Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR DI ERA NEW


NORMAL

Disusun Oleh
Nama Mahasiswa : T. Syafrida Maidina
NIM : 017.31.614
Dosen Pengampu : DR.FATMAH PUTRI PURBA,M.Pd.I

PRODI S – 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AR-RAUDAH
DELI SERDANG
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan syukur
bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang ”Keterampilan Guru Dalam Mengajar”
yang kami buat berdasarkan  refrensi yang kami ambil dari berbagai sumber internet. Makalah
ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami
berharap bisa dimafaatkan semaksimal dan sebaik mugkin.
Tidak gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Stabat,September 2021

Penulis
T. Syafrida Maidina

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................ 3
A. Pengertian Keterampilan ........................................................................................ 3
B. Keterampilan Dasar Guru Dalam Mengajar........................................................... 3
C. Implementasi Guru Dalam Mengajar Di Era New Normal.................................... 8

BAB III
PENUTUP..................................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................................. 10
B. Saran....................................................................................................................... 10

DAFTAR ISI................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan suatu tenaga professional yang berada dalam lingkungan kependidikan.
Hal ini menuntut guru untuk memiliki suatu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru.
Disamping itu guru juga harus menguasai suatu keterampilan dasar dalam mengajar, karena
seorang guru yang  professional setidaknya harus memiliki dua modal dasar dalam mengelola
kegiatan interaksi belajar mengajar, yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal dasar inilah yang dikenal
dengan “Keterampilan Dasar Mengajar”.
Meskipun pada saat ini sebagian guru masih menggunakan cara-cara yang konvesional
dalam pembelajaran. Hal ini dianggap masih mudah dilaksanakan dan peserta didik pun lebih
paham dengan cara-cara konvesional guru dalam menyampaikan materi ajar. Namun dalam
pembelajaran pun seorang guru harus mampu membangkitkan partisipasi peserta didik dalam
belajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara baik dan menyenangkan. Seorang guru yang
profesional harus mampu membawa peserta didiknya dengan berbagai keterampilan yang
dimilikinya. Agar peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.Seorang guru yang
profesional juga harus menguasai keterampilan dasar dalam mengajar. Keterampilan ini
merupakan abilitas yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud untuk membahas lebih dalam
tentang keterampilan dasar guru dalam proses pembelajaran.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dibawah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan
2. Bagaimana keterampilan kontruktif dalam pembelajaran?
3. Bagaimana Keterampilan guru menyatakan masalah/keprihatinan?
4. Bagaimana   Keterampilan guru menggunakan bahasa tubuh dalam mengajar?
5. Bagaimana Keterampilan guru merespon secara empati?

1
6. Bagaimana    Keterampilan guru mendengar?
7. Bagaimana Keterampilan Guru Memproses?
8. Bagaimana  Keterampilan Guru Dalam Pemecahan Masalah?
9. Bagaimana Implementasi Keterampilan Guru Dalam Mengajar Diera New Normal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keterampilan
2. Untuk memahami keterampilan kontruktif dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui keterampilan guru menyatakan masalah/keprihatinan
4. Untuk mengetahui keterampilan guru menggunakan bahasa tubuh dalam mengajar
5. Untuk mengetahui keterampilan guru merespon secara empati
6. Untuk mengetahui keterampilan guru mendengar
7. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam pemecahan masalah
8. Untuk mengetahui implementasi keterampilan guru dalam mengajar diera new normal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KETERAMPILAN
Keterampilan secara umum merupakan kemampuan dan kapasitas yang diperoleh melalui
usaha yang disengaja, sistematis, dan berkelanjutan untuk secara lancar dan adaptif
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks atau fungsi pekerjaan yang melibatkan ide-ide
(keterampilan kognitif), hal-hal (keterampilan teknikal) dan hubungan dengan orang lain
(keterampilan interpersonal).
Menurut Nana Sudjana (1987), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang
memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan ini dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.
Sedangkan  Menurut Rusyadi yang dikutip oleh Yanto (2005), keterampilan adalah kemampuan
seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan
kemengertian yang semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting untuk menunjang
keberhasilannya didalam penyelesaian tugas.

B. KETERAMPILAN DASAR GURU DALAM MENGAJAR


1.       Keterampilan kontruktif
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan
dari dalam diri siswanya. Perubahan tersebut bisa dicapai jika guru mampu menempatkan dirinya
sebagai sumber kreativitas dan inspirasi bagi siswa. Sebagai sumber getaran energi bagi siswa,
mata batin guru yang terlatih dengan baik, dipastikan akan mampu menyentuh dan menggetarkan
jiwa siswanya. Terlebih, jika itu dilakukan dalam suasana kelas yang kondusif, maka siswa akan
lebih mudah menyerap materi yang diberikan.
Dengan kata lain, ketika seorang guru berbicara sesuatu, maka seluruh siswa akan
menyimaknya, bahkan menunggu setiap kata yang diucapkan sang guru untuk dijadikan
pedoman dalam pembelajaran maupun dalam perilaku keseharian.

3
Jika ingin menjadi guru yang konstruktif yang mudah memotivasi belajar para siswa,
maka guru tersebut harus lebih dahulu bisa memotivasi dirinya sendiri. Dia harus mampu
memahami dan mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, jika dia sibuk dengan begitu banyak
kesalahpahaman dalam dirinya, keluarganya, dan dalam memilih profesinya, maka kemungkinan
besar dia akan sukar mengubah hati dan pikiran siswanya. Selain itu, guru yang konstruktif juga
harus dapat memahami kebutuhan dan masalah-masalah siswa seperti halnya tugas guru BK
(Bimbingan dan Konseling). Dengan memahami kondisi psikologi siswa, seorang guru
konstruktif mudah mengubah kesadaran siswanya.
Setiap siswa dipastikan berbeda dan unik. Bersama siswa, guru bisa belajar melakukan
spesialisasi dan mengidentifikasi hobi, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Siswa
yang melakukan kenakalan di dalam m, kemungkinan memiliki kepribadian multidimensi
sehingga mereka menjadi nakal. Mereka membutuhkan lebih banyak tugas dan pekerjaan yang
harus diselesaikan. Tugas-tugas sekolah yang lebih banyak ini merupakan ladang bagi siswa
yang memiliki kepribadian multidimensi tersebut untuk menunjukkan kepribadian dan
eksistensinya dengan cara yang berbeda.
Guru bisa memilih siswa yang paling nakal di kelas, memberikan tanggung jawab dan
pekerjaan-pekerjaan non akademik yang harus diselesaikan kepada mereka. Guru akan melihat
seberapa cepat mereka menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam waktu sepersekian menit,
guru bisa melihat bagaimana hasil pekerjaan mereka.siswa yang nakal juga bagian dari masa
depan sumber daya manusia. Para guru dan orang tua harus lebih memahami kebenaran ini
sebagai fakta untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan dalam diri mereka
sehingga setiap anak akan menjadi istimewa.
Siswa terlahir dengan potensi yang tak terbatas. Tugas guru adalah membantu
mengembangkan potensi mereka dan membuat mereka layak di setiap bidang yang diminatinya.
Setiap siswa mempunyai potensi yang luar biasa besar di dalam dirinya. Pekerjaan guru adalah
terus menginspirasi siswa tersebut agar kreativitas mereka selalu berkembang. Selain itu untuk
bisa menjadi guru yang konstruktif, dibutuhkan juga pemahaman spiritualitas yang cukup. Guru
yang memilki  pemahaman spiritualitas yang baik, bukan hanya taat menjalankan ajaran agama
tertentu, tetapi lebih dari itu. Mereka memahami bahwa tujuan beragama adalah menemukan
siapa dirinya dan peran yang harus dimainkannya di alam semesta ini. Dengan kata lain, seorang

4
guru yang memiliki spiritualitas baik, ibarat api yang mampu menjadi sumber cahaya dan
mampu membakar semangat para siswanya.
Di titik inilah, guru tersebut dapat menjadi seorang provokator yang baik bagi siswanya.
Dia bisa membangkitkan dan mendorong siswanya untuk selalu berpikir positif. Oleh karena itu,
seorang guru harus senantiasa menyucikan dirinya dari pikiran dan perbuatan meyimpang yang
bertentangan dengan norma serta nilai-nilai agama yang dianutnya. Akhirnya, energi murni yang
positif selalu terpancar dari dirinya kepada siswanya.
Jika seorang guru kerap berpikiran negatif, maka pikiran tersebut mudah sekali
beresonansi dan mempengaruhi siswanya dalam menyerap pelajaran dan mempengaruhi kondisi
belajar di dalam kelas. Interaksi pertama yang dirasakan oleh siswa adalah energi potensial guru
ketika masuk dalam ruang kelas. Bahkan sebelum  guru itu memasuki ruang kelas, isi pikiran
guru sudah berada di ruang kelas. Itu karena pikian manusia adalah getaran energi yang mampu
beresonansi dengan pikiran-pikiran lainnya.

2.       Keterampilan guru menyatakan masalah/keprihatinan


Dengan berfokus pada perilaku siswa dan efeknya, seorang guru dapat mengurangi
potensi timbulnya sikap menentang dari siswa dan tetap membuka kesempatan bagi sebuah
penyelesaian yang memuaskan bagi situasi tersebut. Melakukan pembicaraan scara empat mata
ketika dimungkinkan mengurangi potensi rasa malu bagi siswa tersebut didepan rekan-rekannya
dan mengurangi kemungkinan konfrontasi atau penentangan terhadap kewenangan guru. Akan
tetapi terkadang seorang guru akan dipaksa untuk segera bertindak.

Perhatikan bahwa penjelasan masalah tidak melabeli para siswa atau perilaku mereka;
yaitu, para siswa tidak dituduh bersikap buruk, kasar, dan memnggangu atau berprilaku dalam

5
cara yang ceroboh dan bodoh. Pelebelan ini, apakah seorang siswa atau perilaku siswa tersebut,
menghambat perubahan perilaku dengan menyiratkan bahwa perilaku seorang siswa itu
merupakan karakter yang permanen yang siswa tersebut mungkin menganggapnya benar
demikian adanya. Menyatakan masalah memiliki dua langkah :
 mengidentifikasi masalah yang terjadi,
 menjelaskan efek yang di timbulkannya.

3.       Keterampilan guru menggunakan bahasa tubuh


Seorang guru di tuntut untuk teramoil menggunakan bahasa tubuhnya sebagai salah satu
penegasan kepada siswa melalui penegasan visual yang sesuai di tiga wilayah. Yang pertama
ialah melakukan kontak mata ketika memanggil siswa, terutama ketika menjelaskan masalah dan
ketika mengharuskan perubahan perilaku siswa.
Seorang guru harus memperhatikan bahwa terdapat perbedaan antara kontak mata yang
mengomunikasikan keseriusan dan mencari penyelesaian dengan delikan mata yang marah dan
bermusuhan. Melakukan kontak mata dari waktu ke waktu mengurangi ketegangan. Wilayah
yang kedua ialah menjaga postur dan orientasi tubuh yang siap siaga ke arah siswa tersebut.
Menjaga postur sikap yang tegak dan menghadap ke siswa mengomunikasikan perhatian dan
keterlibatan seorang guru dalam percakapan.
Namun guru juga harus memperhatikan menjaga postur dan orientasi tubuh yang siap
siaga ke arah siswa tersebut bukan berarti membuat siswa merasa terancam. Wilayah ketiga
ialah  menyesuaikan ekspresi wajah seorang guru. Seorang guru harus menyesuaikan ekspresi
wajahnya sesuai dengan konten dan nada yang sedang dimainkan. Misalnya ekspresi wajah
seorang guru harusnya tersenyum saat memberikan apresiasi kepada siswa.

4.       Keterampilan guru merespon secara empati


Keterampilan penting ialah merespon secara empati kepada para siswa. Keterampilan ini
menunjukkan bahwaseorang guru memahami dan menerima persfektif siswa, serta berusaha
mengupayakan klarifikasi dari masalah ini jika diperlukan. Respon yang empati membantu
menjaga jalur komunikasi tetap terbuka antara guru dengan para siswa sehingga masalah dapat
dipahami dan di selesaikan dalam cara yang sama-sama dapat diterima.

6
Keterampilan ini sangat pas ketika seorang siswa terlihat sangat gellisah, sedang steres,
atau malah kecewa. Menangani berbagai emosi ini secara konstruktif atau setikdaknya
menghindari ketidaknyamanan atau kesedihan yang berlanjut. Respon yang empati juga
digunakan sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah ketika berurusan dengan siswa yang
harus mengubah perilaku mereka. Dalam situasi ini para siswa tetap membandel dan
mengekpresikan perasaan negatif; respon empati guru dapat membantu meredakan reaksi ini dan
meningkatkan penerimaan sebuah rencana perubahan.
Respon empati melengkapi kontruktif seorang guru. Penggunaan keterampilan untuk
merespon yang empati tidak menyiratkan bahwa siswa yang berprilaku buruk “melakukan yang
mereka mau” tanpa menghormati orang lain; tetapi, tujuannya adalah memahami dan
mempertimbangkan sudut pandang siswa dalam usaha mencapai penyelesaian yang memuaskan.
Respon yang empati  memiliki beberapa keunggulan.
Pendekatan tersebut memberikan cara kepada guru untuk menangani emosi yang kuat
dari siswa tanpa mengemban tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada saat
yang bersamaan, strategi tersebut membantu mengurangi situasi yang bermuatan emosi. Perasaan
yang kuat sering kali bersifat sementara dan bertahan hanya ketika ditanggapi dengan respon
yang kuat pula.  Dengan tidak membalas dengan intensitas emosional yang sama pula, guru
menghindari pembesaran kobaran api. Selain itu, guru yang tenang dan empati menjadi model
yang bagus bagi penyelesaian masalah.

5.       Keterampilan guru mendengar


Keterampilan mendengar mengerti atau menerima perasaan atau gagasan siswa. Paling
tidak , pendengar cukup memperlihatkan perhatian. Terkadan raut muka yang tertarik
mendorong siswa untuk terus bicara. Contoh lain dari perilaku mendengar non-verbal adalah
mengangguk, melakukan kontak mata dengan pembicara, dan bahasa tubh lainnya yang
mengomunikasikan keterbukaan pada diskusi. Dorongan verbal ditandai dengan ucapan seperti “
Um Hm”, saya mengerti “, “teruskan”, “itu menarik”, dan sejenisnya.
Lain waktu, sedikit dorongan duperlukan. Seorang anak yang mengekpresikan perasaan
ditolak atau keputusan dan m embutuhkan penguatan mungkin membutuhkan pelukan atau
tempat bersandar di bahu. Melampaui respon seperti itu, guru bisa mengajak diskusi dengan

7
pernyataan seperti, “ceritakan lagi”, “saya tertarik mendengar gagasanmu mengenai hal ini”,
“kamu telah mendengar pendapat saya. Sekarang saya ingin mendengar pendapatmu”.

6.       Keterampilan Guru Memproses


Keterampilan proses memungkinkan seorang guru untuk menegaskan atau
mengklrafikasi presepsi guru mengenai pesan yang disampaikan siswa.  Untuk memproses
komentar seorang siswa, guru dapat mengulang atau merangkum apa yang siswa tersebut
katakan. Jika siswa tersebut memberi pesan yang beraneka macam atau berbagai macam
pernyataan yang membingungkan, pilihlah man yang palin penting dan tafsirkan.
Penafsiran ini dapat sekedar diucapkan kembali, atau guru merenungi atau
mengembalikan kembali penafsiran ini sebagai prtanyaan. Manapun yang guru pilih, siswa
biasanya mengakui ketepatan presepsi guru.

7.       Keterampilan Guru Dalam Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah merupakan proses yang digunakan untuk menangani dan
penyelesaian konflik. Konflik timbul antara guru dan siswa karena peran yang berbeda
menimbulkan kebutuhan yang berbeda dan karena individu memiliki tujuan dan minat yang
berbeda. Dalam situasi kelas yang ramai, persinggungan akan terjadi  dan para individu bisa akan
mendapati diri mereka aneh satu dengan yang lain. Tahap dalam proses pemecahan masalah
meliputi :
a. mengidentifikasi masalah
b. membahas solusi alternative
c. mendapatkan komitmen untuk mencoba salah satu solusi.

C. IMPLEMENTASI GURU DALAM MENGAJAR DI ERA NEW


NORMAL
Pada era new normal dalam dunia pendidikan yang akan mulai terealisasi sepenuhnya
pada tahun ajaran baru, perlu adanya persiapan dari semua stakeholder dunia pendidikan. Selain

8
itu, perlu adanya sosialisasi dan diskusi oleh sekolah, guru dan orang tua yang akan memonitori
pembelajaran siswa dirumah.
Agar terjadi Pembelajaran yang ideal di era new normal ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan dan dilakukan terutama oleh para pendidik, yaitu:
a. Menggunakan platform pembelajaran daring (dalam jaringan) yang tepat atau sesuai
dengan siswa. Atau pembelajaran juga bisa secara luring (luar jaringan) dengan
mengunggah terlebih dahulu materi pembelajaran di internet atau di media sosial guru
(bisa berupa referensi bacaan atau video pebelajaran).
b. Memberikan tugas atau evaluasi yang tidak memberatkan siswa tetapi tetap sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
c. Menentukan kembali capaian pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tidak perlu dirubah secara total, namun cukup dengan menentukan kembali capaian
pembelajaran mana yang dapat disampaikan secara e-learning dan mana yang tidak.
d. Menentukan metode dan platform asesmen yang sesuai bagi setiap capaian pembelajaran.
e. Untuk pembelajaran daring, perhatikan waktu yang sesuai dengan tingkat kemapuan
afektif dan kemampuan metakognitif siswa. Begitu juga dalam pemberian tugas. Tugas
yang menyita waktu dapat membuat beban belajar siswa menjadi jauh lebih tinggi.
f. Selalu memberi motivasi kepada siswa agar tetap semangat dalam belajar walaupun
melalui pembelajaran jarak jauh. Sesekali berikan siswa reward bisa berupa poin nilai
tambahan.
g. Selalu berkomunikasi dengan orang tua murid untuk mengetahui kendala yang dihadapi
siswa selama melakukan pembelajaran dirumah.
h. Karena pembelajaran online berorientasi pada siswa dan siswa dituntut untuk lebih
kreatif, buatlah tugas yang bersifat open minded atau tugas yang mengutamakan untuk
mendorong siswa lebih banyak mengalami (berbuat atau mengamati), melakukan
interaksi, komunikasi, dan ada umpan balik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga
siswa dapat belajar secara bermakna.
Selain guru, sekolah harus mempersiapkan infrastruktur yang sesuai untuk
pembelajaran online, bisa menyiapkan aplikasi pembelajaran sendiri atau menetapkan
aplikasi yang sudah ada untuk dipakai guna menghindari siswa mendownload terlalu
banyak aplikasi atau platform. Sekolah menerapkan blended learning guna mewujudkan

9
Education 4.0 yang akan menjadi New Normal di era digital pasca pandemi Covid-19
nantinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan
implementasi strategi pemebelajaran.Dengan kemajuan tersebut para guru dituntut untuk
meningkatkan kemampuan dasar mereka dalam mengajar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemebelajaran. Dengan kemampuan mengajar guru akan dengan mudah mengefektifkan proses
pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.
Kemampuan dasar mengajar guru meliputi: Keterampilan kontruktif, Keterampilan guru
menyatakan masalah/keprihatinan, Keterampilan guru menggunakan bahasa tubuh, Keterampilan
guru merespon secara empati, Keterampilan guru mendengar, Keterampilan Guru Memproses,
dan Keterampilan Guru Dalam Pemecahan Masalah.

B. Saran
Seorang guru hendaknya memperhatikan dan mengembangkan keterampilannya dalam
mengajar guna menciptakan iklim pembelajaran yang baik dan menciptakan pembeajaran yang
efektif serta produktif. Seorang guru bisa mengembangkan kemampuan mengajarnya bisa melalu
berbagai cara diantaranya: belajar otodidak, belajar melalui pelatihan yang disediakan
pemerintah, maupun belajar darberbagai sember lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. E. (2011).  Menjadi Guru Profesional. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.


Everston, C dan Emmer, E. (2011).  Menejemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana
Karwati, E dan Priansa, D. (2014).  Manejemen Kelas. Bandung: Alfabeta

11

Anda mungkin juga menyukai