Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021 - 2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan..........................................................................................
C. Rumusan Masalah……………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi........................................................................
B. Macam-macam Inflasi.................................................................
C. Penyebab Inflasi..........................................................................
D. Dampak Inflasi............................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gedung,transportasi, dan listrik. Gambar 1 menunjukkan statistik persentase pertumbuhan untuk masing-
masing sektor ekonomi, dan sektor industri menunjukkan pertumbuhan 11% selama tahun 2008 (Statistik,
2008). Oleh karena itu kecil dan menengah industri manufaktur Sektor SMMI dianggap sebagai
kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja yang lebih baik peluang, pendapatan keluarga, dan juga
Pada tahun 1998 sebuah usaha kecil menengah UKM telah berhasil krisis ekonomi dan
memberikan yang lebih baik kesempatan kerja bagi rakyat. Kontribusi terbesar UKM Indonesia berasal
dari sektor pertanian daripada sektor industri seperti yang terjadi di negara-negara industri baru (NIC). Di
samping potensi kontribusi UKM, perlu dipahami bahwa UKM juga menghadapi beberapa kendala,
seperti: keterbatasan modal, kesulitan akses pasar, bahan baku dengan kualitas baik dan harga lebih
Di era globalisasi saat ini perkembangan dunia industri manufaktur terus mengalami perkembangan
setiap tahunnya, hal ini menyebabkan persaingan dunia usaha terutama disektor perekonomian semakin
meningkat, maka dari itu setiap Negara di tuntut untuk semakin maju dan berkembang supaya
kesejahteraan penduduknya merata. Semakin berkembangnya dunia usaha, maka persaingan antara satu
Perkembangan industri pada era gobalisasi yang semakin pesat akhir-akhir ini, membawa dampak
timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat. Kondisi ini menjadikan setiap perusahaan untuk
memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, respons yang cepat dan tanggap agar dapat bersaing dengan
perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis. Keunggulan-keunggulan kompetitif ini dapat
diperoleh dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki loyalitas tinggi terhadap
perusahaan sehingga dapat memberdayakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif, efisien, dan
produktif.
Globalisasi dan liberalisasi pasar nasional dari para pelaku bisnis internasional telah menciptakan
kondisi persaingan yang ketat. Free Trade Area (FTA) telah menjadi model perdagangan regional,
termasuk ASEAN Kawasan Perdagangan Bebas (AFTA). Ariyasajjakorn, Gander, Ratanakomut, dan
Reynolds (2009) menyatakan bahwa ASEAN adalah salah satu model ekonomi regional strategis yang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
D. Landasan Teori
Zhang dkk. (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China yang pesat didorong
oleh keberhasilan kewiraswastaan. Para penulis telah menyebutkan tiga faktor yang
mendorong kemajuan industri Cina, yaitu beralihnya petani menjadi pengusaha, pejabat
industri Cina pada awalnya dianggap sebagai pengikut atau pendatang baru, tetapi
beberapa faktor internal merangsang pertumbuhan yang cepat, seperti inovasi dan
kemampuan pemasaran (Eng & Spikett-Jones, 2009; Guan, Yam, Tang, & Lau, 2009).
Selama lebih dari 150 tahun, para sarjana dan pembuat kebijakan telah memperdebatkan
apakah paten sistem meningkatkan kesejahteraan dan inovasi (misalnya, Plant, 1934;
Polanyi, 1944; Penrose, 1951; Machlup, 1958; Nordhaus, 1969; Kitch, 1977; Levin,
1986; Scotchmer, 1991; Scotchmer, 2004; Hall, 2007). Baru-baru ini, diskusi tentang
aktivitas paten dari perspektif manajer dan perusahaan muncul (misalnya Silberston,
1973, Granstrand, 1999, Rivette dan Kline, 2000a, b; Reitzig 2004a; Reitzig, 2007;
Reitzig dan Wagner, 2010a). Untuk mendirikan landasan teoritis untuk buku ini, saya
memberikan gambaran singkat tentang yang paling penting argumen yang membentuk
perdebatan ini. Saya mulai dengan pandangan tradisional tentang sistem paten. SEBUAH
ringkasan pandangan dan temuan yang lebih baru berikut. Saya kemudian secara singkat
menyajikan arus perkembangan dalam sistem paten dan mendiskusikan perspektif teoretis
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi industri manufaktur menurut para ahli adalah industri yang kegiatan utamanya
adalah mengubah bahan baku, komponen, atau bagian lainnya menjadi barang jadi yang
memenuhi standar spesifikasi. Industri manufaktur pada umumnya mampu memproduksi dalam
skala besar. Industri manufaktur adalah industri pengolahan, yaitu suatu usaha yang mengolah
atau mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi yang
mempunyai nilai tambah, yang dilakukan secara mekanis dengan mesin, ataupun tanpa
bahan mentah menjadi suatu jenis barang jadi yang diproduksi dalam jumlah besar dan dijual ke
masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Hampir semua barang–barang yang kita gunakan
sehari–hari merupakan hasil dari pengolahan industri manufaktur. Sebuah industri manufaktur
tidak hanya berfungsi dalam proses produksi, ada beberapa fungsi lain untuk mendukung
terlaksananya seluruh kegiatan dan tujuan industri manufaktur, diantaranya fungsi pemasaran,
Pusat Statistik) BPS) memberikan informasi bahwa sektor ini telah menyerap tenaga kerja yang
cukup besar (41% per 2008). Sektor ini juga memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor
nasional setelah sektor migas. UKM didefinisikan oleh tiga karakteristik utama, yaitu nilai aset,
volume penjualan, dan jumlah karyawan Usaha kecil didefinisikan seperti mereka memiliki
volume penjualan tahunan di bawah Rp satu miliar, aset di bawah 200 juta Rp. Sedangkan untuk
usaha menengah memiliki aset antara Rp 200 juta sampai dengan Rp 10 .miliar. Definisi lain dari
UKM didasarkan pada jumlah karyawan, seperti industri mikro memiliki 1-4 karyawan, industri
kecil memiliki 5-19 karyawan, dan industri menengah akan memiliki jumlah karyawan 20-99
(Statistik, 2008). Terlepas dari kategorisasi ini, telah diakui peran potensial UKM sebagai
Ada empat kawasan perdagangan bebas (FTA) yang saat ini banyak dibicarakan dan dipelajari,
yaitu Asia Timur FTA (termasuk ASEAN), ASEAN-China, ASEAN-Jepang, dan ASEAN-
Korea. Kitwiwattanachai, Nelson, and Reed (2010) membahas bahwa FTA Asia Timur memiliki
potensi besar untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah. Lainnya
juga menyebutkan tentang ASEAN-China sebagai pasar potensial lainnya, seperti Zhang,Cooper,
Deng, Parker, dan Ruefli (2010), Batra (2007), Tongzon (2005), Devadason (2011), Park, Park,
Keh, Nguyen, dan Ng (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh orientasi wirausaha
dan pemasaran informasi terhadap kinerja keuangan dan non keuangan UKM Singapura.
Wilkinson dan Brouthers (2006) fokus pada UKM yang memiliki ekspor orientasi, yang
terlibat dalam pameran dagang. Sebuah studi empiris menunjukkan bahwa layanan
Wincent, Anokhin, dan rtqvist (2010) telah melakukan penelitian bahwa faktor jaringan
memberikan kontribusi positif terhadap inovasi yang lebih baik kinerja UKM.
Zeng, Xie, & Tam (2010) juga menunjukkan pentingnya jaringan dalam meningkatkan
kinerja. Jaringan didefinisikan secara vertikal atau horizontal, seperti dengan pelanggan,
PENUTUP
Kesimpulan
bisnis di era global ini akan selalu dituntut untuk mengikuti atau bahkan harus mendahului
eksternal harus dilakukan dengan cara yang kreatif, sehingga menghasilkan suatu produk, proses,
teknologi, atau bahkan manajemen yang inovatif. Selain itu juga diperlukan respon yang cepat
dan tepat.
Saran
Daftar Pustaka
Ariyasajjakorn, Danupon, Gander, James P., Ratanakomut, Somchai, & Reynolds, Stephen E.
(2009).
ASEAN FTA, distribution of income, and globalization. Journal of Asian Economics, 20(3),
327-335.
Devadason, Evelyn S. (2011). Reorganization of Intra- Asian Economic Journal, 25(2), 129-149.
Keh, Hean Tat, Nguyen, Thi Tuyet Mai, & Ng, Hwei Ping. (2007). The effects of entrepreneurial
Zhang, Weiying, Cooper, W. W., Deng, Honghui, Parker, Barnett R., & Ruefli, Timothy W.
(2010).
Kitwiwattanachai, Anyarath, Nelson, Doug, & Reed, Geoffrey. (2010). Quantitative impacts of
alternative East Asia Free Trade Areas: A Computable General Equilibrium (CGE) assessment.
Journal of Policy
Alghifari, S. E., Triharjono, S., & Juhaeni, Y.-y. S. (2013). Effect of return on assets (ROA)
against Tobin's Q: Studies in food and beverage company in Indonesia stock exchange years
2007-2011.
Deloof, M. (2003). Does working capital management affect profitability of Belgian firms?
Taleb, G. A., Zoued, A. N., & Shubiri, F. N. (2010). The determinant of effective working
Uchida, K. (2006). Agency costs of debt and the relationship between firm performance and
Administration, 802-8577.