Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,

kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis merupakan

kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan procesus

mastoideus dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang

ditemukan. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid,

biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas

seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi

pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25% tumor parotis, 50% tumor

submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar

liur minor adalah ganas.

Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar parotis. Dari tiap

5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur

kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya

perbedaan geografik dan suku bangsa pada orang Eskimo tumor ini lebih sering

ditemukan dengan penyebab yang belum diketahui. Sinar yang mengionisasi

diduga sebagai faktor etiologi.

Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya

lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya pada 10-29%

pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat
episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi akibat dari

keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan

aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.

Pemeriksaan radiologi menggunakan CT-Scan dan MRI sangat membantu

menegakkan diagnosis. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan

radioterapi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50% bahkan pada

keganasan dengan derajat tertinggi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva yang berpasangan, berjumlah dua.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Masing-masing

beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara

hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustikus eksternus diantara

mandibula dan muskulus sternokleidomastoideus. Kelenjar parotis memiliki

saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensen’s duct yang akan

bermuara di mulut dekat gigi molar 2, lokasi biasanya ditandai oleh papilla kecil.

Gambar 2.1. Kelenjar Saliva Tampak Lateral

Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50%

berbentuk segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar

parotis berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaan- permukaannya

sebagai berikut: permukaan superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan


posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior berhubungan dengan

bagian tulang rawan dari meatus akustikus eksternus dan bagian posterior dari

sendi temporomandibular. Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar

parotis. Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang

mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis

superficial, dan batas bawah dari platisma.

Gambar 2.2. Kelenjar parotis Tampak lateral

Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula

dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter.Bagian posterior kelenjar

dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi anterior muskulus

sternokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke

rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum

stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian anterior

lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial pterygoideus. Bagian lateral

hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan

jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis
berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis

interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar

limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan nervus fasialis.

Gambar 2.3. Vaskularisasi Kelenjar Parotis

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan

cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis

eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. Nodul kelenjar limfe

ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis (kelenjar preaurikuler)

dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang

terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian superficial

dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe

yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal

atas.
Gambar 2.4. Kelenjar Parotis dan Nervus Facialis

Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada

cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion optikus

Serabut postganglionik mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal.

Nervus kranialisVII yang berfungsi motorik untuk wajah, masuk ke

kelenjar parotis dan membaginya menjadi 2 zona surgical (lobus superfisialis dan

profunda). Nervus ini keluar dari skull base melalui foramen stylomastoid.

Trunkus kemedian bercabang dua yakni cabang temporofasialis (atas, bercabang

dua: temporal dan zigomaticus) dan cervicofasialis (bawah, bercabang tiga: bucal,

marginal mandibular, dan cervical).

Nervus fasialis ini dalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu:

1. Cabang temporal ke otot frontalis

2. Cabang zigoma ke otot orbicularis oculi

3. Cabang bucal ke otot wajah dan bibir atas

4. Cabang mandibular ke otot bibir bawah dagu

5. Cabang cervical ke otot plastisma

Nervus auticulotemporal yang merupakan cabang dari n.trigeminus bagian

mandibularis, berjalan pararel dengan arteri dan vena temporalis superfisialis.


Nervus ini membawa serabut parasimpatik ke parotis jika cedera akan

mengakibatkan terjadinya sindrom Frey’s. Nervus auriculotemporalis ini juga

berperan dalam penyebaran tumor parotis ganas ke basis crania dan intracranial

melalui perineuralsheat-nya, terutama untuk jenis adenoid kistik karsinoma

(cylindroma).

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan

cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis

eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. Nodul kelenjar limfe

ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis (kelenjar preaurikuler)

dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang

terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian superficial

dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe

yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal

atas.

B. Definisi

Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan

pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan

normal dan tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan

perubahan tersebut berhenti. Tuor parotis adalah tumor yang meyeang kelenjar

saliva.

C. Epidemiologi

Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius


dan 80 % kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar

parotis, 75 % merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses

non neoplasma infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70

sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus benigna.Tumor parotis paling

banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.

D. Etiologi

Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai

adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi

dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma

mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor

pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur. Kelainan genetik, misalnya

monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar

liur.

E. Klasifikasi

Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC

Benign – Jinak Malignant - ganas


Plemorphic adenoma ( mixed benign Mucoepidermoid carcinoma

tumor)

Warthin’s tumor Adenoid cystic carcinoma


Lymphoepithelial lesion Adenocarcinoma
Oncocytoma Acinic cell carcinoma
Monomorphic adenoma Malignant mixed tumor
Benign cysts Epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma
A. Benign - Tumor jinak

1) Pleomorfik adenoma (Mixed tumor jinak)

Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi

pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel

dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan

konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang

beraneka ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti

pulau pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari

kelenjar yang terkena.

Gambar 2.5.

Pleomorfik adenoma

2) Warthin's tumor ( kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik

papiler)

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila

terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's

tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi

ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.
Gambar 2.6. Bentuk Whartin’s tumor (kanan). Gambaran histologi Whartin’s

tumor dari kelenjar parotis (kiri).

3) Papiloma Intraduktal

Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa.

Gambaran mikroskopiknya tampak dilatasi kistik duktus parsial dengan epitel

kuboid. Sangat jarang terjadi pada kelenjar minor.

4) Oxyphil adenoma (Oncosistoma)

Sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria dengan ratio 2:1. Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan

berbentuk sferis. Dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.

B. Tumor Ganas Kelenjar Liur

1) Mukoepidermoid karsinoma

Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi

yang rendah. Sering terjadi pada orang dewasa dan wanita > laki-laki dekade

antara 30-40 tahun. Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang

asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis
nervus fasialis. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe

ditemukan sebanyak 30-40 %.

Gambar 2.7. Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

2) Kista Adenoma karsinoma

Merupakan karsinoma yang paling banyak pada kelenjar

minor.Pertumbuhannya lambat dan kebanyakan memiliki gradasi yang rendah.

Dapat berulang setelah dilakukan pembedahan, kadang-kadang beberapa bulan

setelah operasi. Pada pemeriksaan Histologi: sel-sel tumor saling berhubungan

membentuk suatu rongga kistik mengasilkan suatu kelompok tumor yang solid,

tubulus atau cribriform. Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60

tahun.

Gambar 2.8. Gambaran klinis karsinoma adenokistik


3) Adenokarsinoma

Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:

a) Karsinoma sel asinik

Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat.

Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa

bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm.

Gambar 2.9.

Gambaran

klinis pederita

karsinoma

sel asini (kanan).

Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini kelenjar saliva (kiri).

b) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah

Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:

Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup

untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan untuk

dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar parotis dan kelenjar minor.

d) Adenokarsinoma yang jarang:


Contohnya seperti basal sel Adenokarsinoma, Clear Cell Adenokarsinoma,

Kista Adenokarsinoma, Sebaceus Adenokarsinoma, Musinous Adenokarsinoma.

C. Mixed tumor malignant

Terdiri atas 3 tipe yaitu, Karsinoma ex pleomorfik adenoma,

Karsinosarkoma dan Mixed tumor metastasis. Kasrinoma ex pleomorfik adenoma

merupakan tipe yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik adenoma

merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor jinak (Pleomorfik

adenoma). Kebanyakan terjadi pada kelenjar liur mayor.

D. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang

 Squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat berkembang

setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang sama.

 Epitelial-mioepitelial karsinoma

 Anaplastik small sel karsinoma

 Karsinoma yang tidak berdiferensiasi

 Limfoma non hodgkin .

F. Patofisiologi

a. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari

diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor Asinus berasal

dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor
berasal darisel- sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan

mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.

b. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula

ekskretorius dan duktus intercalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari

duktus interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma

adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem

sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan

mukoepidermoid karsinoma.

G. Manifestasi Klinik

a. Gejala

Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan menggerakkan

salah satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya asimtomatis (81%),

nyeri didapatkan pada sebagian pasien (12%), dan paralisis nervus fasialis (7%).

Paralisis nervus facialis lebih sering didapatkan pada pasien dengan tumor parotis

maligna, tetapi paralisis nervus facialis lebih sering berhubungan dengan Bell

palsy. Adanya bengkak biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap

rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan.

b. Tanda pada tumor

Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun,

pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi , konsistensi

keras, dan cepat bertambah besar.


H. Staging tumor Parotis

Union Internationale Contre le Cancer (UICC) tahun 1997 dan American

Joint Commitee (AJCC) tahun 2002, membagi stadium dari tumor ganas kelenjar

parotis berdasarkan ukuran tumor (T), pembesaran kelenjar getah bening regional

(N), dan ada atau tidaknya metastasis (M).


I. Diagnosis

a.Pemeriksaan Klinis

1) Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang :

a.) Keluhan

Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro

aurikula (tumor parotis), atau di submandibula (tumor sumandibula), atau

intraoral (tumor kelenjar liur minor)

 Rasa nyeri sedang sampai hebat ( pada keganasan parotis atau submandibula)

 Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)


 Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis

terlibat)

 Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus

(pada karsinoma parotis lanjut)

 Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

a.b.) Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

a.c.) Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

a.d.) Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya

a.e.) Berapa lama kelambatan.

2) Pemeriksaan fisik

a.) Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

 Penampilan (Karnofski / WHO)

 Keadaan umum

Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks, abdomen,

ekstremitas,vertebra, pelvis

 Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang tengkorak, dll)

b.) Satus lokal

 Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

 Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi, permukaan,

mobilitas terhadap jaringan sekitar)

 Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII


c.) Status regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan

kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran

terbesar, dan mobilitasnya.

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)

a) Imaging

 Foto Polos

Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula salivatorius

mayor. Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya radio opaque ada

sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto madibula AP/Eisler, dikerjakan

bila tumor melekat tulang. Sialografi, dibuat bila ada diagnosa banding kista

parotis / submandibula. Foto toraks terkadang dilakukan untuk mencari metastase

jauh. Meskipun foto polos dapat diperoleh secara cepat dan relatif murah, namun

memiliki keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat mengidentifikasi kalsifikasi

gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi lebih mudah

diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.

 USG

USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan

vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk kelenjar

saliva dan kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan massa yang padat dan

kistik. Kerugian USG pada daerah kepala dan leher adalah penggunaannya
terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang akan mengabsopsi

gelombang suara.

 CT Scan

Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada

dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih

tinggi dibanding glandular tisssue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar

ke area terang (intermediate brightness). Foci dengan intensitas signal rendah

(area gelap/radiolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi

distropik. Kalsifikasi ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada

neoplasma parotis sebagai tanda diagnosa.

Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk membantu

menegakkan diagnosa pada penderita tumor parotis. Dengan CTI, deteksi tumor

77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang aksial dengan CE CT. Pemeriksaan

Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk mengetahui lokasi dan besar

tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi, kontras antara lesi dengan

jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi, keberhasilan pemakaian

medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium kontras, deteksi kapsul nya

dan resorpsi tulang yang terjadi di sekitar lesi tersebut. Deteksi lesi dapat

diklasifikasikan menjadi positif atau negatif. Pinggir lesi dapat diklasifikasikan

menjadi kurang jelas atau semuanya jelas. Batas lesi dapat diklasifikasikan

menjadi halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasifikasikan menjadi homogen

atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas dari lesi dengan

otot disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi, intrermediet,

rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi terhadap injeksi medium

kontras diklasifikasikan menjadi homogen, tidak homogen dan perifer. Deteksi

kapsulnya dan resorpsi tulang diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.

 MRI

Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang

bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki

tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi

malignansi dengan grade rendah terkadang mempunyai pseudokapsul dan

memiliki gambaran radiografi seperti lesi benigna.Lesi malignansi dengan grade

tinggi memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.

Gambar 2.11. Karsinoma ex pleomorphic adenoma


 PET (Positron Emission Tomography)

Alat ini menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai fluorine

atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat

dan dalam stadium dini.Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk

mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan

bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respon terhadap sel-sel yang

terkena kanker.

b) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali

fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal hemostasis,

untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.

c) Pemeriksaan Patologi

 FNA

Belum merupakan pemeriksaan baku.Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahli

sitopatologi handal yang khusus menekuni pemeriksaan kelenjar liur.

 Biopsi insisional

Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.

 Biopsi eksisional

 Pada tumor parotis yang operabel dilakukan parotidektomi superfisial

 Pada tumor submandibula yang operabel dilakukan eksisi submandibula

 Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel

dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas tumor).


 Pemeriksaan potong beku

Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional.

 Pemeriksaan spesimen operasi.

K. Diagnosis Banding

a. Inflamasi:

a.1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy

a.2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)

a.3) Autoimun/Sjogren syndrome

b. Benign tumor :

1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)

2) Warthin tumor

3) Lipoma

c. Malignansi :

a.1) Mucoepidermoid carcinoma

a.2) Adenoid cystic carcinoma

a.3) Non-Hodgkin lymphoma

a.4) Malignant mixed tumor;

a.5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma

d. Metastasis:

1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma

2) Breast orlung carcinoma

3) Nodal non-Hodgkin lymphoma.


L. Komplikasi

Komplikasi pasca operasi parotis

 Sindrom Frey

 Kelumpuhan saraf fasialis.

 Fistula kelenjar liur.

M. Penatalaksanaan

Pengobatan tumor parotis adalah multidisipliner termasuk bedah,

neurologi, radiologi diagnostik dan inventersional, onkologi dan patologi. Faktor

tumor dan pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor,

tingkat morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan

khemoterapi.

1. Tumor operable

1) Terapi utama

Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan, dapat berupa:

a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak parotis lobus

superfisialis.

b. Parotidektomi total, dilakukan pada :

b.i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n.VII

b.ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus

c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada tumor ganas parotis yang sudah

ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII

d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan bila terdapat metastase kelenjar getah

bening leher yang masih operabel.


2) Terapi tambahan

Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada tumor

ganas dengan kriteria :

a. High grade malignancy

b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.

asesorius)

d. Setiap T3,T4

e. Karsinoma residif

f. Karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk

memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila telah

dikerjakan alih tandur syaraf.

- Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi

sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.

- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade

malignancy

b. Tumor inoperabel

1) Terapi utama

Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu

2) Terapi tambahan

Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,

malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

 adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1

 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

b) Untuk jenis karsinoma sel sqamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

 methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7

 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2.

c. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)

1) Terapi utama

a) Operabel : deseksi leher radikal (RND)

b) Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian dievaluasi

- menjadi operabel - RND

- tetap inoperable- radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy

2) Terapi tambahan

Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy.

d. Metastase Jauh (M)

Terapi paliatif : khemoterapi


1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,

malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

 adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1

 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

2) Untuk jenis karsinoma sel squamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

 methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7

 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2.

N. Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan

local dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika sebelum

penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya

lebih buruk. Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi

menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan

derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap

tergantung kepada histologinya.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada ini relatif

jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala

dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi,

faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur

terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari

parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign

pleomorphic adenomas).

Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai

suatu massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang

terkena. Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan

dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik.

Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,

walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan

prognosisnya buruk. Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik,

tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-

29% pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya.Rasa nyeri yang bersifat

episodic mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari

keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan

aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.


Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk

tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat

kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Untuk

terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya. Terapi tambahan berupa

radiasi pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan mempertimbangkan

resiko-resiko yang harus dihadapi nantinya. Untuk tumor maligna, pengobatan

dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan

pada keganasan dengan derajat tertinggi. Untuk prognosis sesudah terapi adekuat

pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari 1% kasus. Namun, jika tumor

benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul residif lokal.

Anda mungkin juga menyukai