Anda di halaman 1dari 16

LK: Lembar Kerja

Analisis Modul Profesional dan Modul Pedagogik


PPG PRAJABATAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Nama Mahasiswa Aldila Mutiara Rodita - 4101021109


Ppg
Program Studi Pendidikan Matematika
Ppg
Judul Modul MODUL 5 BILANGAN

Judul Kegiatan 1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima, Kelipatan


Belajar (KB) Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
N Butir Refleksi Respon/Jawaban Hasil Diskusi dengan Teman
o dan Dosen
1 Daftar peta 1. KB 1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Istilah dan konsep tersebut
konsep (istilah Prima, Kelipatan Bilangan merupakan pengetahuan dasar
dan definisi) di A. Keterbagian yang harus dipahami agar dapat
modul ini. Posisi himpunan bilangan bulat dalam himpunan menyelesaikan permasalahan
bilangan dapat digambarkan dalam diagram yang berkaitan dengan
keterbagian, factor bilangan,
Venn berikut ini:
bilangan prima, kelipatan
bilangan

A = himpunan semua bilangan asli = {1,2,3, …


},
C = himpunan semua bilangan cacah = {0,1,2,3,
… },
B = himpunan semua bilangan bulat ={ … , -2, -
1,0,1,2, … },
Q= himpunan semua bilangan
rasional=
{ | }
R = himpunan semua bilangan real.
Di antara Q dan R ada himpunan bilangan
irasional. Sehingga dapat dikatakan, himpunan
bilangan real adalah gabungan antara himpunan
bilangan rasional (Q) dengan himpunan semua
bilangan irasional.
Definisi 1.1
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b
(ditulis a|b) apabila terdapat bilangan bulat k
sehingga b = ak. Jika tidak membagi habis b
maka dituliskan a∤b
B. Faktor Persekutuan Terbesar
Untuk setiap bilangan bulat a paling sedikit
memiliki dua faktor yaitu 1 dan dirinya sendiri.
Suatu bilangan bulat dapat memiliki faktor selain
1 dan dirinya sendiri Sebagai contoh 20
memiliki faktor 1, 2, 4, 5, 10 dan 20, sedangkan
30 memiliki faktor 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15 dan 30.
Dari contoh ini diperoleh bahwa 1, 2, 5 dan 10
merupakan faktor dari 20 dan sekaligus faktor
dari 30. Fakta tersebut mengantarkan ke konsep
faktor persekutuan, dan faktor persekutuan
terbesar.
Definisi 1.2
Suatu bilangan bulat d disebut faktor
persekutuan dari a dan b apabila d|a dan d|b
Definisi 1.3
Bilangan bulat positif d disebut FPB dari dan
jika dan hanya jika:
i. d|a dan d|b
ii. jika c|a dan c|b maka c ≤ d.
Faktor persekutuan terbesar dari a dan b
dinotasikan dengan FPB (a,b). Beberapa hal
yang perlu diketahui tentang FPB antara lain:
i. FPB(0,0) tidak didefinisikan.
ii. FPB (a,b) selalu bilangan bulat positif,
sehingga FPB (a,b) ≥ 1.
iii. FPB (a,b) = FPB (a,-b) = FPB (-a,b) =
FPB (-a,-b).
Definisi 1.4
Bilangan bulat a dan b disebut relatif prima
(saling prima) jika FPB (a,b) = 1.
C. Bilangan Prima
Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai
paling sedikit 2 faktor yakni 1 dan bilangan itu
sendiri. Jika bilangan asli hanya memiliki 2
faktor tersebut, maka bilangan tersebut
dinamakan bilangan prima
Definisi 1.5
Bilangan bulat p> 1 disebut bilangan prima jika
mempunyai faktor positif hanya
1 dan p. Bilangan bulat positif yang lebih besar
dari 1 dan bukan bilangan prima
disebut bilangan komposit (bilangan tersusun).
D. Kelipatan Persekutuan Terkecil
Kita mengetahui bahwa 30 = 6 . 5 dan 30 = 10 .
3. Ini berarti 30 merupakan kelipatan 5 dan juga
kelipatan 3. Fakta ini mendasari konsep
kelipatan persekutuan dan kelipatan persekutuan
dan kelipatan persekutuan terkecil
Definisi 1.6
Bilangan-bilangan bulat , dengan
≠ 0 untuk i = 1, 2, … , n mempunyai kelipatan
persekutuan b jika | untuk setiap i.
Kelipatan persekutuan bilangan-bilangan bulat
, selalu ada, yaitu ∏ = ,
Definisi 1.7
Jika , bilangan-bilangan bulat
dengan ≠ 0 untuk i = 1, 2, … , maka kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-
bilangan tersebut adalah bilangan bulat positif
terkecil di antara kelipatan-kelipatan persekutuan
dari , .
KPK dari dan dituliskan sebagai KPK
[ , ].
KPK dari , , … , dituliskan sebagai
KPK [ , ].

2. KB 2. Kongruensi Modulo Istilah dan konsep tersebut


A. Kekongruenan merupakan pengetahuan dasar
Definisi 2.1 yang harus dipahami agar dapat
Jika m suatu bilangan bulat positif membagi a – menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan
b maka dikatakan a kongruen Terhadap b
kongruensi modulo
modulo m dan ditulis a ≡ b (mod m).
Jika m tidak membagi a – b maka dikatakan a
tidak kongruen terhadap b modulo m dan ditulis
a ≢ b (mod m)
Jika m > 0 dan m |( a – b) maka ada suatu
bilangan bulat k sehingga a – b = mk. Dengan
demikian a ≡ b (mod m).dapat dinyatakan
sebagai a – b = mk, atau beda diantara a dan b
merupakan kelipatan m. Atau a = b + mk, yaitu a
sama dengan b ditambah kelipatan m.
B. Sistem Residu
Definisi 2.2
Suatu himpunan {x,x,...x} disebut suatu sistem
residu lengkap modulo m . Jika
dan hanya jika untuk setiap y dengan 0 ≤ y < m ,
ada satu dan hanya satu x
dengan 1 ≤ i < m , sedemikian hingga y ≡ x (mod
m) atau x ≡ y (mod m)
Definisi 2.3
Suatu himpunan bilangan bulat { }
disebut suatu sistem residu tereduksi modulo m
jika dan hanya jika:
i. ( , m) = 1, 1 ≤ i < k
ii. ≡ (mod m) untuk setiap i ≠ j
iii. Jika (y,m) = 1, maka y ≡ (mod m)
untuk suatu i = 1, 2, … , k

Definisi 2.4
Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif.
Banyaknya residu di dalam suatu sistem residu
tereduksi modulo m disebut fungsi
Euler dari m, dan dinyatakan dengan (m).
3. KB 3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret Istilah dan konsep tersebut
A. Notasi Sigma merupakan pengetahuan dasar
Secara umum bentuk notasi sigma didefinisikan sebagai yang harus dipahami agar dapat
berikut: menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan notasi
∑ sigma, barisan dan deret

Sifat-sifat Notasi Sigma


Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan n berlaku:
i. ∑
ii. ∑ ( ) ∑ ( )
iii. ∑ ( ( ) ( )) ∑ ( )
∑ ( )
iv. ∑ ( ) ∑ ( ) ∑ ( )
v. ∑ ( ) ∑ ( )
B. Barisan dan Deret
1) Barisan dan Deret Aritmetika
a) Barisan Aritmetika
Barisan aritmetika mempunyai selisih
yang tetap antara duan suku yang
berurutan
b) Rumus suku Ke-n Barisan Aritmetika
rumus umum suku ke –n adalah:
( )
= suku ke-n
= suku pertama
= beda
c) Deret Aritmetika
( )
Atau
( ) [( ( ) ]
= suku ke-n
= suku pertama
= beda
Jika ditulis dalam bentuk notasi sigma,
jumlah suku pertama deret aritmetika
dinyatakan sebagai
∑ ∑ ( )
Dengan mengurangkan dengan
terlihat dengan jelas bahwa

2) Barisan dan Deret Geometri


a) Barisan Geometri
Barisan yang mempunyai perbandingan
yang tetap antara dua suku berurutan
disebut barisan geometri
b) Rumus Suku Ke-n Barisan Geometri
suku pertama = dan perbandingan
dua suku yang berurutan disebut
rasio r
rumus umum suku ke-n barisan geometri

= suku ke-n
= suku pertama
r = rasio
c) Deret Geometri
Rumus umum jumlah n suku deret
geometri
( ) ( )
atau
d) Deret Geometri Tak Hingga
i. Jika -1< r<1 maka
Deret geometri tak hingga yang
mempunyai jumlah disebut
konvergen atau mempunyai limit
jumlah.
ii. r< -1atau r>1 maka deret tak hingga
itu tidak mempunyai limit jumlah.
Deret yang seperti ini disebut
divergen.

3) Barisan sebagai Fungsi


a) Barisan Linear (Berderajat Satu)
Bentuk umum
b) Barisan Berderajat Dua
Bentuk umum
c) Barisan Berderajat Tiga
Bentuk umum
4) Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif
(pemanggilan ulang / pengulangan yang
ditemukan oleh seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernam Leonardo
da Pisa. Barisan ini berbentuk sebagai
berikut:
0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,61
0,987,1597,2584,4181,6765,10946,...
5) Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas ( = 1.618205. .
. ) merupakan suatu nilai rasio (ratio
number) konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada barisan
fibonacci dibagi dengan satu suku
sebelumnya
4. KB 4. Induksi Matematika Istilah dan konsep tersebut
Induksi Matematika merupakan teknik merupakan pengetahuan dasar
pembuktian yang baku dalam matematika yang harus dipahami agar dapat
dan merupakan salah satu metoda/alat yang menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan induksi
digunakan untuk membuktikan suatu
matematika.
pernyataan matematika, khususnya
pernyataan-pernytaan yang berkaitan dengan
bilangan asli atau bilangan bulat positif.
Melalui Induksi Matematika ini kita dapat
mengurangi langkah-langkah pembuktian
bahwa semua bilangan bulat termasuk ke
dalam suatu himpunan kebenaran dengan
hanya sejumlah langkah terbat
Prinsip Induksi Matematis
Misalkan { } adalah suatu barisan
proposisi (pernyataan) yang memenuhi
kedua persyaratan ini:
i. adalah benar (biasanya N adalah 1).
ii. Kebenaran mengimplikasikan
kebenaran ≥ N.
Maka, adalah benar untuk setiap bilangan
bulat n ≥ N.
Pembuktian Barisan Fibonacci
Menggunakan Induksi Matematika
Untuk langkah pembuktian induksi langkah
kedua gunakan aturan ini:

Dalam bentuk n=k menjadi

Untuk langkah pembuktian induksi langkah


ketiga gunakan aturan ini:

Dalam bentuk n=k+1 menjadi

2 Daftar materi 1. KB 1 : Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan 1.Faktor Persekutuan


yang sulit Prima, Kelipatan Bilangan Terbesar
dipahami di  Faktor Persekutuan Terbesar Bilangan bulat positif d
modul ini  Kelipatan Persekutuan Terkecil disebut FPB dari dan jika
dan hanya jika:
(i). | dan |
(ii). jika | dan | maka ≤
.
Faktor persekutuan terbesar
dari dan dinotasikan
dengan 𝑃𝐵( , ). Beberapa
hal yang perlu diketahui
tentang FPB antara lain:
(i). 𝑃𝐵 (0,0) tidak
didefinisikan.
(ii). 𝑃𝐵 ( , ) selalu bilangan
bulat positif, sehingga 𝑃𝐵
( , )≥ 1.
(iii). 𝑃𝐵 ( , )= 𝑃𝐵
( ,− )= 𝑃𝐵 (− , )= 𝑃𝐵
(− ,− ).
2. Kelipatan Persekutuan
Terkecil

Definisi 1.6
Bilangan-bilangan bulat
1, 2,…, dengan ≠0
untuk =1,2,…, mempunyai
kelipatan persekutuan jika
| untuk setiap .
Kelipatan persekutuan
bilangan-bilangan bulat
1,…, selalu ada, yaitu
Π =1= 1, 2,…, .

Definisi 1.7
Jika 1, 2,…, bilangan-
bilangan bulat dengan ≠0
untuk =1,2,…, , maka
kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan-bilangan
tersebut adalah
bilangan bulat positif terkecil
di antara kelipatan-kelipatan
persekutuan dari 1, 2,…, .
KPK dari 1 dan 2 dituliskan
sebagai 𝐾𝑃𝐾 [ 1, 2].
KPK dari 1, 2,…,
dituliskan sebagai 𝐾𝑃𝐾
[ 1, 2,…, ].

3. KB 2: Kongruensi Modulo 1. Kongruensi Modulo


 Kongruensi Modulo Terdapat 20 teorema
 Sistem Residu kongruensi.
Teorema 2.1:
Untuk bilangan bulat sebarang
dan , ≡ (𝑚 𝑚) jika
dan hanya jika dan
memiliki sisa yang sama jika
dibagi 𝑚.
Teorema 2.2:
Kekongruenan sebagai relasi
ekivalen.
Untuk 𝑚 bilangan bulat positif
dan , , dan 𝑟 bilangan bulat,
berlaku
(1) Sifat Refleksif
≡ (𝑚 𝑚)
(2) Sifat Simetris
≡ (𝑚 𝑚) jika dan hanya
jika ≡ (𝑚 𝑚)

(3) Sifat Transitif


Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡𝑟
(𝑚 𝑚) maka ≡𝑟 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.3:
Jika , ,𝑟, dan 𝑚 adalah
bilangan-bilangan bulat dan
𝑚>0 sedemikian hingga
≡ (𝑚 𝑚), maka:
(1) +𝑟≡ +𝑟(𝑚 𝑚)
(2) –𝑟≡ –𝑟(𝑚 𝑚)
(3) 𝑟≡ 𝑟(𝑚 𝑚)

Teorema 2.4:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka
(1) + ≡ + (𝑚 𝑚)
(2) − ≡ − (𝑚 𝑚)
(3) ≡ (𝑚 𝑚)

Teorema 2.5:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka
𝑥+ 𝑦≡ 𝑥+ 𝑦 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.6 :
Jika ≡ (𝑚 𝑚) maka
𝑟≡ 𝑟 (𝑚 𝑚𝑟). 60
Teorema 2.7:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) maka
≡ (𝑚 𝑚) untuk
bilangan bulat positif.
Teorema 2.8:
Andaikan 𝑓 suatu polinom
dengan koefisien bilangan
bulat, yaitu
𝑓(𝑥)= 0𝑥 + 1𝑥 −1+ 2𝑥 −2
+ + −1𝑥+
Dengan 0, 1,…, masing-
masing bilangan bulat. Jika
≡ (𝑚 𝑚) maka
𝑓( )≡𝑓( )(𝑚 𝑚).
Teorema 2.9:
Jika suatu solusi
𝑓(𝑥)≡0(𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka juga solusi
𝑓(𝑥) itu.
Teorema 2.10:
Jika |𝑚 dan ≡ (𝑚 𝑚)
maka ≡ (𝑚 )

Teorema 2.11:
Andaikan ( ,𝑚)=
𝑥= 𝑦 (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚 𝑚 )
Teorema 2.12:
Andaikan ( ,𝑚)=1.
𝑥≡ 𝑦 (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.13:
Jika 𝑥≡ 𝑦 (𝑚 ) dengan
∤ dan bilangan basit,
maka 𝑥≡𝑦 (𝑚 )
Teorema 2.14:
Diketahui bilangan-bilangan
bulat , , ,𝑚, dan 𝑚>0.
(1) ≡ (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika ≡ (𝑚 𝑚( ,𝑚))
(2) ≡ (𝑚 𝑚1) dan
≡ (𝑚 𝑚2) jika dan hanya
jika ≡ (𝑚 [𝑚1,𝑚2])
Teorema 2.15:
Ditentukan ( ,𝑚)=1
Jika {𝑥1,𝑥2,…,𝑥 } adalah
suatu sistem residu modulo 𝑚
yang lengkap atau tereduksi,
maka { 𝑥1, 𝑥2,…, 𝑥 } juga
merupakan suatu sistem residu
modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi.
Teorema 2.16:
Jika ,𝑚∈Ζ dan 𝑚>0
sehingga ( ,𝑚)=1, maka
𝜙(𝑚)≡1(𝑚 𝑚) 61
Teorema 2.17:
Jika adalah suatu bilangan
prima dan tidak membagi ,
maka −1≡1(𝑚 )
Teorema 2.18:
Jika ( ,𝑚)=1, maka hubungan
𝑥≡ (𝑚 𝑚) mempunyai
selesaian 𝑥= 𝜙(𝑚)−1. + 𝑚
Teorema 2.19:
Jika adalah suatu bilangan
prima, maka ( –1)!≡−1(𝑚
)
Teorema 2.20:
Jika adalah suatu bilangan
bulat positif sehingga ( –
1)!≡–1(𝑚 ), maka
adalah suatu bilangan prima.
Untuk menentukan tingkat
penguasaan saudara terhadap
materi ini, silahkan kerjakan
tes berikut ini. Kunci jawaban
diberikan pada akhir kegiatan
belajar ini.
2. Sistem Residu
Definisi 2.2:
Suatu himpunan {𝑥,𝑥,…,𝑥}
disebut suatu sistem residu
lengkap modulo 𝑚. Jika dan
hanya jika untuk setiap y
dengan 0≤𝑦<𝑚, ada satu dan
hanya satu 𝑥 dengan 1≤ <𝑚,
sedemikian hingga 𝑦≡𝑥(𝑚
𝑚) atau 𝑥≡𝑦(𝑚 𝑚).
Definisi 2.3:
Suatu himpunan bilangan
bulat {𝑥1,𝑥2,…,𝑥 } disebut
suatu sistem residu tereduksi
modulo 𝑚 jika dan hanya jika:
(a) (𝑥 ,𝑚)=1,1≤ <
(b) 𝑥 ≡𝑥𝑗(𝑚 𝑚) untuk
setiap ≠𝑗
(c) Jika (𝑦,𝑚)=1, maka
𝑦≡𝑥 (𝑚 𝑚) untuk suatu
=1,2,…,

4. KB 3: Notasi Sigma, Barisan dan Deret Golden ratio atau rasio emas
 Golden Ratio ( =1.618205...) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number)
konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada
barisan fibonacci dibagi dengan
satu suku sebelumnya. Dalam
barisan Fibonacci, 12 bernilai
89, 13 bernilai 144, 14
bernilai 233, dan 15 bernilai
377. Apabila dilakukan
perhitungan dengan cara
membagi suatu suku dalam deret
Fibonacci dengan suku
sebelumnya, maka akan
diperoleh suatu bilangan yang
menuju ke arah Golden Ratio
atau Rasio Emas (φ = 1.618).
5. KB 4 : Induksi Matematika
-
3 Daftar materi 1. KB 1 : Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan 1.Faktor Persekutuan
yang sering Prima, Kelipatan Bilangan Terbesar
mengalami  Faktor Persekutuan Terbesar Bilangan bulat positif d
miskonsepsi  Kelipatan Persekutuan Terkecil disebut FPB dari dan jika
dan hanya jika:
(i). | dan |
(ii). jika | dan | maka ≤
.
Faktor persekutuan terbesar
dari dan dinotasikan
dengan 𝑃𝐵( , ). Beberapa
hal yang perlu diketahui
tentang FPB antara lain:
(i). 𝑃𝐵 (0,0) tidak
didefinisikan.
(ii). 𝑃𝐵 ( , ) selalu bilangan
bulat positif, sehingga 𝑃𝐵
( , )≥ 1.
(iii). 𝑃𝐵 ( , )= 𝑃𝐵
( ,− )= 𝑃𝐵 (− , )= 𝑃𝐵
(− ,− ).

2. Kelipatan Persekutuan
Terkecil

Definisi 1.6
Bilangan-bilangan bulat
1, 2,…, dengan ≠0
untuk =1,2,…, mempunyai
kelipatan persekutuan jika
| untuk setiap .
Kelipatan persekutuan
bilangan-bilangan bulat
1,…, selalu ada, yaitu
Π =1= 1, 2,…, .

Definisi 1.7
Jika 1, 2,…, bilangan-
bilangan bulat dengan ≠0
untuk =1,2,…, , maka
kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan-bilangan
tersebut adalah
bilangan bulat positif terkecil
di antara kelipatan-kelipatan
persekutuan dari 1, 2,…, .
KPK dari 1 dan 2 dituliskan
sebagai 𝐾𝑃𝐾 [ 1, 2].
KPK dari 1, 2,…,
dituliskan sebagai 𝐾𝑃𝐾
[ 1, 2,…, ].

2. KB 2: Kongruensi Modulo 1. Kongruensi Modulo


 Kongruensi Modulo Terdapat 20 teorema
 Sistem Residu kongruensi.
Teorema 2.1:
Untuk bilangan bulat sebarang
dan , ≡ (𝑚 𝑚) jika
dan hanya jika dan
memiliki sisa yang sama jika
dibagi 𝑚.
Teorema 2.2:
Kekongruenan sebagai relasi
ekivalen.
Untuk 𝑚 bilangan bulat positif
dan , , dan 𝑟 bilangan bulat,
berlaku
(1) Sifat Refleksif
≡ (𝑚 𝑚)
(2) Sifat Simetris
≡ (𝑚 𝑚) jika dan hanya
jika ≡ (𝑚 𝑚)

(3) Sifat Transitif


Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡𝑟
(𝑚 𝑚) maka ≡𝑟 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.3:
Jika , ,𝑟, dan 𝑚 adalah
bilangan-bilangan bulat dan
𝑚>0 sedemikian hingga
≡ (𝑚 𝑚), maka:
(1) +𝑟≡ +𝑟(𝑚 𝑚)
(2) –𝑟≡ –𝑟(𝑚 𝑚)
(3) 𝑟≡ 𝑟(𝑚 𝑚)

Teorema 2.4:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka
(1) + ≡ + (𝑚 𝑚)
(2) − ≡ − (𝑚 𝑚)
(3) ≡ (𝑚 𝑚)
Teorema 2.5:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka
𝑥+ 𝑦≡ 𝑥+ 𝑦 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.6 :
Jika ≡ (𝑚 𝑚) maka
𝑟≡ 𝑟 (𝑚 𝑚𝑟). 60
Teorema 2.7:
Jika ≡ (𝑚 𝑚) maka
≡ (𝑚 𝑚) untuk
bilangan bulat positif.
Teorema 2.8:
Andaikan 𝑓 suatu polinom
dengan koefisien bilangan
bulat, yaitu
𝑓(𝑥)= 0𝑥 + 1𝑥 −1+ 2𝑥 −2
+ + −1𝑥+
Dengan 0, 1,…, masing-
masing bilangan bulat. Jika
≡ (𝑚 𝑚) maka
𝑓( )≡𝑓( )(𝑚 𝑚).
Teorema 2.9:
Jika suatu solusi
𝑓(𝑥)≡0(𝑚 𝑚) dan ≡
(𝑚 𝑚) maka juga solusi
𝑓(𝑥) itu.
Teorema 2.10:
Jika |𝑚 dan ≡ (𝑚 𝑚)
maka ≡ (𝑚 )
Teorema 2.11:
Andaikan ( ,𝑚)=
𝑥= 𝑦 (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚 𝑚 )
Teorema 2.12:
Andaikan ( ,𝑚)=1.
𝑥≡ 𝑦 (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚 𝑚)
Teorema 2.13:
Jika 𝑥≡ 𝑦 (𝑚 ) dengan
∤ dan bilangan basit,
maka 𝑥≡𝑦 (𝑚 )
Teorema 2.14:
Diketahui bilangan-bilangan
bulat , , ,𝑚, dan 𝑚>0.
(1) ≡ (𝑚 𝑚) jika dan
hanya jika ≡ (𝑚 𝑚( ,𝑚))
(2) ≡ (𝑚 𝑚1) dan
≡ (𝑚 𝑚2) jika dan hanya
jika ≡ (𝑚 [𝑚1,𝑚2])
Teorema 2.15:
Ditentukan ( ,𝑚)=1
Jika {𝑥1,𝑥2,…,𝑥 } adalah
suatu sistem residu modulo 𝑚
yang lengkap atau tereduksi,
maka { 𝑥1, 𝑥2,…, 𝑥 } juga
merupakan suatu sistem residu
modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi.
Teorema 2.16:
Jika ,𝑚∈Ζ dan 𝑚>0
sehingga ( ,𝑚)=1, maka
𝜙(𝑚)≡1(𝑚 𝑚) 61
Teorema 2.17:
Jika adalah suatu bilangan
prima dan tidak membagi ,
maka −1≡1(𝑚 )
Teorema 2.18:
Jika ( ,𝑚)=1, maka hubungan
𝑥≡ (𝑚 𝑚) mempunyai
selesaian 𝑥= 𝜙(𝑚)−1. + 𝑚
Teorema 2.19:
Jika adalah suatu bilangan
prima, maka ( –1)!≡−1(𝑚
)
Teorema 2.20:
Jika adalah suatu bilangan
bulat positif sehingga ( –
1)!≡–1(𝑚 ), maka
adalah suatu bilangan prima.
Untuk menentukan tingkat
penguasaan saudara terhadap
materi ini, silahkan kerjakan
tes berikut ini. Kunci jawaban
diberikan pada akhir kegiatan
belajar ini.

2. Sistem Residu
Definisi 2.2:
Suatu himpunan {𝑥,𝑥,…,𝑥}
disebut suatu sistem residu
lengkap modulo 𝑚. Jika dan
hanya jika untuk setiap y
dengan 0≤𝑦<𝑚, ada satu dan
hanya satu 𝑥 dengan 1≤ <𝑚,
sedemikian hingga 𝑦≡𝑥(𝑚
𝑚) atau 𝑥≡𝑦(𝑚 𝑚).
Definisi 2.3:
Suatu himpunan bilangan
bulat {𝑥1,𝑥2,…,𝑥 } disebut
suatu sistem residu tereduksi
modulo 𝑚 jika dan hanya jika:
(a) (𝑥 ,𝑚)=1,1≤ <
(b) 𝑥 ≡𝑥𝑗(𝑚 𝑚) untuk
setiap ≠𝑗
(c) Jika (𝑦,𝑚)=1, maka
𝑦≡𝑥 (𝑚 𝑚) untuk suatu
=1,2,…,

3. KB 3: Notasi Sigma, Barisan dan Deret Golden ratio atau rasio emas
 Golden Ratio ( =1.618205...) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number)
konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada
barisan fibonacci dibagi dengan
satu suku sebelumnya. Dalam
barisan Fibonacci, 12 bernilai
89, 13 bernilai 144, 14
bernilai 233, dan 15 bernilai
377. Apabila dilakukan
perhitungan dengan cara
membagi suatu suku dalam deret
Fibonacci dengan suku
sebelumnya, maka akan
diperoleh suatu bilangan yang
menuju ke arah Golden Ratio
atau Rasio Emas (φ = 1.618).
4. KB 4 : Induksi Matematika
-

Catatan: Respon/jawaban tuliskan prioritas pemahaman dari modul untuk masing-


masing Kegiatan Belajar (KB).

Anda mungkin juga menyukai