Cardiomyopati Peripartum
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Dewi Diana
20204010289
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CARDIOMYOPATI PERIPARTUM
Disusun oleh :
Dewi Diana
20204010289
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia ibu saat pertama kali mengandung,
masa kehamilan terutama di negara maju. Salah satu penyakit kardiovaskular yang
kardiovaskular yang berat baik terhadap ibu maupun janin yang dikandung.
penyebab utama yang masih belum diketahui pasti. (Sulistyanti & Suryono., 2020)
3
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Wirausaha
No. RM : 66 – 65 – xx
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
dengan dengan keluhan badan lemas (+) sejak jam 02.00. Keluhan disertai
4
rasa sesak nafas dan pusing berputar. Ibu baru saja melahirkan pada hari
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
5
7. Anamnesis Sistem
● Respirasi : Sesak
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
2. Vital Sign
TD : 139/95 mmHg
Suhu : 36,9 oC
Nadi : 91x/menit
Respirasi : 18x/menit
e. Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir lembab, nyeri telan (-), lidah
g. Thorax :
Jantung
Paru-paru
nafas (-)
(-/-)
7
h. Abdomen
- Palpasi : Supel (+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan
h. Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
Eosinofil 3 2–4 %
Basofil 1 0–1 %
8
Batang 0 2–5 %
Segmen 75 51 – 67 %
Limfosit 17 20 – 35 %
Monosit 4 4–8 %
FUNGSI GINJAL
DIABETES
ELEKTROLIT
Sero-Imunologi
Elektrokardiogram (15/12/2021)
Interpretasi :
- Irama sinus
- Probable LAE
- Abnormal EKG
10
E. DIAGNOSA KERJA
Cardiomyopati Peripartum
Hipoglikemia
F. DIAGNOSIS BANDING :
● Preeklampsia
● Myocarditis
● Hypertropic Cardiomyopathy
● Takotsubo Cardiomyopathy
● Pulmonary Embolism
G. PENATALAKSANAAN
● IGD
o GDS <50 = 3 fl
o GDS 50-70 = 2 fl
o GDS 70-80 = 1 fl
o O2 NK 3lpm
o PO Mertigo 3x1
H. FOLLOW UP
Tgl. Follow Up
S:
Pasien postpartum di bidan dengan perdarahan 550cc 5HRSMRS datang
ke IGD diantar keluarga dengan keluhan lemas(+) pusing berputar(+)
pasien hanya mau makan sedikit Mual (-) muntah (-) nyeri uluhati (+).
Demam (-) Pusing (-) BAB/BAK tidak ada keluhan. Riwayat jatuh (-)
Sesak napas (+)
O:
KU sedang,CM
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 36,9 oC
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 24x/menit
Saturasi Oksigen : 100% (O2 3lpm)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), distensi (-) timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Superior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
● Inferior. : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
A:
● Hipoglikemi
● Dispepsi
12
● Cardiomyopati Peripartum
P:
● Inf D10% 500 mL 10tpm
● NK 3lpm
● Inj Paracetamol 500mg/8jam
● Inj Furosemid 1A/24jam
● Inj Captopril 3x6,25
● PO Mertigo 3x1
● GDS/6jam ,
● Bolus D40% jika GDS :
<50= 3fl
50-70 = 2fl
70-80 = 1f
S:
keluhan lemas() pusing berputar(+) Sesak napas ()
pasien hanya mau makan sedikit ,Mual (-) muntah (-) nyeri uluhati (+).
Demam (-) Pusing (-) BAB/BAK tidak ada keluhan. Riwayat jatuh (-)
O:
KU sedang,CM
TD : 118/85 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 76x/menit
Respirasi : 24x/menit
Saturasi Oksigen : 99% (O2 3lpm)
Thoraks :
● Simetris (/++), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi basah basal -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), distensi (-) timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Superior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
13
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema palpebra
(-/-) mukosa mulut lembab (+) mata cowong (-/-)
Leher
Pembesaran Limfonodi (-)
Thoraks :
● Simetris (/++), retraksi (-)
● Suara Paru : Vasikuler +/+ Ronkhi basah basal -/- Wheezing -/-
● Suara Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung(-)
14
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), distensi (-) timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Superior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
● Inferior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
A:
● Hipoglikemi
● Dispepsi
● Cardiomyopati Peripartum
P:
● Inf D10% 500 mL 10tpm
● NK 3lpm
● Inj Paracetamol 500mg/8jam
● Inj Furosemid 1A/24jam
● Inj Captopril 3x6,25
● PO Mertigo 3x1
● GDS/6jam ,
● Bolus D40% jika GDS :
<50= 3fl
50-70 = 2fl
70-80 = 1f
S:
Keluhan - lemas() pusing berputar(-) Sesak napas (-)
nafsu makan membaik ,Mual (-) muntah (-) nyeri uluhati (-). Demam (-)
Pusing (-) BAB/BAK tidak ada keluhan. Riwayat jatuh (-)
O:
KU sedang,CM
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,1 oC
Nadi : 79x/menit
Respirasi : 24x/menit
Saturasi Oksigen : 98% (O2 3lpm)
18/12/21
GDS 05.00 75 (Bolus D40% 1fl)
Kepala
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), edema palpebra
(-/-) mukosa mulut lembab (+) mata cowong (-/-)
Leher
Pembesaran Limfonodi (-)
Thoraks :
15
Abdomen :
● Supel (+), Peristaltik (+), distensi (-) timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
● Superior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
● Inferior : Akral hangat (+/+), ADP kuat angkat,CRT <2 detik,
edem (-/-)
A:
● Hipoglikemi
● Dispepsi
● Cardiomyopati Peripartum
P:
BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
PPCM sebagai penyakit langka dan adanya DCM primer yang didapat berhubungan
dengan disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung. National Heart Lung and Blood
Institute and the Office of Rare Diseases menyatakan PPCM jika (1) gagal jantung
timbul pada bulan terakhir kehamilan atau pada 5 bulan pasca melahirkan, (2) tidak
ada penyebab pasti timbulnya gagal jantung (3) tidak ada penyakit jantung yang
sebelum kehamilan (4) disfungsi sistolik yang dapat dipastikan oleh ditemukan
kiri >2.7cm/m2 body surface area. Definisi terkini dibuat oleh Heart Failure
tahun 2010 yang menyatakan bahwa PPCM adalah suatu keadaan kardiomiopati
karena disfungsi sistolik ventrikel kiri, biasanya terjadi pada 1 bulan terakhir
kehamilan sampai 5 bulan masa postpartum; adalah diagnosis eksklusi, terjadi pada
wanita tanpa penyakit kardiovaskular lain, tidak harus disertai dengan dilatasi
17
ventrikel kiri, namun fraksi ejeksi biasanya selalu <45%. (Monique & Vallentino.,
2014)
B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari kardiomiopati peripartum belum jelas. Banyak
lain:genetik atau faktor lingkungan, miokarditis, baik oleh karena virus (parvovirus
besar wanita dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya mengembangkan
al.,2020)
18
C. Faktor Resiko
umur >30 tahun, obesitas, operasi sesar, kehamilan ganda, preeklamsi, hipertensi
(hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit rendah). Usia ibu yang lebih tua,
untuk meningkatkan risiko PPCM. Selain itu, wanita dengan keturunan Afrika
memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita Kaukasia dan Asia. (Koenig et al.,
2018)
D. Epidemiologi
negara. Lebih lanjut, kriteria diagnostik, kesalahan diagnosis, dan pelaporan yang
kurang karena kurangnya kesadaran telah tercermin dalam distribusi PPCM yang
berbeda. Insidennya berkisar antara 1:100 hingga 1:50.000 per kehamilan di seluruh
dunia. Data dari Asia dan Afrika melaporkan insiden yang relatif lebih tinggi mulai
dari 1:100 hingga 1:1000. Namun, Jepang dan Nigeria menunjukkan insiden PPCM
yang sangat rendah dan tinggi. Beberapa kohort populasi dari Amerika Serikat (AS)
mencatat insiden mulai dari 1:1000 hingga 1:4000 dan insiden yang lebih tinggi
19
rawat inap melaporkan kejadian PPCM 10,3 per 1000 kehamilan pada 34.219
wanita hamil pada usia 15-54 tahun. Dalam kohort besar dari 220 wanita dengan
PPCM, wanita Afrika-Amerika didiagnosis dengan PPCM pada usia yang lebih
muda (27,6 vs 31,7 tahun; p <0,001), didiagnosis dengan PPCM kemudian pada
periode postpartum, dan lebih mungkin untuk hadir dengan PPCM. fraksi ejeksi
setinggi 1 dari 100 persalinan di Nigeria dan 1 dari 300 persalinan di Haiti, hingga
berkisar antara 1 dalam 1.000 hingga 1 dalam 4.000 dan mungkin meningkat,
karena peningkatan usia ibu, peningkatan angka kehamilan multifetal karena teknik
Banyak kasus yang mungkin tidak dikenali; dengan demikian, kejadian sebenarnya
D. Patofisiologi
infeksi virus, dan kadar selenium yang rendah. Namun, tidak satu pun dari
muncul sebagai faktor pemicu dan pendorong potensial PPCM. Di antara faktor-
Stres Oksidatif
kDa. Belakangan ini ditemukan korelasi erat antara N-terminal brain natriuretic
peptide (NT- proBNP), suatu marker tingkat stres dinding ventrikel dan gagal
jantung, prolaktin, dan marker untuk stres oksidatif (LDL teroksidasi) dan inflamasi
(interferon-gama).
PPCM akut mempunyai kadar low density lipoprotein (LDL) serum tinggi (suatu
indikasi stres oksidatif tinggi) dan juga peningkatan kadar serum katepsin D yang
teraktivasi, prolaktin total dan fragmen prolaktin 16kDa yang bersifat angiostatik.
merusak struktur kapiler yang telah terbentuk. Bentuk prolaktin ini meningkatkan
Prolaktin 16kDa tidak berfungsi melalui reseptor prolaktin bentuk lengkap. Pro-
kadar- nya meningkat pada pasien PPCM. Marker ini juga dapat memprediksi
antioksidan yang rusak mungkin ber- tanggung jawab atas terjadinya PPCM. Hasil
penelitian ini ditunjang dengan data bahwa penekanan produksi prolaktin oleh
Miokarditis
viral genome pada biopsi miokardium. Virus tersebut antara lain, parvovirus B19,
itu berdasarkan hipotesis bahwa perubahan sistem imun saat hamil dapat
mengeksaserbasi infeksi de novo atau mereaktivasi virus laten pada wanita hamil,
sFas/Apo-1), C-reactive protein, interferon gama (IFN- (γ), dan IL-6, ditemukan
bahwa kegagalan perbaikan klinis behubungan dengan kadar IFN-(γ) yang tetap
Infeksi virus pada jantung merupakan salah satu etiologi yang mungkin
Autoimun
vitro, berbeda dibandingkan dengan serum wanita postpartum sehat. Serum wanita
yang tidak terdapat pada pasien kardiomiopati idiopatik. Warraich dkk. menyatakan
bahwa tidak seperti yang ditemukan pada DCM, yaitu up-regulation selektif G3
fetal (micro- chimerism) (yang dapat masuk ke dalam sirkulasi maternal), dan
beberapa protein (seperti aktin dan miosin) yang dilepaskan oleh uterus selama
proses melahirkan telah terdeteksi pada pasien PPCM. Autoantibodi ini bereaksi
abnormal.
Genetik
Tetapi beberapa kasus PPCM telah terbukti berhubungan dengan faktor genetik.
perempuan didiagnosis PPCM, ada pula yang me- laporkan hubungan antara first-
degree relative berjenis kelamin perempuan. Ada juga yang melaporkan bahwa
pada PPCM setelah kehamilan karena adanya stres hemodinamik. Selain itu,
causative mutation yang dapat dideteksi lebih awal dengan penapisan. Penelitian
signaling cascade juga dapat menjadi salah satu penyebab PPCM. (Setiatiningrum
E. Klasifikasi
primer yaitu kardiomiopati dengan etiologi yang tidak diketahui. Kelompok yang
24
berkaitan dengan suatu penyakit sistemik yang melibatkan jantung sebagai bagian
anatomi, presentasi klinis dan abnormalitas fisiologis ventrikel kiri, yaitu :1,2
restriktif, ditandai dengan pengerasan otot jantung abnormal (karena fibrosis atau
dilatasi yang menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri, terutama muncul
sebagai kardiomiopati pada wanita hamil yang terjadi pada trimester tiga kehamilan
sampai 5 bulan periode post partum, tidak ditemukan penyebab gagal jantung yang
25
lain, dan tidak ditemukan penyakit jantung sebelumnya pada trimester akhir
disfungsi sistolik ventrikel kiri, Ejection Fraction < 45%, LV end diastolik > 2,7
F. Manifestasi Klinis
ringan ventrikel dan peningkatan curah jantung. Karenanya, awal manifestasi klinis
PPCM mudah terselubung. Presentasi klinis PPCM kurang lebih sama dengan gagal
jantung sistolik sekunder terhadap kardiomiopati. Tanda dan gejala awal PPCM
sekunder ter- hadap kongesti hepar, pusing, nyeri sekitar jantung dan epigastrium,
palpitasi, pada stadium lanjut didapat hipotensi postural, peningkatan tekanan vena
dan S4. Pada mayoritas pasien, 78% gejala didapati pada 4 bulan setelah
Tanda dan gejala paling sering dijumpai pada saat pasien datang adalah dengan
NYHA functional class III atau IV. Kadang pasien datang dengan aritmi ventrikel
G. Diagnosis
banding, yaitu kelainan jantung yang sudah ada sebelumnya seperti kardiomiopati,
katup (terutama stenosis) atau jantung bawaan penyakit, emboli paru akut, dan
komplikasi yang lebih tinggi dan hasil yang lebih buruk. Tromboemboli adalah
hiperkoagulasi, dan status pasca operasi setelah operasi Caesar. Dalam sebuah
penelitian terhadap 182 wanita dengan PPCM, kejadian kardiovaskular utama yang
terutama didasarkan pada LMWH pada periode antepartum dan warfarin pada
periode postpartum, sementara data tentang antikoagulan oral baru masih kurang.
sebelumnya dapat menjadi gejala pada awal kehamilan. Namun, kondisi ini
mungkin semakin parah selama bulan terakhir dan periode awal pascapersalinan.
PPCM. Kardiomiopati yang sudah ada sebelumnya dan penyakit jantung struktural
umumnya terbuka selama trimester ke-2 kehamilan ketika curah jantung dan
preeklamsia dan eklampsia ditandai dengan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi
Bukti laboratorium dari nilai D-dimer yang tinggi memiliki keuntungan tambahan.
ventrikel kiri dan juga dapat muncul bersamaan dengan PPCM. Tidak seperti
rutin. Hipertrofi ventrikel kanan aritmogenik harus dicurigai pada wanita dengan
29
H. Tatalaksana
medikal pada kardiomiopati peripartum sama dengan terapi pada gagal jantung. Untuk
mencapai hasil yang optimal selama periode kehamilan dan persalinan, penatalaksaannya
harus melibatkan tim medis yang terdiri dari dokter ahli jantung, dokter ahli kandungan dan
dokter ahli anestesi. Dalam pemberian terapi, selain bisa mencapai hasil yang optimal pada
30
ibu juga harus dipertimbangkan efek obat terhadap janin dan bayi yang sedang
-Optimalisasi hemodinamik,
-Mengoptimalkan preload,
-Menurunkan afterload,
-Meningkatkan kontraktilitas,
dan hidralazin dapat digunakan pada wanita hamil. Hidralazin dapat menyebabkan
reseptor blocker) kontraindikasi pada kehamilan (oleh karena fetal renal agenesis)
tetapi masih dapat diberikan setelah melahirkan karena aman untuk bayi menyusui.
dan sodium (garam), loop diuretik (furosemid) aman digunakan selama kehamilan,
terutama jika terdapat tanda- tanda kelebihan cairan. Dengan dosis awal 20–40 mg
bolus intravena. Pada ibu hamil sebaiknya menggunakan dosis furosemid yang
uteroplacenta seperti pada IUGR dan preeklamsi. Efek samping furosemide pada
dan hiponatremi pada bayi baru lahir. Hal ini kadang-kadang menjadi perdebatan
31
dokter ahli jantung dan dokter ahli anestesi. Positif inotropik: digoxin, jika
biasanya diberikan setelah pasien stabil dari episode akut (biasanya setelah 4 hari),
Antikoagulan harus diberikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi sangat
rendah karena sering terjadi trombus intramural ventrikel kiri dan embolisme perifer
terutama emboli otak pada kardiomiopati dilatasi. Selain itu, pasien gagal jantung
sering dipakai adalah LMWH (low molecular weight heparin) merupakan pilihan
selama hamil atau warfarin (pilihan setelah melahirkan, oleh karena dapat
diberikan secara injeksi subkutan dengan dosis 1 mg/kgBB setiap 12 jam dengan
evaluasi kadar faktor anti-Xa, sedangkan warfarin diberikan secara oral dengan
Morpin: memberikan efek dilatasi vena, dilatasi ringan arteri dan menurunkan
32
denyut jantung. Transplanstasi jantung: apabila terapi medikal gagal. (Sulistyanti &
Suryono .,2020)
I. Prognosis
berkisar antara 0% dan 19%, dengan hanya 4% kematian dalam studi IPAC. Wanita
kulit hitam telah meningkatkan tingkat kematian dan efek samping utama lainnya.
Pada tahun 2013, PPCM menyumbang 5% dari semua transplantasi jantung yang
Hingga 72% wanita dengan PPCM telah dilaporkan mengalami peningkatan LVEF
hingga lebih dari atau sama dengan 50% dengan terapi medis. Dalam studi IPAC,
86% wanita dengan LVEF awal lebih besar atau sama dengan 30% memiliki
pemulihan LVEF lebih besar atau sama dengan 50%, dibandingkan dengan hanya
33
37% wanita dengan LVEF awal kurang dari 30%. Fungsi RV, yang diukur dengan
dalam studi IPAC. Hipertensi gestasional dan preeklamsia telah dikaitkan dengan
LVEF kurang dari 30%, diameter akhir diastolik LV lebih besar dari atau sama
dengan 6,0 cm, ras kulit hitam, dan presentasi klinis sebelum melahirkan. Sebagian
perbaikan lanjutan terlihat sampai 1 tahun atau bahkan lebih lama setelah diagnosis.
(Lindley et al.,2019)
34
BAB IV
PEMBAHASAN
mengeluhkan lemas, keringat dingin, pusing berputar dan sesak sejak 2 HSMRS,
hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dan factor resiko pada pasien cardiomyopati
melahirkan.
untuk tanda-tanda vital pasien TD 139/95 mmHg, suhu badan 36.9 oC, nadi
91x/menit, respirasi 18x/menit , dan saturasi oksigen 97% roomair dan 100%
Desember 2021 didapatkan gula darah 75mg/dl hal ini sesuai untuk menegakan
Diberikan bolus glukosa intravena dengan dosis yang ditentukan hingga pasien
BAB V
KESIMPULAN
pertama kali pada trimester III kehamilan atau 5 bulan setelah melahirkan. Criteria
dengan pemeriksaan glukosa plasma dengan kadar <70mg/dl. Tanda dan gejala
neurogenik muncul pada awal episode hipoglikemia, antara lain, tremor, palpitasi,
kelaparan dan kesemutan. tanda neuroglikopenik muncul pada fase lanjut, yaitu,
kesadaran.
sehingga dilakukan penyesuaian dosis dan regimen pada terapi insulin yang
diberikan.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/clc.23171
Johann Bauersachs., Tobias Konig., Peter Meer., Mark C Petrie., Denise Hilfiker-
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ejhf.1493
37
https://www.jurnalanestesiobstetri-
indonesia.id/ojs/index.php/Obstetri/article/view/v2i2.16
10.1161/CIRCULATIONAHA.115.020491.
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIRCULATIONAHA.115.0204
91
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0735109719384578
http://link.springer.com/10.1007/s00059-018-4709-z
Nivedita Jha., & Ajar Kumar Jha. (2021). Peripartum cardiomyopathy, 26(4), 781-
797,10.1007/s10741-020-10060-y.
https://link.springer.com/10.1007/s10741-020-10060-y
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1551713618300692