Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Penelitian


Desa Molibagu merupakan salah satu desa yang termasuk Kecamatan
Kotamobagu, Gorontalo. Seperti masyarakat desa pada umumnya, di Desa
Molibagu masyarakatnya hidup secara kekeluargaan dan gotong royong, hal
tersebut terlihat jika di desa dilaksanakan acara masyarakat secara sukarela bahu
membahu dalam melancarkan kegiatan tersebut. Gotong royong yang dilakukan
oleh masyarakat. Desa Molibagu tidak hanya berbentuk bantuan secara fisik saja
akan tetapi ada juga masyarakat yang membantu dengan bentuk materil, biasanya
dilakukan oleh masyarakat yang tidak sempat untuk membantu karena
kesibukannya.
Letak geogras Desa Molibagu yang berada di pinggir pantai dan
pegunungan membuat desa ini dianugerahi tanah yang subur serta pemandangan
alam dan keadaan desa yang asri. Keadaan geografis tersebut mendorong
masyarakatnya untuk mengembangkan sektor pertanian dan perikanan. Kegiatan
ekonomi masyarakat dalam bidang pertanian telah menjadi salah satu kegiatan
perekonomian yang sangat penting, umumnya pertanian merupakan mata
pencaharian utama pada masyarakat tradisional. Desa Molibagu mengalami
berbagai keterbatasan. Masyarakat juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan
sehingga berdampak pada rendahnya perkonomian masyarakat. Lapangan
pekerjaan yang tersedia di desa di dominasi oleh bidang pertanian, meskipun ada
yang berprofesi selain petani namun hanya pada pekerjaan kecil saja di antaranya
pedagang,buruh bangunan, nelayan, dan supir angkutan umum. Akan tetapi
pekerjaan-pekerjaan tersebut dirasa masih belum dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat. Penghasilan yang didapat dari buruh bangunan dirasa masih kurang,
dan dapat dikatakan belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ditambah lagi jika pesanan bangunan sepi, para pekerja bangunan harus kembali
mencari kerja serabutan untuk menutup kebutuhan mereka. Sedangkan untuk
2

supir angkot yang tidak selamanya ramai, adapun bertani mereka tidak
mempunyai lahan pertanian dan tergantung iklim dan musim saat bertani,.

Dalam bidang pertanian di Desa Molibagu ada yang dinamakan pemilik


lahan pertanian dan buruh tani. Pemilik lahan pertanian adalah petani yang
memiliki lahan pertanian sendiri, biasanya ada yang mengelola pertanian sendiri
dan tidak sedikit juga yang mempercayakan lahan pertaniannya untuk di kelola
oleh buruh tani. Meskipun tidak secara langsung mengelola lahan pertaniannya
petani pemilik akan tetap mendapat hasil pertanian. Bagi buruh tani keadaan
seperti itu memberikan peluang kerja karena masyarakat yang menjadi buruh tani
akan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat
dikatakan bahwa masyarakat Desa Molibagu hidup dengan mengandalkan hasil
pertanian. Jika hasil pertanian melimpah maka masyarakat akan mendapatkan
keuntungan akan tetapi jika hasil pertanian sedang kurang baik atau terserang
hama maka masyarakat mengalami kerugian. Banyak masyarakat merasa bahwa
bekerja sebagai petani kurang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat karena
hasilnya yang tidak menentu.
Selain itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat
rendah, pendidikan tertinggi dalam masyarakat Desa Molibagu hanya sampai pada
Sekolah Menengah Atas (SMA) itupun hanya segelintir orang saja. Karena
perekonomian yang terbatas di Desa Molibagu banyak orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya. Orang tua menyuruh anak-anaknya untuk membantu
dalam mengelola pesawahan. Hal tersebut karena masyarakat menilai bahwa
membantu orangtua akan lebih menguntungkan karena menambah penghasilan di
bandingkan dengan sekolah, jika anak-anaknya sekolah para orang tua harus
menyisihkan uang untuk keperluan sekolah. Orang tua beranggapan daripada uang
tersebut di gunakan untuk sekolah, lebih baik di gunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang masih kurang. Masyarakat yang memiliki harapan
untuk memperbaiki taraf kehidupannya mereka berusaha untuk mencari lapangan
pekerjaan sampai keluar dari daerah tempat tinggalnya, banyak masyarakat desa
3

Molibagu terutama laki-laki yang berusia produktif pergi merantau ke kota seperti
Palu, Manado, dan Makassar. Masyarakat yang merantau sebagian besar masih
mencari pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis merumuskan masalah utama
yang akan dibahas dalam kajian penelitian, yaitu
1. Bagaimana bentuk bentuk stratifikasi sosial desa Molibagu?
2. Bagaimana interaksi sosial masyarakat desa Molibagu?
3. Bagaimana kebudayaan masyarakat desa Molibagu?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Mendskripsikan bentuk bentuk stratifikasi sosial desa Molibagu
2. Mendeskripsikan interaksi sosial masyarakat desa Molibagu.
3. Mendeskripsikan kebudayaan masyarakat desa Molibagu umum.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk - Bentuk Stratifikasi Sosial


Desa Molibagu menganut suatu sistem stratifikasi sosial terbuka, dimana
masyarakat di daerah itu bebas untuk naik kasta yang lebih tinggi karena usahanya
sendiri ataupun sebaliknya. Meskipun sebenarnya kehidupan masyarakat di desa
ini dalam melakukan kegiatan dalam masyarakat mereka tidak memandang
kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan keturunan.
Tingkat stratifikasi sosial pada umumnya di desa ini ditentukan dari
pekerjaan dan materi yang dimiliki tapi tak menuntut kemungkinan mereka untuk
tidak saling bertegur sapa dan saling tolong menolong.
Stratifikasi masyrakat itu sendiri yang termasuk golongan atas terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Perbankan, Kepala Desa, dan Pengusaha.
Sedangkan stratifikasi Menengah ke bawah di dominasi dari yang berprofesi
sebagai buruh tani, buruh bangunan, nelayan, dan supir angkot.

2.2 Interaksi Sosial Masyarakat


Kebiasaan masyarakat desa molibagu mendorong mereka untuk selalu
bersikap ramah, dan ringan tangan dalam tolong menolong antar warga di desa itu
saja. Meskipun berprofesi yang berbeda – beda pandangan mereka dalam
msyarakat tetap sama.
Adapun bentrok antar desa yang sering kali terjadi dikarenakan para remaja
yang suka memicu permasalahan antar desa yang lain, sehingga menimbulkan
konflik berkepanjangan. Tak jarangpula mengkibatkan adanya jatuh korban dalam
peristiwa itu. Hal ini yang mengakibatkan masyarakat desa molibagu sulit untuk
terbuka terhadap seseorang pendatang di daerahnya.
Ini terjadi diakibatkan minimnya tingkat pendidikan di daerah ini sehingga
sulit untuk merubah minset atau pola pikir mereka yang sudah sangat lama
5

tertanam, dan kurang mengetahui tentang kemajuan teknologi dan cara pola pikir
yang cerdas.

2.3 Kebudayaan Masyarakat


Masyarakat di desa ini mayoritas beragama kristen, hal ini di dukung dengan
sulitnya menemukan masjid ketika ingin beribadah saat saya berada di daerah
tersebut dan lebih didominasi dengan gereja. Tapi disamping dari itu tingkat rasa
toleransi mereka antar warga sangat tinggi.
Makanan khas di daerah ini berbahan dasar jagung, karena ditunjang dari
penghasil terbesar desa Molibagu ialah jagung, saat panen masyarakat di desa ini
saling tolong menolong dan memiliki antusias yang tinggi. Hal itupun juga terlihat
ketika saat diadakan pembangunan atau renovasi masjid maupun gereja, tanpa
memandang agama, suku, dan tingkat masyarakat, mereka semua turut membantu
baik berupa tenaga dan materi. Bahkan warga di desa ini memiliki jadwal
pembagian antar kepala keluarga ketika dibutuhkan tenaganya dalam membangun
tempat ibadah tersebut, sehingga mereka sangat kompak dalam bekerja
Perekonomian seperti hari pasar di daerah ini tidak setiap hari melainkan
memiliki hari – hari tertentu dikarenakan faktor kebudayaan masyarakat desa
mplibagu secara turun – temurun yang diwariskan, tak jarang pula saya
menemukan kegiatan berupa acara rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa ketika
selepas melaksanakan kegiatan panen yang sudah sejak lama dilakukan.

BAB III
6

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desa Molibagu merupakan desa yang indah dan memiliki sumber
daya alam yang banyak dan tentunya bisa dimanfaatkan dengan baik,
stratifikasi sosial masyarakatnya ditentukan dari profesi masyarakat itu
sendiri, interaksi mereka sesama warga desa mlibagu terkesan sangat hangat
dan ramah, tetapi berbeda halnya ketika menyangkut kepada orang asing atau
warga desa tetangga dan mereka terkesan lebih tertutup, tingkat kebudayaan
masyarakat desa ini terlihat cenderung lebih mengarah pada perilaku
sosialnya dan kegiatan rutin yang mendorong untuk selalu melakukan hal
tersebut.

3.2 Saran
Untuk kedepannya saya menyarankan kepada warga desa Molibagu
untuk tidak terpaku pada pola pikir yang sudah – sudah dan mencoba untuk
membuka diri kepada masyarakat luar, karena tak bisa dipungkiri bahwa
menerima masukan dari orang lain terkadang juga perlu, dengan demikian
tingkat pemahaman warga desa Molibagu tentang pendidikan cenderung
bertambah, pengangguran semakin berkurang, perputaran perekonomian
yang cepat, sehingga membantu memajukan keadaan desa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai