, 2015) mengatakan kesehatan mental sebagai
keadaan di data individu terbebas dari gejala gangguan mental, keadaan individu yang
sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan segala aktifitas
kehidupan seperti mampu menghadapi masalah yang ditemui di dalam kehidupannya.
Dari pelosok yang berada di Indonesia masih ditemukan perbedaan cara penanganan
8
yang kurang tepat untuk menangani penderita gangguan mental, individu yang
mengalami gangguan mental dianggap sebagai orang aneh yang mengancam
keselamatan individu lainnya, sehingga individu yang mengalami gangguan mental
diasingkan oleh masyarakat (Putri, Wibhawa dan Gutama, 2015).
Masa pandemi COVID-19 menjadikan kesehatan mental sebagai perhatian dunia
yang sangat penting terutama bagi para petugas penanganan COVID-19 (Ridlo, 2020).
Keadaan darurat status kesehatan masyarakat ditetapkan oleh WHO yang dilanjutkan
dengan pembatasan beskala besar oleh masing-masing daerah yang terdampak
penyebaran pandemi COVID-19 (Gao dkk, 2020), dari dampak tersebut mengakibatkan
perlunya penangan dari para sukarelawan yang membantu dalam penanganan
penyebaran virus tersebut, sehingga berakibat pada perhatian dunia pula atas kesehatan
mental para sukarelawan tersebut (Oinggian, Opod dan David, 2020). Kesehatan mental
para sukarelawan tersebut merupakan hal penting agar dapat membantu penanganan
para pasien yang terdampak virus tersebut jika keadaan kesehatan mental para
sukarelawan tersebut dalam keadaan sehat (Ayuningtias, Misnaniarti dan Rayhani,
2020). Beberapa tenaga sukarelawan mengalami stress pasca trauma, gejala kecemasan
dan depresi non spesifik (Sandesh dkk, 2020). Gangguan mental dapat berdampak pada
seseorang mengalami beban emosional dan sosial akibat stigma di masyarakat (Linawati
dan Alimansur, 2016).
Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental
merupakan suatu keadaan yang dialami individu di mana individu tersebut terhindar
dari gangguan mental serta mengalami keseimbangan antara dirinya dengan lingkungan
sehingga dapat melakukan pengembangan potensi.
9
seperti skizofrenia dan bipolar mood disorder. Pada skizofrenia biasanya ditemukan
pada tingkat usia remaja, penyakit ini berhubungan dengan gangguan pada kemampuan
kognitif, emosi dan tingkah laku dengan gejala delusi, halusinasi, berbicara tidak jelas
dan gejala negatif. Sedangkan pada penyakit bipolar mood disorder adalah kondisi
mental yang menggambarkan ketidak jelasan antara perasaan dan depresi dengan gejala
euphoria, rasa percaya diri yang tinggi, agresif, berdelusi, kehilangan rasa takut yang
menyebabkan berani dalam mengambil resiko dalam batas yang tidak normal.
Menurut Dalami (2009) berpendapat tentang gangguan mental dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Gangguan mental psikotik, dimana pada keadaan ini ditandai dengan gangguan
otak dengan hilangnya kemampuan menilai kenyataan, ditandai delusi dan
halusinasi
2) Gangguan mental neurotik, di mana terjadinya gangguan kepribadian dan jiwa yang
berhubungan dengan ekspresi dari ketegangan serta konflik dalam jiwa, tetapi
orang yang mengalami gangguan mental jenis ini tidak menyadari bahwa
keterikatan hubungan gejala yang dirasakan dengan konflik emosinya, gangguan ini
tanpa ditandai kehilangan intrapsikis yang berkaitan dengan peristiwa kehidupan
yang berdampak kecemasan dengan gejala obsesi, fobia dan kompulsif
3) Depresi, merupakan salah satu gangguan mental yang terjadi diakibatkan oleh
dysphoria, tak berdaya, putus asa, mudah tersinggung dan gelisah. Penderita jenis
ini sering mengalami kesulitan dengan memori, konsentrasi dan mudah terganggu
serta mengalami delusi dan halusinasi
10
Yusuf (2015) berpendapat tentang faktor-faktor yang menyebabkan gangguan
mental terdiri dari faktor somatic organobiologis, faktor psikologi dan faktor sosio-
budaya dari ketiga faktor tersebut dapat disebabkan oleh genetika, bilogik, psikologik,
stress dan sosio kultural serta perkembangan psikologi yang salah. PDSKJI melalui
hasil surveynya terhadap petugas penanganan COVID-19 bahwa responden memiliki
masalah mental yang dialaminya yang terdiri dari rasa cemas, depresi dan trauma di
mana petugas perempuan lebih banyak mengalami hal tersebut dengan persentase
sebesar 76,1% dan sianya pria sebanyak 23,9% (Winurini, 2020).
Pendapat dari Yosef dan Sutini (2014) gangguan mental disebabkan oleh
faktor-faktor yang berkaitan, diantaranya adalah:
1) Faktor Organobiologis. Beberapa faktor yang berhubungan dengan organobiologis
adalah faktor keturunan, faktor kongenital, cacat kongenital, deprivasi,
temperamen, penyalahgunaan obat-obatan dan karena penyakit serta cedera tubuh.
2) Faktor psikologis. Beberapa faktor yang berhubungan dengan psikologis
diantaranya adalah interaksi ibu dan anak, faktor hubungan sosial, faktor
hubungan keluarga yang patogenik dan faktor kehilangan
3) Faktor sosiokultural. Beberapa faktor yang berhubungan dengan sosiokultural
diantaranya adalah faktor sistem nilai, faktor ketimpangan antara keinginan dan
kenyataan, faktor status ekonomi, faktor perpisahan keluarga, faktor masalah
golongan minoritas
Menurut Keliat dan Akemat (2012) seseorang dengan gangguan mental akan
cenderung sedih berkepanjangan, tidak semangat dan malas, marah tanpa sebab,
mengurung diri, tidak mengenali orang, cara berbicara yang kacau, bicara sendiri dan
tidak memiliki kemampuan untuk merawat diri.
11
penanganan COVID-19 diantaranya faktor jarak dan isolasi sosial di mana mereka jauh
dari keluarga dan harus menetap di lokasi terjadinya penanganan para pasien penderita
COVID-19 agar keluarganya tidak tertular dan menularkan kepada orang lain sehingga
menciptakan tekanan emosional yang serius, kedua terciptanya perasaan keterasingan
karena akibat jarak dengan keluarga yang dirindukan tidak dapat bertemu dengan alasan
para petugas medis tersebut berhubungan secara langsung dengan penderita dan
dikhawatirkan jika bertemu dengan keluarga akan menyebabkan penyebaran di cluster
keluarga, ke tiga stress dan trauma di mana para petugas penanganan tersebut berada
pada resiko kesehatan mental yang tinggi, mencakup stress yang ekstrim, takut akan
penyakit perasaan tidak berdaya dan trauma menyaksikan secara langsung efek virus
tersebut dari para penderita di mana para penderita meninggal dalam kondisi
kesendirian dan di makamkan secara khusus dan ke empat terjadi diskriminasi keadaan
karena mereka berbeda dengan petugas kesehatan lainnya serta beresiko lebih tinggi
untuk dapat tertular, dan menyaksikan beberapa rekan mereka terjangkit sampai
meninggal karena terjangkit virus tersebut.
Hasil penelitian dari Susanto (2020) menyatakan bahwa beberapa gangguan
mental yang dialami petugas medis penanganan COVID-19 mengalami kecemasan,
depresi, stress, insomnia, Somatisasi, sensitivitas dan mudah menyerah. Hal tersebut
terjadi dikarenakan kurangnya dukungan sosial terhadap mereka dan kekhawatiran
mereka akan menularkan virus tersebut di lingkungan keluarga, karena mereka begitu
dekat dengan sumber penularan.
12
Penelitian SLR terdiri dari delapan langkah utama (lihat Gambar 2.1) yang perlu
dilakukan untuk melakukan tinjauan literatur yang sistematis (Okoli, 2015).
13
Population: software atau application atau product atau Web atau internet atau
World-Wide Web atau project atau development
Intervention: cross company atau cross organization atau cross organization
atau multiple-organizational atau multiple- organisational model
Contrast: within-organisation atau within-organization atau within-
organizational atau within-organisational atau single company atau single
organization
Outcome: Accuracy atau Mean Magnitude Relative Error
2) Draft protokol dan latih tim (draft protokol and train the team): untuk setiap
ulasan yang mempekerjakan lebih dari satu pengulas, pengulas harus benar-benar
jelas dan setuju tentang prosedur yang akan mereka ikuti, yang membutuhkan
dokumen protokol tertulis dan terperinci serta pelatihan untuk semua pengulas
untuk memastikan konsistensi dalam cara mereka menjalankan review.
3) Terapkan layar praktis (apply practical screen): juga disebut skrining untuk
inklusi, langkah ini mensyaratkan bahwa pengulas secara eksplisit tentang studi apa
yang mereka pertimbangkan untuk ulasan dan yang mana yang mereka hilangkan
tanpa pemeriksaan lebih lanjut (bagian yang sangat penting dari setiap tinjauan
literatur). Untuk studi yang dikecualikan, pengulas harus menyatakan alasan praktis
mereka untuk tidak mempertimbangkan mereka dan membenarkan bagaimana
ulasan yang dihasilkan masih komprehensif mengingat kriteria pengecualian
praktis.
4) Pencarian literatur (search for literature): pengulas perlu secara eksplisit dalam
menggambarkan rincian pencarian literatur dan perlu menjelaskan dan
membenarkan bagaimana mereka meyakinkan kelengkapan pencarian. Banyak
jurnal medis dan kesehatan terkemuka merujuk ke PRISMA (item pelaporan
pilihan untuk tinjauan sistematis dan analisis meta) dalam instruksi mereka untuk
penulis dan beberapa mengharuskan penulis untuk mematuhinya (Blessing et al.,
2009).
14
Gambar 2.2. Prisma Diagram (Blessing et al., 2009)
5) Ekstrak data (extract data): setelah pengulas mengidentifikasi semua studi yang
harus dimasukkan dalam tinjauan, mereka perlu mengekstrak informasi yang
berlaku secara sistematis dari setiap studi.
15
6) Menilai kualitas (appraise the quality): juga disebut skrining untuk pengecualian,
pengulas perlu secara eksplisit menjabarkan kriteria yang mereka gunakan untuk
menilai artikel mana yang akan mereka kecualikan untuk kualitas yang tidak
mencukupi. Para peneliti perlu menilai semua makalah yang disertakan, tergantung
pada metodologi penelitian yang mereka gunakan, untuk kualitas mereka.
7) Mensintesis studi (synthesize studies): juga dikenal sebagai analisis, langkah ini
melibatkan menggabungkan fakta-fakta yang diekstraksi dari studi dengan
menggunakan teknik yang tepat, baik kuantitatif, kualitatif, atau keduanya.
8) Tulis ulasan (write the review): selain prinsip-prinsip standar yang harus diikuti
dalam penulisan makalah penelitian, proses tinjauan literatur sistematis perlu
dilaporkan secara cukup rinci sehingga peneliti lain dapat secara independen
mereproduksi hasil ulasan.
16
BAB III
3. 1. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan literatur di atas, dapat digambarkan kerangka teori yang
digunakan dalam penelitian ini:
17
3. 2. Kerangka Konsep
Berdasarkan hal di atas, dapat digambarkan kosep penelitian seperti di bawah:
Jenis kelamin
Pekerjaan
Status Pendidikan
Status Pernikahan
Asal negara
GANGGUAN MENTAL
Waktu untuk bekerja PADA PETUGAS MEDIS
menangani pasien COVID-19 DALAM PENANGANAN
COVID-19
Pencegahan
Ganguan mental
Treatment
3. 3. Definisi Operasional
Pada kerangkan konsep diatas, mengacu pada Permenkes No. 66 Tahun 2016
dan Peraturan Pemerintah No. 50 2012, serta proses SLR yang dilakukan untuk
menjawab tujuan penelitian ini.
Tabel 3.1. Definisi Operasional
DEFINISI CARA
KRITERIA Skala HASIL UKUR
OPERASIONAL UKUR
Jenis kelamin Identitas Telaah Ordinal Pria dan Wanita
18
DEFINISI CARA
KRITERIA Skala HASIL UKUR
OPERASIONAL UKUR
Suatu kegiatan yang
dilakukan untuk
Pekerjaan Dokter dan Perawat
mendapatkan
penghasilan
Jenjang pendidikan ≥S1
Status
formal <S1
Pembedaan status
pernikahan antara Menikah dan lajang (
Status pernikahan
menikah dan lajang / Duda / Janda)
pisah
Pembeda Negara tempat
Asal Negara menangani kasus Indonesia dan luar negeri
pandemi COVID-19
Waktu kerja Lama kerja untuk fokus
menangani pasien menangani pasien Numerik Dalam jam
COVID-19 COVID-19
Adanya gangguan fisik
Riwayat gangguan Ya
seperti hipertensi, asma,
organik Tidak
diabetes dll
Merupakan perasaan
secara psikologis yang
Gejala awal yang dirasakan petugas medis Gejala gangguan
dirasakan sebelum mengalami psikologis
secara serius gangguan literatur
mental
Merupakan usaha
pencegahan yang
Rotasi jam kerja,
dilakukan untuk
kesempatan istirahat,
menghindari gangguan
Pencegahan kesempatan libur dan
mental petugas
kesempatan berkomunikasi
kesehatan dalam
Ordinal dengan keluarga
menangani pasien
COVID-19
Merupakan kejadian Kecemasan, gangguan
gangguan mental yang suasana hati, gangguan
dialami para petugas psikotik, gangguan makan,
Gangguan mental medis dalam menangani gangguan obsesif-
pandemi COVID-19 kompulsif, gangguan
kontrol impuls dan
kecanduan
Langkah yang dilakukan
pemerintah untuk Terapi perilaku kognitif,
menangani petugas yang terapi psiko analitik, terapi
Treatment
mengalami gangguan interpersonal, terapi
mental dalam menangani keluarga dan hipnoterapi
penderita COVID-19
19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4. 1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah tinjauan literatur sistematis dengan tahapan langkah
sekuensial dalam mencari, mengumpulkan, mengetahui, memahami, menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi referensi yang sesuai untuk menjadi pondasi bagi topik
yang ditulis. Tujuan dari tinjauan literaur sistematis adalah untuk menjawab pertanyaan
penelitian dengan menyatukan bukti-bukti literatur.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratori dengan metode deskriptif.
Sehinggga kekuatan penelitian ini ada pada pengumpulan fakta dan identifikasi data.
Lebih khusus analisis literatur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
gangguan mental yang dialami petugas. Tahapan sistematis yang dilakukan oleh peneliti
adalah menyusun protokol penelitian, melakukan pencarian, pengumpulan, analisis data,
sintesis, dan interpretasi hasil penelitian serta membuat kesimpulan.
4. 2. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret hingga Juni
2021.
4. 4. Protokol Penelitian
Pendekatan sistematis untuk review literatur dipilih dalam penelitian ini.
Systematic Literature Review (SLR) merupakan salah satu metode yang banyak
20
digunakan sebagai langkah awal pengembangan instrumen penilaian. Berikut adalah
proses SLR yang dilakukan dalam penelitian:
4.4.1. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian (Research Question/ RQ) ditentukan untuk menjaga
ulasan agar terfokus. RQ dirancang dengan bantuan kriteria Populasi (Population),
Intervensi (Intervention), Perbandingan (Comparison), Hasil (Outcome) atau dikenal
dengan istilah PICO (Kitchenham dan Charters 2007). Tabel 4.1. menunjukkan struktur
(PICO) dari pertanyaan penelitian.
P (Population) : Tenaga kesehatan
: Sistem kerja petugas kesehatan yang menangani
I (Intervention)
pasien Covid 19.
: Gangguan mental apa saja yang dialami petugas
kesehatan yang menangani pasien Covid 19 dan
C (Comparison)
faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan mental
petugas kesehatan yang menangani pasien Covid 19
Instrumen penilaian yang jika diterapkan
menggambarkan jenis gangguan mental yang dialami
O (Outcomes)
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
gangguan mental
RQ1 Apa saja gangguan mental yang dialami para petugas kesehatan
yang menangani pasien COVID-19?
RQ2 Apa saja faktor yang membuat para petugas medis yang menangani
pasien COVID-19 mengalami gangguan mental?
Seleksi abstrak
Dieliminasi
Seleksi kualitas
Pemilihan
22
Observasi
Merupakan tahap pengumpulan data melalui pengamatan ke sumber database
melalui internet.
Studi Pustaka
Merupakan tahap untuk melakukan studi pengkajian data terkait dengan metode
SLR pada jurnal yang diperoleh dari database yang telah ditentukan.
Dokumentasi
Merupakan tahap dimana data yang telah dikumpulkan disimpan ke dalam
perangkat lunak Mendeley.
Berikut langkah-langkah pengumpulan dari mulai observasi hingga dokumentasi
yang didapat melalui salah satu sumber: http://googlescholar.co.id.
1. Mengunjungi situs http://googlescholar.co.id.
2. Memasukkan kata kunci “Analisis Kesehatan Mental Petugas Medis Covid-19”
pada form pencarian. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
23
Gambar 4.2. Hasil Pencarian kata kunci “Analisis Kesehatan Mental Petugas
Medis COVID-19”
3. Pada filter Year pilih Range, memilih tahun 2020-2021 untuk menentukan sumber
tahun alam menemukan isu kesehatan mental petugas penanganan Covid 19.
Setelah klik filter, maka akan ditampilkan judul, tahun publikasi, dan nama penulis.
Hasil yang ditampilkan oleh search process Google Scholar adalah sebanyak
18.200 jurnal seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3.
24
Gambar 4.3. Hasil Pencarian jurnal pada portal Google Scholar
25
Data yang digunakan hanya berhubungan dengan gangguan mental petugas medis
penanganan pasien COVID-19.
Sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah:
Data yang bersumber dari surat kabar, opini, dan case report.
Literatur yang menilai aspek gangguan mental.
Data yang membahas gangguan mental petugas kesehatan penanganan pasien
COVID-19.
b. Penilaian Kualitas
Dalam penelitian SLR, data yang ditemukan akan dievaluasi berdasarkan pertanyaan
kriteria penilaian kualitas sebagai berikut:
QA1 Apakah artikel jurnal membahas mengenai gangguan
mental yang dialami oleh petugas kesehatan penanganan
pasien COVID-19?
QA2 Apakah artikel jurnal membahas mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan mental pada petugas
kesehatan yang menangani pasien COVID-19?
26
No Elemen Artikel/ Jurnal
A1 A2 A3 A4 A5 dst
1. E1
2. E2
3. E3
dst
Tabel 4.2. Contoh Hasil Identifikasi Matriks Elemen Kunci Hasil Literatur
Faktor Penyebab Gangguan Mental
No Elemen Arikel/ Jurnal %
A1 A2 A3 A4 A5 dst
1. E1
2. E2
3. E3
dst
27
DAFTAR PUSTAKA
28