14 Modul - Akt. Perpajakan
14 Modul - Akt. Perpajakan
MODUL PERKULIAHAN
W552100001 –
Akuntansi
Perpajakan
Pajak Tangguhan
Abstrak Sub-CPMK
Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dari sistem
akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntasi
komersial dan pajak sama, yang membedakan adalah waktu alokasi biaya. Contoh dari
beda waktu adalah:
1. Dana cadangan.
2. Selisih penyusutan/amortisasi komersial.
3. Accrual revenue
Selain beda tetap (permanent different), ada satu koreksi fiskal yang disebut dengan
beda waktu (time different). Beda waktu adalah perbedaan pengakuan baik penghasilan
maupun biaya antara akuntansi komersial dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang sifatnya sementara.
Artinya, koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak
tahun-tahun pajak berikutnya. Dalam hal ini, apabila suatu penghasilan atau biaya pada
periode tahun/periode saat ini tidak dapat diakui di dalam laporan laba/rugi, kemungkinan
akan dapat diakui pada periode tahun/periode yang akan datang.
Ada beberapa sebab atau kondisi terjadinya beda waktu. Beda waktu ini sebagian
besar disebabkan karena metode/asumsi yang digunakan di dalam akuntansi komersial.
Metode/asumsi ini akan berdampak pada penilaian akun-akun di dalam laporan
keuangan. Pada umumnya terjadi pada akun-akun persediaan, piutang dagang, aset
tetap, investasi, dan lain-lain.
Koreksi beda waktu juga dapat terjadi karena perbedaan metode penyusutan, di
mana menurut UU PPh, metode penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis
lurus (straight line method) dan saldo menurun (double declined method). Selain itu beda
waktu bisa terjadi karena adanya perbedaan pengukuran manfaat aset tetap berdasarkan
standar akuntansi atau ketentuan pajak, dimana dalam standar akuntansi aset disusutkan
sesuai masa manfaatnya sedangkan berdasarkan pasal 11 Undang-Undang pajak
penghasilan bahwa aset disusutkan sesuai ketentuan tersebut. Selain itu, perbedaan
beban penyusutan antara akuntansi dan pajak bisa disebabkan dari mulai beban
penyusutan diukur. Perbedaan waktu dari masa manfaat aset antara laporan komersial
Di dalam PSAK No 46 ini mengatur mengenai dasar pengenaan pajak dari asset
maupun liabilitas itu sendiri. DPP aset pajak tangguhan adalah jumlah yang dapat
dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena
pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut.
Apabila manfaat ekonomi (penghasilan) tersebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP
aset adalah sama dengan nilai tercatat aset.
Artinya penilaian DPP ini didasarkan atas pengakuan dari penghasilan atau biaya
itu sendiri. Ketika biaya/penghasilan diakui atas dasar kas maka besarnya DPP aset
adalah nol karena sudah diakui pada saat itu. Namun ketika atas dasar accrual maka
besarnya DPP adalah sebesar nilai yang tercatat dari biaya/penghasilan.
DPP asset adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap
setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada
saat memulihkan nilai tercatat aset tersebut. Apabila manfaat ekonomi (penghasilan)
tersebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aset adalah sama dengan nilai tercatat
aset.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa aset pajak tangguhan timbul karena beda
temporer yang dapat dikurangi artinya kemungkinan dapat mengurangi besarnya pajak di
masa yang akan datang.
Sedangkan kewajiban pajak tangguhan timbul karena beda temporer kena pajak
artinya kemungkinan dapat menambah besarnya pajak di masa yang akan datang.
Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan pada contoh di bawah ini:
1. Perusahaan membeli peralatan pada Januari 2010 senilai Rp. 100.000.000,-
Menurut komersial peralatan tersebut memiliki masa manfaat 5 tahun, sementara
Pajak tangguhan yang dimaksud dari ilustrasi berikut adalah dengan adanya
perbedaan masa manfaat menurut pajak dan komersial yang juga mengikuti
besarnya beban yang diakui, maka mengkibatkan pajak yang harus dibayarnya
menjadi lebih besar di tahun ke 1 s.d tahun ke-5. Sebenarnya pajak yang dibayar
atas peralatan di atas, menurut komersial ataupun menurut pajak sama saja, hanya
dengan adanya aturan pajak maka dikoreksi sampai waktu yang ditentukan.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat
dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aset pajak
tangguhan tidak diakui. Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aset pajak
tangguhan. Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aset pajak
tangguhan yang tidak diakui.
Perusahaan mengakui aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila
besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk
pemulihannya.
Berdasarkan Undang undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang undang No. 36 Tahun 2008 (UU PPh)
Pasal 6 ayat (2) diatur bahwa apabila penghasilan bruto setelah pengurangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, maka kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
Contoh:
PT A selama 3 tahun berturut-turut diperoleh gambaran sebagai berikut:
Jika diasumsikan tarif pajak untuk ketiga tahun adalah 28% maka besarnya pajak
tagguhan pertahun adalah:
Pajak Tangguhan Th 2008 = 20,000 X 28% = 5,600. Jika tahun sebelumnya
dianggap tidak ada kerugian maka jurnal untuk mencatatnya adalah:
Dr - Aset Pajak Tangguhan 5,600
Cr – Manfaat Pajak Tangguhan 5,600
Pajak Tangguhan Th 2010 = 10,000 X 28% = 2,800. Karena tahun sebelumnya telah
dicatat aset pajak tangguhan sebesar 5,600, sedangkan tahun ini aset pajak
tangguhan tahun ini sebesar 2,800 maka tahun ini dicatat kewajiban pajak tangguhan
sebesar 4,200 (5,600 – 2,800), maka jurnal untuk mencatatnya adalah:
Dr – Beban Pajak Tangguhan 4,200
Cr - Kewajiban Pajak Tangguhan 4,200
Pada tahun 2011 nanti ketika saldo aset pajak tangguhan sebesar 2,800 akan
dikompensasikan dengan laba tahun 2011 maka jurnalnya adalah:
Dr – Beban Pajak Tangguhan 2,800
Cr - Kewajiban Pajak Tangguhan 2,800
Dari pengakuan pajak tangguhan atas kompensasi rugi fiskal pada tahun 2008-
2011, maka saldo neraca akan menjadi sebagai berikut:
Tahun 2008 Aset Pajak Tangguhan 5,600
Tahun 2009 Aset Pajak Tangguhan 1,400
Tahun 2010 Kewajiban Pajak Tangguhan -4,200
Tahun 2011 Kewajiban Pajak Tangguhan -2,800
Saldo 0