Cardiomyopati Peripartum
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Dewi Diana
20204010289
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CARDIOMYOPATI PERIPARTUM
Disusun oleh :
Dewi Diana
20204010289
1
2
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia ibu saat pertama kali mengandung,
komplikasi kardiovaskular yang berat baik terhadap ibu maupun janin yang
dengan penyebab utama yang masih belum diketahui pasti. (Dwiani Sulistyani et
al,
4
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Usia : 30 tahun
No. RM : 66 – 65 – xx
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
dengan dengan keluhan badan lemas (+) sejak jam 02.00. Keluhan disertai
rasa sesak nafas dan pusing berputar. Ibu baru saja melahirkan pada hari
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
7. Anamnesis Sistem
● Respirasi : Sesak
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
2. Vital Sign
TD : 139/95 mmHg
Suhu : 36,9 oC
Nadi : 91x/menit
Respirasi : 18x/menit
7
e. Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir lembab, nyeri telan (-), lidah
g. Thorax :
Jantung
Paru-paru
nafas (-)
(-/-)
h. Abdomen
- Palpasi : Supel (+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan
abdomen (-), nyeri ketok ginjal (-), nyeri tekan suprapubik (-)
h. Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.0 14.0 - 18.0 g/dl
Lekosit 8.79 4.00 - 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.19 4.50 - 5.50 10^6/uL
Trombosit 380 150 – 450 10^3/uL
Hematokrit 38.4 42.0 - 52.0 vol%
HITUNG JENIS
9
Eosinofil 3 2–4 %
Basofil 1 0–1 %
Batang 0 2–5 %
Segmen 75 51 – 67 %
Limfosit 17 20 – 35 %
Monosit 4 4–8 %
FUNGSI GINJAL
Ureum 22 17-43 mg/dl
Creatinin 0.54 0.60-1.10 mg/dl
DIABETES
GDS 75 80-200 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 141.0 137.0-145.0 mmol/l
Kalium 3.78 3.50-5.10 mmol/l
Klorida 110.4 98.0-107.0 mmol/l
Sero-Imunologi
Elektrokardiogram (15/12/2021)
Interpretasi :
- Irama sinus
- Probable LAE
- Abnormal EKG
11
E. DIAGNOSA KERJA
● Cardiomyopati Peripartum
● Hipoglikemia
Diagnosis Banding:
● Preeklampsia
F. PENATALAKSANAAN
● IGD
o GDS <50 = 3 fl
o GDS 50-70 = 2 fl
o GDS 70-80 = 1 fl
o O2 NK 3lpm
o PO Mertigo 3x1
G. FOLLOW UP
Tgl. Follow Up
15/12/2 S:
1 Pasien postpartum di bidan dengan perdarahan 550cc 5HRSMRS datang
ke IGD diantar keluarga dengan keluhan lemas(+) pusing berputar(+)
pasien hanya mau makan sedikit Mual (+) muntah (-) nyeri perut (-).
Demam (-) Pusing (-) BAB/BAK tidak ada keluhan. Riwayat jatuh (-)
Sesak napas (+)
O:
KU sedang,CM
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 36,9 oC
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 24x/menit
Saturasi Oksigen : 97% NK 3lpm
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi basah basal +/+ Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
A:
● Observasi penurunan kesadaran ec Hipoglikemia
● CKD on HD rutin
● DM + ulkus pedis
P:
● Infus NaCl 0.9% 20 tpm mikro
● Inj. Furosemid 2A/12 jam
● Inj. Cefoperazon 1g/12 jam
● Inj. Isoket 1 mg/jam (sampai TD 140/100 stop)
● Inj. Novomix 10-0-10 mulai besok pagi
● CaCO3 3x1 tab
● Asam Folat 3x1 tab
● Candesartan 16mg 1x1 tab
● Monitor GDS/3jam
22/12/2 S: Pasien mengeluh lemas dan sesak (+). Mual (+) muntah (+) nyeri
0 kepala (-) keringat dingin (-),
O: KU lemah, CM
TD : 200/100 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 26 x/menit
T : 36.4C
SpO2 : 99% NK 3lpm
GDS
07.20 48 🡪 bolus D40% 3 flash
11.20 59 🡪 bolus D40% 2 flash
13.00 120
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi basah basal +/+ Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
14
23/12/2 S: Pasien mengeluh lemas (+) sesak (+) berkurang, mual (+) berkurang,
0 muntah (-)
O: KU sedang, CM
TD: 140/80
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36.2oC
SpO2: 98%
GDS
07.00 221
13.00 139
16.00 43 🡪bolus D40% 2 flash, infus ganti D10%
17.00 288
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi basah basal +/+ Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
15
24/12/2 S: Pasien mengeluh lemas (+) sesak (+) berkurang, mual (-), muntah (-),
0 makan minum mulai meningkat
O: KU sedang, CM
TD: 120/90
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36.5oC
SpO2: 99%
GDS
07.00 106
11.00 75
12.00 79
20.00 159
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
16
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
A:
● Hipoglikemia
● CKD stad V dg edem pulmo
● DM + ulkus pedis
P:
● Infus NaCl 0.9% 20 tpm mikro
● Inj. Furosemid 2A/12 jam
● Inj. Cefoperazon 1g/12 jam
● Inj. Novorapid 3x4iu
● CaCO3 3x1 tab
● Asam Folat 3x1 tab
● Candesartan 16mg 1x1 tab
● Clonidin 3x1 tab
● Ondansetron 2x1
● Lansoprazole 2x1
● Adalat oros 30mg 1x1 tab
● Monitor GDS premeal
25/12/2 S: Pasien mengeluh lemas (-) sesak (+) berkurang, mual (-), muntah (-),
0 makan minum mulai meningkat. BAK sedikit. BAB (-) terakhir senin
O: KU sedang, CM
TD: 110/70
HR: 76x/menit
RR: 20x/menit
T: 36.oC
SpO2: 99%
GDS
07.00 132
12.00 143 🡪 novorapid (-)
17.00 161
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
17
A:
● Hipoglikemia
● CKD stad V dg edem pulmo
● DM + ulkus pedis
P:
● Infus NaCl 0.9% 20 tpm mikro
● Inj. Furosemid 2A/12 jam
● Inj. Cefoperazon 1g/12 jam
● Inj. Novorapid 3x4iu
● CaCO3 3x1 tab
● Asam Folat 3x1 tab
● Candesartan 16mg 1x1 tab
● Clonidin 3x1 tab
● Ondansetron 2x1
● Lansoprazole 2x1
● Adalat oros 30mg 1x1 tab
● Monitor GDS premeal
● HD rabu-sabtu
26/12/2 S: Pasien mengeluh lemas (-) sesak (-) mual (+), muntah (+) 4x sejak
0 semalam. BAK sedikit. BAB (-) terakhir senin
O: KU sedang, CM
TD: 130/80
HR: 80x/menit
RR: 22x/menit
T: 36.5.oC
SpO2: 98%
GDS
07.00 165
12.00 114 🡪 novorapid (-)
17.00 200
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
A:
● CKD stad V dg edem pulmo
18
● DM + ulkus pedis
P:
● Infus NaCl 0.9% 20 tpm mikro
● Inj. Furosemid 2A/12 jam
● Inj. Cefoperazon 1g/12 jam
● Inj. Novorapid 3x4iu
● CaCO3 3x1 tab
● Asam Folat 3x1 tab
● Candesartan 16mg 1x1 tab
● Clonidin 3x1 tab
● Ondansetron 2x1
● Lansoprazole 2x1
● Adalat oros 30mg 1x1 tab
● Monitor GDS premeal
● HD
27/12/2 S: Pasien mengeluh lemas (+) sesak (-) mual (+), muntah (-) BAK sedikit.
0 BAB (-) terakhir senin
O: KU sedang, CM
TD: 140/80
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36.2oC
SpO2: 98%
GDS
07.00 141
12.00 111
17.00 92
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
A:
● CKD stad V dg edem pulmo
● DM + ulkus pedis
P:
19
28/12/2 S: Pasien mengeluh kaki kesemutan (+) lemas (-) sesak (-) mual (-)
0 muntah (-)
O: KU sedang, CM
TD: 110/70
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36oC
SpO2: 98%
GDS
07.00 89
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Thoraks :
● Simetris (+), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Akral hangat (+/+/+/+), ADP kuat angkat, CRT <2 detik, inferior
edem (+/+), ulkus kaki kiri
A:
● CKD stad V dg edem pulmo
● DM + ulkus pedis
P:
● BLPL
● Furosemid 1-0-0
● Cefixime 2x100mg
● Inj. Novorapid 3x4iu
● CaCO3 3x1 tab
20
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
diabetisi yang diobati dengan insulin atau insulin secretagogue); dan 3) gejala
yang merupakan respons intake karbohidrat yang non adeuat. Tingkat keparahan
sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, diikuti oleh penderita diabetes tipe 2
dikelola oleh insulin, dan penderita diabetes tipe 2 dikelola oleh sulfonylureas
1. Hipoglikemia berat.
lain untuk secara aktif mengelola karbohidrat, glukagon, atau melakukan tindakan
21
22
sebagai bukti yang cukup bahwa kejadian tersebut diinduksi oleh konsentrasi
3. Hipoglikemia asimtomatik.
5. Pseudo-hipoglikemia.
B. Etiologi
insulin endogen berat dan diabetes tipe 2 lanjut. Insidennya meningkat dengan
durasi diabetes. Hal itu disebabkan oleh pengobatan dengan sulfonylurea, glinide,
atau insulin. Hipoglikemia terjadi sekitar dua sampai tiga kali lebih sering pada
hipoglikemia berat untuk pasien dengan diabetes tipe 1 berkisar dari 115 hingga
320 per 100 pasien-tahun. Hipoglikemia berat pada pasien diabetes tipe 2 telah
terbukti terjadi pada tingkat 35 hingga 70 per 100 pasien-tahun. Namun, karena
diabetes tipe 2 jauh lebih banyak dan lebih umum daripada diabetes tipe 1,
C. Faktor Resiko
Faktor risiko hipoglikemia dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor risiko
yang terkait dengan hiperinsulinemia terapeutik dan faktor yang terkait dengan
aktivitas fisik
hipotiroidisme.
D. Epidemiologi
penelitian, namun pada umumnya pasien dengan diabetes tipe 1 mengalami rata-
rata dua episode gejala hipoglikemia per minggu dan satu episode hipoglikemia
berat setahun sekali. Diperkirakan 2-4% kematian dari populasi ini telah terjadi
iatrogenik secara substansial lebih rendah pada diabetes tipe 2 dibandingkan pada
membutuhkan bantuan individu lain) selama terapi insulin agresif pada diabetes
tipe 1 berkisar dari 62 hingga 110 hingga 170 episode per 100 pasien-tahun.
Mereka yang menjalani terapi insulin agresif pada diabetes tipe 2 berkisar dari 3
10% dari pada diabetes tipe 1 bahkan selama terapi agresif dengan insulin. Tidak
diragukan lagi bahkan lebih rendah pada mereka yang diobati dengan agen
hipoglikemik oral. Namun, data kuantitatif (yaitu, angka kejadian) dari pasien
hipoglikemia yang ketat tidak tersedia. Studi degan lebih dari 6 tahun follow up
pasien dengan diabetes tipe 2 di Inggris (UKPDS), melaporkan 2,4% dari pasien
dan 11,2% dari pasien yang menggunakan insulin mengalami hipoglikemia mayor
perbandingan, 65% dari pasien diabetes tipe 1 yang dirawat secara intensif di
(yang membutuhkan bantuan individu lain) selama 6,5 tahun follow up (Cryer et
al., 2003).
D. Patofisiologi
Dalam kondisi normal, penurunan kadar glukosa plasma mengarah pada dua
glukoneogenesis, dan perubahan perilaku yang menyebabkan rasa lapar dan akses
glukosa darah adalah penurunan sekresi insulin yang terjadi sedini mungkin.
Kadar glukosa berada dalam kisaran fisiologis rendah. Pengurangan lebih lanjut
27
simpatoadrenal yang intens yang menghasilkan gejala yang relevan (Nakhleh &
Shehadeh, 2018).
kegagalan sel beta yang signifikan, yang menyebabkan sekresi glukosa hati
diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 yang sudah berlangsung lama. Selain itu,
peningkatan risiko hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1. Mekanisme ini tidak
nampak pada tahap awal diabetes tipe 2, tetapi bertambah seiring diabetes
berkembang dan sekresi insulin endogen menurun (Nakhleh & Shehadeh, 2018).
28
E. Klasifikasi
menunjukkan hipoglikemia yang serius dan penting secara klinis (Nakhleh &
Shehadeh, 2018).
29
2019).
F. Manifestasi Klinis
dengan memberi sinyal respons sistem saraf otonom yang dimediasi oleh sistem
saraf pusat dan dengan membatasi metabolisme saraf. Gejala neurogenik (atau
otonom) adalah hasil dari persepsi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh
aktivasi sistem saraf otonom yang dipicu oleh hipoglikemia. Meskipun ketiga
komponen eferen dari sistem saraf otonom adrenomeduler, saraf simpatis, dan
kolinergik dan oleh epinefrin yang dilepaskan dari medula adrenal. Beberapa
merupakan hasil dari persepsi gejala neurogenik dan pengakuan bahwa gejala
Mereka termasuk sensasi hangat, lemah, dan juga kelelahan kesulitan berpikir,
kebingungan, perilaku perubahan (sering bingung dengan mabuk oleh orang lain),
kesadaran, dan, jika hipoglikemia parah dan berkepanjangan, kerusakan otak dan
antara lain pucat dan diaphoresis, yang sering menonjol, dan peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah sistolik, yang seringkali lebih halus. Bukti
neuroglikopenia dapat menjadi manifestasi yang paling jelas, atau bahkan satu-
seringkali merupakan petunjuk yang dikenali oleh keluarga dan teman dari
individu yang terkena. Hipotermia sering muncul. Terjadi defisit neurologis fokal
G. Diagnosis
gejala dan tanda hipoglikemia. Selain itu perlu untuk menggali faktor risiko yang
atau glukosa darah yang rendah, jika memungkinkan, sangat membantu. Selain itu
normal.
Gejala hipoglikemia bersifat idiosinkratik dan tidak jarang hanya terjadi pada
individu tertentu. Jadi, banyak penderita diabetes mempelajari gejala unik mereka
santai. Selain itu, gejalanya relatif tidak sensitif. Orang dengan diabetes yang
plasma lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk menimbulkan gejala pada
individu non diabetes, sedangkan mereka yang terkontrol dengan ketat sering
mentolerir kadar glukosa rendah tanpa gejala. Dalam praktiknya, kadar glukosa
darah yang dimonitor sendiri yang harus menjadi perhatian perlu dibuat secara
individual untuk pasien tertentu pada titik waktu tertentu. Karena tingkat yang
33
H. Tatalaksana
secara efektif dengan mengonsumsi karbohidrat yang bekerja cepat yang setara
dengan sekitar 20 gram glukosa, yang merupakan dosis yang wajar dalam
sebagian besar kasus ini, dengan perbaikan klinis diharapkan dalam 20 menit.
Setelah glukosa darah di atas 70mg / dL (~ 4mmol / L) dan pasien telah pulih,
karbohidrat kerja cepat harus diikuti dengan pemberian karbohidrat kerja lama
karena, dalam kasus hiperinsulinemia terus menerus, efek glukosa oral bersifat
sementara dan berlangsung kurang dari dua jam (Nakhleh & Shehadeh, 2018).
Jika masih kurang dari 70mg / dL, ulangi langkah pertama (tidak
4. Jika glukosa darah kapiler tetap kurang dari 70mg / dL setelah 30-
Satu potong roti, 200- segelas susu 300ml (biasanya, setiap makan
N.B. pasien yang diberi glukagon membutuhkan porsi yang lebih besar dari
N.B. Jika hipoglikemia terjadi akibat sulfonylurea atau insulin kerja lama, risiko
hipoglikemia dapat bertahan 24-36 jam setelah dosis terakhir, terutama pada orang
Orang dewasa yang sadar tetapi bingung, tidak dapat bekerja sama tapi bisa
menelan
2. Ulangi kadar glukosa darah kapiler setelah 10-15 menit. Jika masih
kurang dari 70mg / dL, ulangi langkah pertama (tidak lebih dari
3. Jika glukosa darah kapiler tetap kurang dari 70mg / dL setelah 30-
segera matikan.
3. IM glukagon 1mg adalah pilihan lain, terutama jika tidak ada akses
4. Setelah glukosa darah lebih besar dari 70mg / dL dan pasien pulih,
memungkinkan.
I. Komplikasi
diabetes tipe 1 dikaitkan dengan hipoglikemia. Dalam sampel 1013 orang dewasa
dengan diabetes tipe 1 atau 2, laporan diri hipoglikemia berat dikaitkan dengan
kematian 3,4 kali lipat lebih tinggi setelah 5 tahun dibandingkan dengan mereka
yang melaporkan tidak ada kejadian atau kejadian ringan. Dalam sebuah
36
penelitian terhadap 11.140 orang dengan diabetes tipe 2, angka kematian di antara
9% untuk mereka yang tidak hipoglikemia berat, dan semua penyebab risiko
(> 860.000) orang dengan diabetes tipe 2, mereka dengan kejadian hipoglikemik
kemungkinan 79% lebih tinggi dari kejadian kardiovaskular akut, bahkan setelah
penyesuaian untuk variabel perancu yang penting (Morales & Schneider, 2014).
penyakit kardiovaskular, termasuk tingkat sirkulasi yang lebih tinggi dari penanda
inflamasi, molekul adhesi vaskular, dan penanda trombosis dan aktivasi trombosit.
listrik jantung, yang mungkin penting dalam menimbulkan aritmia parah dan
setelah injeksi dan ketika hipoglikemik pada glukosa darah (perpanjangan QTc 27
saja mungkin tidak bertanggung jawab atas perubahan yang diamati ini (Morales
muda dan orang dewasa yang lebih tua. Dibandingkan dengan populasi umum,
penderita diabetes tipe 2 dan hipoglikemia memiliki peningkatan risiko 1,5 hingga
otak orang yang lebih tua lebih rentan. Risiko demensia pada pasien yang lebih
tua telah terbukti sesuai dengan frekuensi hipoglikemia berat (Morales &
Schneider, 2014)..
J. Pencegahan
gejala sugestif
ii. Dorong SMGD antara pukul 2 pagi. dan 5 A.M. setidaknya tiga
kali seminggu
100–150 mg / dL
b. Pendidikan pasien
38
hipoglikemia
neuroglikopenik dini
c. Intervensi diet
ditoleransi
adalah, 140 mg / dL
e. Penyesuaian obat
sesuai
K. Prognosis
dan diobati lebih awal, prognosisnya sangat baik. Jika masalah tidak dapat
disembuhkan, seperti tumor ganas yang tidak dapat dioperasi, prognosis jangka
dan dapat dikaitkan dengan peningkatan mortalitas pada pasien diabetes (Zammitt
spontan membaik seiring waktu, dan prognosis jangka panjangnya sangat baik.
Hipoglikemia reaktif sering berhasil diobati dengan perubahan pola makan dan
pada pasien, tetapi gejala sisa jangka panjang tidak mungkin terjadi (Zammitt &
Frier, 2005).
40
41
BAB IV
PEMBAHASAN
dengan riwayat makan sedikit sejak 2 HSMRS dan penggunaan insulin, hal ini
sesuai dengan faktor risiko terjadinya hipoglikemia pada pasien DM. Pasien
Pemeriksaan fisik didapat pasien lemas dan sopor (E2V0M5), untuk tanda-
tanda vital pasien TD 235/110 mmHg 🡪 212/113 mmHg , suhu badan 35.9 oC,
nadi 98x/menit, respirasi 24x/menit , dan saturasi oksigen 81% roomair dan 99%
pemeriksaan head to toe didapatkan ronkhi basah basal dan edema pada kedua
extremitas inferior pasien, mendukung riwayat gagal ginjal kronis yang dialami
pasien.
Desember 2020 didapatkan peningkatan ureum dan creatinine yang dapat menjadi
pada pasien dapat memberikan diferensial diagnosis sindrom uremia. Dari hasil
pemeriksaan juga didapatkan gula darah sewaktu 25mg/dl, hal ini sesuai untuk
pasien, mulai dari penurunan dosis insulin kerja panjang, hingga penggantian
regimen menjadi insulin kerja cepat dengan dosis yang rendah hingga pasien
BAB V
KESIMPULAN
tanda neurogenik muncul pada awal episode hipoglikemia, antara lain, tremor,
penurunan kesadaran.
Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada klinis pasien yang
DAFTAR PUSTAKA
S006
https://doi.org/10.2337/diacare.26.6.1902
Rudijanto, A., Saraswati, M. R., Yunir, E., Kumala, P., Puteri, H. H. S., &
with Type 1 and Type 2 Diabetes. Acta Med Indones, 50(1), 12.
Seaquist, E. R., Anderson, J., Childs, B., Cryer, P., Dagogo-Jack, S., Fish, L.,
1384–1395. https://doi.org/10.2337/dc12-2480
Shafiee, G., Mohajeri-Tehrani, M., Pajouhi, M., & Larijani, B. (2012). The
Yale, J.-F., Paty, B., & Senior, P. A. (2018). Hypoglycemia. Canadian Journal of
https://doi.org/10.2337/diacare.28.12.2948