Anda di halaman 1dari 9

 

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN BEDREST TOTAL
DENGAN ALIH BARING

Disusun oleh :
Arina Ma’rufa  (P1337420618098)
 Novema Ashar Nurahman (P1337420618109)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
 

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)


PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN BEDREST TOTAL DENGAN ALIH
BARING

Topik : Pencegahan Komplikasi Pasien Bedrest Total dengan Alih Baring


Waktu : 7 April 2019
Tempat : Rumah Pasien dengan Bedrest Total
Sasaran : Pasien dan keluarga dengan Bedrest Total

A.  Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengetahui dan
memahami tentang alih baring. 

B.  Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga mampu :
1.  Dapat menjelaskan pengertian alih baring
2.  Dapat menyebutkan tujuan alih baring
3.  Dapat menyebutkan manfaat alih baring
4.  Dapat menyebutkan indikasi alih baring
5.  Dapat menyebutkan kontra indikasi alih baring
6.  Dapat menyebutkan penerapan posisi alih baring

C.  Materi
Terlampir

D.  Metode
1.  Ceramah
2.  Diskusi
3.  Tanya jawab

E.  Media
Powerpoint dan Laptop 
 

 
F.  Aktivitas kegiatan
KEGIATAN
NO TAHAP KEGIATAN PEMATERI WAKTU
AUDIENCE
1 Pembukaan 1.  Memberi salam Menjawab salam 2 menit

2.  Memperkenalkan diri


3.  Menjelaskan tujuan
2 Inti Menjelaskan mengenai materi 1.  Mendengarkan 10 menit
 penyuluhan yang terdiri dari : dan
a.  Pengertian alih baring memperhatikan
 b.  Tujuan alih baring
c.  Manfaat alih baring
d.  Indikasi alih baring
e.  Kontra indikasi alih

 baring
f.  Penerapan posisi alih
 baring
g.  Memberikan 2.  Mengajukan
kesempatan kepada  pertanyaan
 pasien dan keluarga
untuk bertanya.
h.  Menjawab pertanyaan 3.  Mendengarkan
yang diajukan pasien dan

dan keluarga. memperhatikan

3 Penutup 1.  Evaluasi secara lisan 1.  Menjawab 5 menit


 pertanyaan
2.  Menyimpulkan 2.  Mendengarkan
3.  Memberi salam penutup 3.  Menjawab salam

G.  Evaluasi

1.  Evaluasi lisan


 

a.  Apa pengertian dari alih baring ?


 b.  Apa tujuan dari pemberian posisi alih baring ?
c.  Apa manfaat dari pemberian posisi alih baring ?
d.  Apa indikasi yang dilakukan alih baring ?
e.  Apa kontra indikasi dari pemberian posisi alih baring

f.  Bagaimana penerapan posisi alih baring ?


2.  Evaluasi struktur
a.  Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di rumah pasien dengan bedrest total
 b.  Sarana dan prasarana memadai.
3.  Evaluasi proses
a.  Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
 b.  Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
c.  Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme
 penyuluhan.

d.  Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.


e.  Penyaji menggali informasi yang telah diketahui pasien dan keluarga
keluar ga tentang
alih baring
f.  Penyaji menjelaskan tentang alih baring
g.  Pasien dan keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
h.  Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan benar.
4.  Evaluasi hasil
a.  Pasien dan keluarga memahami tentang alih baring.

 b.  Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.

H.  Daftar Pustaka


 Novitasari, E, dkk. (2018). Pengaruh Pemberian Posis
Posisii Alih Baring Terhadap Kejadian
Dekubitus Pada Pasien Stroke. Jurnal
Stroke.  Jurnal Ilmu Keperawatan.

Potter & Perry. (2005).  Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
 Praktik . Jakarta : EGC.

Setiyawan. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Perawat

Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten. Jurnal


Klaten. Jurnal
 KesMaDaSka, Vol 1 No 1,
1, Juli.
 

Wijayanti, W. (2016). Hubungan Peran Serta Keluarga Dengan Pencegahn Terjadinya


Decubitus Pada Pasien Stroke di Ruang
Ruang Rawat Inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal
Sragen. Jurnal Keperawatan.
 

 Lampiran Materi

ALIH BARING
A.  Latar Belakang
Imobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang
s eseorang tidak dapat bergerak

secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Berbagai
hal dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, diantaranya gangguan sendi dan tulang,
 penyakit saraf, penyakit jantung dan pernafasan dan gangguan pengelihatan. Semakin
lama seseorang berada dalam keadaan istirahat atau bedrest, maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya perubahan-perubahan pada dirinya, baik fisik maupun
 psikis. Dengan demikian, akibat dari imobilisasi dan bedrest total tersebut dapat
menimbulkan komplikasi yang akan memperberat kondisi pasien dan memperlambat
 penyembuhan.
Menurut peneliti, tindakan pemberian posisi alih baring sangat bermanfaat bagi

 pasien stroke yang membutuhkan pemulihan cukup lama dan bany


banyak
ak berbaring di tempat
tidur, karena pasien mengalami kelemahan otot tubuh sehingga terjadi hambatan dalam
melakukan pergerakan secara bebas. Dengan dilakukannya posisi alih baring ini pasien
 bisa menghambat ter
terjadinya
jadinya akibat dari banyaknya posisi berbaring yang lama. Pasien
 bedrest bisa melakukan alih baring sendiri sebanyak 1 sampai 2 kali dalam 1 jam bila
memungkinkan untuk bisa bergerak bebas dan apabila tidak dapat melakukan posisi alih
 baring sendiri bisa dengan bantuan keluarga ataupun tenaga medis untuk melakukan
 posisi alih baring guna menghindari
menghindari luka terjadinya decubitus.
Pasien yang mengalami bedrest total harus diubah sesuai dengan tingkat aktivitas,

kemampuan persepsi dan rutinitas sehari-hari dengan dilakukannya posisi alih baring
setiap 2 jam dan 4 jam. Posisi alih baring dapat memberikan rasa nyaman pada pasien,
mempertahankan atau menjaga postur tubuh dengan baik menghindari komplikasi yang
mungkin timbul akibat tirah baring seperti luka tekan decubitus. Posisi alih baring dapat
mencegah decubitus pada daerah tulang yang menonjol yang betujuan untuk mengurangi
 penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur tertentu yang dapat
menyebabkan lecet (Sari, 2016).
Pasien bedrest dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan adanya tekanan yang
dukung oleh adanya pergesekan yang terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah

yang berlawanan, tahanan dan kelembaban akan menyebabkan luka decubitus, dan durasi
waktu yang dibutuhkan untuk penanganan atau pengobatannya, pasien dapat
 

menghabiskan waktu selama berbulan-bulan dengan diberikannya posisi alih baring


dengan cara memiringkan pasien dari terlentang ke miring maupun sebaliknya akan
mengurangi tekanan dan mencegah kerusakan syaraf serta mempertahankan tonus otot
dan refleks (Setiyawan, 2010).

B.  Pengertian
Alih baring adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami imobilisasi dan
mengharuskan pasien melakukan gerakan-gerakan untuk menghindari bedrest agar tidak
menimbulkan decubitus (Suyono, 2003). Apabila pasien bedrest dalam jangka waktu
yang lama atau total akan mengakibatkan kulit menjadi lembab dan menyebabkan
decubitus. Posisi alih baring dilakukan dengan cara memiringkan pasien dari terlentang
ke posisi miring ataupun sebaliknya. Alih baring dilakukan setiap 2 jam ke arah kanan
dan 2 jam ke arah kiri (Crips & Tailor, 2009).
Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan

dan gaya gesek pada kulit, menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30° atau kurang
akan menurunkan peluang terjadinya decubitus akibat gaya gesek ataupun gaya tekan
(Perry & Potter, 2005).

C.  Tujuan Posisi Alih Baring


1.  Mencegah nyeri otot
2.  Mengurangi tekanan
3.  Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah
4.  Mencegah kontraktur otot

5.  Mempertahankan tonus otot dan refleks


6.  Mencegah kerusakan integritas kulit
7.  Memperbaiki sirkulasi dan perfusi
(Crips & Tailor, 2009)

D.  Manfaat Alih Baring


1.  Mengurangi resiko terjadinya decubitus pada pasien
2.  Agar otot tidak kaku.

E.  Indikasi Alih Baring


 

1.  Pasien yang mengalami immobilisasi, karena pasien yang mengalami immobilisasi
akan menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur, hal tersebut dapat memicu
terjadinya bedrest yang selanjutnya mengakibatkan decubitus
2.  Pasien yang mengalami bedrest untuk mencegah terjadinya luka decubitus harus
diberikan tindakan alih baring

3.  Pasien yang mengalami luka decubitus sangatlah membutuhkan tindakan alih
 baring untuk menguurangi
menguurangi dampak dari luka decubitus itu sendiri.

F.  Kontra Indikasi Alih Baring


1.  Pasien yang memiliki penyakit lain seperti fraktur, pasien yang mengalami fraktur
memang harus diimmobilisasi dan tidak dianjurkan untuk merubah posisi agar
mempercepat proses penyembuhan
2.  Pasien yang mengalami perdarahan pada otak, pasien dengan diagnose perdarahan
 pada otak akan mengalami immobilisasi karena posisi kepala yang tidak boleh

 banyak bergerak agar tidak memicu terjadinya perdarahan yang


yang lebih parah.

G.  Penerapan Posisi Alih Baring


Pasien yang mengalami imobilisasi tidak bisa melakukan gerakan secara mandiri,
harus dibantu oleh orang lain dan pasien yan mengalami kelumpuhan atau koma karena
salah satu sistem dalam anggota tubuhnya mengalami gangguan, apabila pasien hanya
 posisi terlentang dalan
dal an w
waktu
aktu yang cukup lama bisa mengalami decubitus, maka harus
dilakukan posisi alih baring untuk mencegah terjadinya bedrest dengan cara
memiringkan pasien, yang pertama posisi pasien saat berbaring terlentang adalah posisi

kepala, leher dan punggung harus lurus, bantal diletakkan di bawah bahu dan lengan yang
lumpuh secara hari-hati, sehingga bahu terangkat
ter angkat ke atas dengan lengan agak ditinggikan
dan memutar ke arah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan, bantal juga
diletakkan di bawah pangkal paha yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah
dalam dan lutut agak ditekuk, yang kedua miring kesisi yang sehat bahu yang lumpuh
harus menghadap ke depan, lengan yang lumpuh memluk bantal dengan siku dliuruskan,
dli uruskan,
kaki yang lumpuh diletakkan ke depan, di bawah tungkai dan paha diganjal bantal serta
lutut ditekuk, yang ketiga adalah miring ke sisi yang lumouh dengan lengan yang lumpuh
menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu pasien tidak memutar secara berlebih dan

kaki yang lumpuh agak ditekuk, kaki yang sehat menyilang di atas kaki yang lumpuh
dengan diganjal bantal.
 

 
H.  Prosedur Posisi Alih Baring
1.  Tahap Pra Interaksi
a.  Mencuci tangan
 b.  Menyiapkan alat

2.  Tahap Orientasi


a.  Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
 b.  Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c.  Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
3.  Tahap Kerja
a.  Menjaga privasi pasien
 b.  Merubah posisi dari terlentang ke miring :
1)  Menata beberapa bantal disebelah pasien
2)  Memiringkan pasien kearah bantal yang disiapkan

3)  Menekukkan lutut kaki yang atas


4)  Memastikan posisi pasien aman
c.  Merubah posisi dari miring ke terlentang
1)  Menata beberapa bantal disebekah klien
2)  Menelentangkan klien kearah bantal yang disiapkan
3)  Meluruskan kedua lutut
4)  Memastikan posisi klien aman
d.  Merapikan pasien
4.  Tahap Terminasi

a.  Melakukan evaluasi tindakan


 b.  Berpamitan dengan pasien atau keluarga
c.  Menginformasikan akan datang 2 jam lagi untuk merubah posisi selanjutnya
d.  Mencuci tangan
e.  Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai