Anda di halaman 1dari 11

“PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA”

Oleh :

: Fahrul Riza : 180202062

: Khairul Afrijal : 180202070

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAMUDRA

2021 - 2022

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................

B. Tujuan..........................................................................................

C. Rumusan Masalah……………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi........................................................................

B. Macam-macam Inflasi.................................................................

C. Penyebab Inflasi..........................................................................

D. Dampak Inflasi............................................................................

E. Peran Bank Sentral......................................................................

F. Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi......................

G. Prospek Inflasi dan Suku Bunga Indonesia Tahun Depan...........

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan sektor industri pengolahan cukup tinggi mengikuti perdagangan, pembangunan

gedung,transportasi, dan listrik. Gambar 1 menunjukkan statistik persentase pertumbuhan untuk masing-

masing sektor ekonomi, dan sektor industri menunjukkan pertumbuhan 11% selama tahun 2008 (Statistik,

2008). Oleh karena itu kecil dan menengah industri manufaktur Sektor SMMI dianggap sebagai

kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja yang lebih baik peluang, pendapatan keluarga, dan juga

penggerak ekonomi domestik.

Pada tahun 1998 sebuah usaha kecil menengah UKM telah berhasil krisis ekonomi dan

memberikan yang lebih baik kesempatan kerja bagi rakyat. Kontribusi terbesar UKM Indonesia berasal

dari sektor pertanian daripada sektor industri seperti yang terjadi di negara-negara industri baru (NIC). Di

samping potensi kontribusi UKM, perlu dipahami bahwa UKM juga menghadapi beberapa kendala,

seperti: keterbatasan modal, kesulitan akses pasar, bahan baku dengan kualitas baik dan harga lebih

murah, keterbatasan adopsi teknologi, dan keterampilan tenaga kerja.

Di era globalisasi saat ini perkembangan dunia industri manufaktur terus mengalami perkembangan

setiap tahunnya, hal ini menyebabkan persaingan dunia usaha terutama disektor perekonomian semakin

meningkat, maka dari itu setiap Negara di tuntut untuk semakin maju dan berkembang supaya

kesejahteraan penduduknya merata. Semakin berkembangnya dunia usaha, maka persaingan antara satu

perusahaan dengan perusahaan lain semakin meningkat dan semakin ketat

Perkembangan industri pada era gobalisasi yang semakin pesat akhir-akhir ini, membawa dampak

timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat. Kondisi ini menjadikan setiap perusahaan untuk

memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, respons yang cepat dan tanggap agar dapat bersaing dengan

perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis. Keunggulan-keunggulan kompetitif ini dapat
diperoleh dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki loyalitas tinggi terhadap

perusahaan sehingga dapat memberdayakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif, efisien, dan

produktif.

Globalisasi dan liberalisasi pasar nasional dari para pelaku bisnis internasional telah menciptakan

kondisi persaingan yang ketat. Free Trade Area (FTA) telah menjadi model perdagangan regional,

termasuk ASEAN Kawasan Perdagangan Bebas (AFTA). Ariyasajjakorn, Gander, Ratanakomut, dan

Reynolds (2009) menyatakan bahwa ASEAN adalah salah satu model ekonomi regional strategis yang

telah dipelajari secara ekstensif.

B. Tujuan

 Mengetahui pengertian dari Industri Manufaktur

C. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Industri Manufaktur ?

D. Landasan Teori
 Zhang dkk. (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China yang pesat didorong

oleh keberhasilan kewiraswastaan. Para penulis telah menyebutkan tiga faktor yang

mendorong kemajuan industri Cina, yaitu beralihnya petani menjadi pengusaha, pejabat

pemerintah menjadi pengusaha, dan perantauan insinyur menjadi pengusaha. Meskipun

industri Cina pada awalnya dianggap sebagai pengikut atau pendatang baru, tetapi

beberapa faktor internal merangsang pertumbuhan yang cepat, seperti inovasi dan

kemampuan pemasaran (Eng & Spikett-Jones, 2009; Guan, Yam, Tang, & Lau, 2009).

 Selama lebih dari 150 tahun, para sarjana dan pembuat kebijakan telah memperdebatkan

apakah paten sistem meningkatkan kesejahteraan dan inovasi (misalnya, Plant, 1934;

Polanyi, 1944; Penrose, 1951; Machlup, 1958; Nordhaus, 1969; Kitch, 1977; Levin,

1986; Scotchmer, 1991; Scotchmer, 2004; Hall, 2007). Baru-baru ini, diskusi tentang

aktivitas paten dari perspektif manajer dan perusahaan muncul (misalnya Silberston,

1973, Granstrand, 1999, Rivette dan Kline, 2000a, b; Reitzig 2004a; Reitzig, 2007;

Reitzig dan Wagner, 2010a). Untuk mendirikan landasan teoritis untuk buku ini, saya

memberikan gambaran singkat tentang yang paling penting argumen yang membentuk

perdebatan ini. Saya mulai dengan pandangan tradisional tentang sistem paten. SEBUAH

ringkasan pandangan dan temuan yang lebih baru berikut. Saya kemudian secara singkat

menyajikan arus perkembangan dalam sistem paten dan mendiskusikan perspektif teoretis

yang berbeda tentang paten aktivitas.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Industri Manufaktur

Definisi industri manufaktur menurut para ahli adalah industri yang kegiatan utamanya

adalah mengubah bahan baku, komponen, atau bagian lainnya menjadi barang jadi yang

memenuhi standar spesifikasi. Industri manufaktur pada umumnya mampu memproduksi dalam

skala besar. Industri manufaktur adalah industri pengolahan, yaitu suatu usaha yang mengolah

atau mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi yang

mempunyai nilai tambah, yang dilakukan secara mekanis dengan mesin, ataupun tanpa

menggunakan mesin (BPS: 2008).

Industri manufaktur diartikan sebagai kelompok perusahaan yang melakukan pengolahan

bahan mentah menjadi suatu jenis barang jadi yang diproduksi dalam jumlah besar dan dijual ke

masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Hampir semua barang–barang yang kita gunakan

sehari–hari merupakan hasil dari pengolahan industri manufaktur. Sebuah industri manufaktur

tidak hanya berfungsi dalam proses produksi, ada beberapa fungsi lain untuk mendukung

terlaksananya seluruh kegiatan dan tujuan industri manufaktur, diantaranya fungsi pemasaran,

fungsi administrasi dan umum, dan fungsi keuangan.


Pemerintah memberikan perhatian serius pada sektor UKM. Badan Pusat Statistik (Badan

Pusat Statistik) BPS) memberikan informasi bahwa sektor ini telah menyerap tenaga kerja yang

cukup besar (41% per 2008). Sektor ini juga memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor

nasional setelah sektor migas. UKM didefinisikan oleh tiga karakteristik utama, yaitu nilai aset,

volume penjualan, dan jumlah karyawan Usaha kecil didefinisikan seperti mereka memiliki

volume penjualan tahunan di bawah Rp satu miliar, aset di bawah 200 juta Rp. Sedangkan untuk

usaha menengah memiliki aset antara Rp 200 juta sampai dengan Rp 10 .miliar. Definisi lain dari

UKM didasarkan pada jumlah karyawan, seperti industri mikro memiliki 1-4 karyawan, industri

kecil memiliki 5-19 karyawan, dan industri menengah akan memiliki jumlah karyawan 20-99

(Statistik, 2008). Terlepas dari kategorisasi ini, telah diakui peran potensial UKM sebagai

ekonomi penggerak perekonomian nasional.

Ada empat kawasan perdagangan bebas (FTA) yang saat ini banyak dibicarakan dan dipelajari,

yaitu Asia Timur FTA (termasuk ASEAN), ASEAN-China, ASEAN-Jepang, dan ASEAN-

Korea. Kitwiwattanachai, Nelson, and Reed (2010) membahas bahwa FTA Asia Timur memiliki

potensi besar untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah. Lainnya

juga menyebutkan tentang ASEAN-China sebagai pasar potensial lainnya, seperti Zhang,Cooper,

Deng, Parker, dan Ruefli (2010), Batra (2007), Tongzon (2005), Devadason (2011), Park, Park,

danEstrada (2009), dan Wattanapruttipaisan (2003).


Hasil dan Pembahasan

 Keh, Nguyen, dan Ng (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh orientasi wirausaha

dan pemasaran informasi terhadap kinerja keuangan dan non keuangan UKM Singapura.

Hasilnya menunjukkan kinerja secara umum.

 Wilkinson dan Brouthers (2006) fokus pada UKM yang memiliki ekspor orientasi, yang

terlibat dalam pameran dagang. Sebuah studi empiris menunjukkan bahwa layanan

promosi ekspor memberikan kontribusi positif terhadap kinerja ekspor.

 Wincent, Anokhin, dan rtqvist (2010) telah melakukan penelitian bahwa faktor jaringan

memberikan kontribusi positif terhadap inovasi yang lebih baik kinerja UKM.

 Zeng, Xie, & Tam (2010) juga menunjukkan pentingnya jaringan dalam meningkatkan

kinerja. Jaringan didefinisikan secara vertikal atau horizontal, seperti dengan pelanggan,

pemasok, perusahaan lain, lembaga penelitian, universitas, atau pemerintah


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

bisnis di era global ini akan selalu dituntut untuk mengikuti atau bahkan harus mendahului

perubahan yang berhubungan dengan lingkungan eksternal. Pengendalian terhadap lingkungan

eksternal harus dilakukan dengan cara yang kreatif, sehingga menghasilkan suatu produk, proses,

teknologi, atau bahkan manajemen yang inovatif. Selain itu juga diperlukan respon yang cepat

dan tepat.

Saran

Daftar Pustaka

Ariyasajjakorn, Danupon, Gander, James P., Ratanakomut, Somchai, & Reynolds, Stephen E.

(2009).

ASEAN FTA, distribution of income, and globalization. Journal of Asian Economics, 20(3),

327-335.
Devadason, Evelyn S. (2011). Reorganization of Intra- Asian Economic Journal, 25(2), 129-149.

Keh, Hean Tat, Nguyen, Thi Tuyet Mai, & Ng, Hwei Ping. (2007). The effects of entrepreneurial

orientation and marketing information on the performance of SMEs. Journal of Business

Venturing, 22(4), 592-611.

Zhang, Weiying, Cooper, W. W., Deng, Honghui, Parker, Barnett R., & Ruefli, Timothy W.

(2010).

Kitwiwattanachai, Anyarath, Nelson, Doug, & Reed, Geoffrey. (2010). Quantitative impacts of

alternative East Asia Free Trade Areas: A Computable General Equilibrium (CGE) assessment.

Journal of Policy

Modeling, 32(2), 286-301.

Alghifari, S. E., Triharjono, S., & Juhaeni, Y.-y. S. (2013). Effect of return on assets (ROA)

against Tobin's Q: Studies in food and beverage company in Indonesia stock exchange years

2007-2011.

Deloof, M. (2003). Does working capital management affect profitability of Belgian firms?

Journal of Business Finance and Accounting, 30, 573-588.


Eljelly, A. (2004). Liquidity-profitability tradeoff: An empirical investigation in an emerging

market. International Journal of Commerce and Management, 14(2), 48-61.

Ganesan, V. (2007). An analysis on working capital management efficiency in

telecommunication equipment. Industryrivier Academic Journal, 3, 1-10.

Taleb, G. A., Zoued, A. N., & Shubiri, F. N. (2010). The determinant of effective working

capital management policy: A case study on Jordan. Interdisciplinary Journal of Contemporary

Research in Business, 2, 248-264.

Uchida, K. (2006). Agency costs of debt and the relationship between firm performance and

managerial ownership: Evidence from Japan. Faculty of Economics and Business

Administration, 802-8577.

Anda mungkin juga menyukai