Anda di halaman 1dari 17

Nama : Ahmad Yani

NIM : 105821103020

Prodi : Teknik Elektro

Kelas 1 Non Reguler

NILAI, MORAL DAN HUKUM

1.     KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN

1.   Makna Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang berarti tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu ditengah-tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain
keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Berikut beberapa pendapat
mengenai makna keadilan:

a. Menurut KBBI, keadilan berarti (sifat perbuatan, perilaku) yang adil.


Keadilan berarti perilaku atau perbuatan yang dalam pelaksanaanya
memberikan kepada pihak lain sesuatu yang semestinya harus diterima
oleh pihak lain.

b. Menurut W.J.S. Poerwodarminto, keadilan berarti tidak berat sebelah,


sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil
termasuk didalamnya tidak terdapat kesewenang-wenangan.

c.       Menurut Frans Magnis Suseno, dalam bukunya Etika


Politik menyatakan keadilan sebagai suatu keadaan dimana semua
orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama.
Menurut Plato, membedakan keadilan dalam tiga macam :

 Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada


setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut
haknya masing-masing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan
antara masyarakat dengan perorangan.

 Keadilan kumulatif adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-


masing anggota tanpa mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini
didasarkan pada transaksi baik yang sukarela atau tidak. Keadilan ini
terjadi pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-
menukar.

 Keadilan legal/moral adalah keadilan yang mengikuti penyesuaian atau


pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai dengan
kemampuannya, dan yang dianggap sesuai dengan kemampuan yang
bersangkutan.

Sesuai pesan yang terkandung dalam UUD 1945 hendaknya menjadi


pedoman dan semangat bagi para penyelenggara negara bahwa tugas utama
pemerintah adalah menciptakan keadilan. Berdasarkan pada pancasila sila ke-2
“Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” yang dimaksud adalah perlakuan secara
adil kepada warga negara tanpa pandang bulu. Hal ini tercermin dalam pasal 27
ayat (1) UUD 1945 bahwa segala warga negara bersamaan didalam kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Sila ke5 “ Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia” mengandung makna dalam adil pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat. Pembangunan dan kakayaan alam tidak boleh dinikmati olah
segelintir orang sebab hal itu akan menimbulkan parasaan iri, kesenjangan dan
kemiskinan.
2. Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat
Ada empat fungsi hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a.    Sebagai Alat Pengatur Tertib Hubungan Masyarakat.


Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Hukum
menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Hukum juga
member petunjuk apa yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh,
sehingga segala sesuatunya dapat berjalan tertib dan teratur.
Kesemuanya itu dapat dimungkinkan karena hokum mempunyai sifat
mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai ciri memerintah dan
melarang. Begitu pula hukum mempunyai sifat memaksa agar
hukum ditaati oleh anggota masyarakat.

b.   Sebagai sarana untuk Mewujudkan Keadilan Sosial.


- Hukum mempunyai cirri memerintah dan melarang
- Hukum mempunyai sifat memaksa.
- Hukum mempunyai daya yang mengikat secara psikis dan fisik.

Karena hukum mempunyai sifat, cirri, dan daya mengikat tersebut,


maka hukum dapat member keadilan, yaitu menentukan siapa yang
salah dan siapa yang benar. Hukum dapat menghukum siapa yang salah,
hukum dapat memaksa agar peraturan ditaati dan siapa yang melanggar
diberi sanksi hukuman.

Contohnya, siapa yang berutang harus membayar adalah perwujudan


dari keadilan.

c.    Sebagai Penggerak Pembangunan


Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau
didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Hukum dijadikan
alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju dan sejahtera.

d.   Fungsi Kritis Hukum


Dewasa ini, sering berkembang suatu pandangan bahwa hukum
mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata
melakukan pengawasan pada aparatur pengawasan (petugas) saja, tetapi
aparatur penegak hukum termasuk didalamnya.

Hukum bertujuan menjamin kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum


itu harus bersendikan pada rasa keadilan di masyarakat. Dalam literature ilmu
hukum, dikenal ada dua teori tentang tujuan hukum, yaitu teori etis dan utilities.
Teori etis mendasarkan pada etika, hukum bertujuan untuk semata-mata mencapai
keadilan, memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Hukum
tidak identik dengan keadilan. Peraturan hukum tidaklah selalu untuk
mewujudkan keadilan. Contohnya, peraturan lalu lintas. Mengendarai mobil di
sebelah kiri tidak bias dikatakan adil karena sesuai aturan. Sedangkan berjalan di
sebelah kanan dikatakan tidak adil karena bertentangan dengan aturan. Jadi, teori
ini tidak sepenuhnya benar.

Menurut teori utilities, hukum bertujuan untuk memberikan faedah bagi


sebanyak-banyaknya orang dalam masyarakat. Pada hakikatnya, tujuan hukum
adalah memberikan kebahagiaan atau kenikmatan besar bagi jumlah yang
terbesar. Teori ini juga tidak selalu benar. Selanjutnya, muncul teori campuran.
Menurut teori ini, tujuan pokok hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan
ketertiban adalah syarat mutlak bagi masyarakat yang teratur. Di samping
ketertiban, tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang isi dan
ukurannya berbeda menurut masyarakat dan zamannya.

Agar tujuan kaidah hukum itu dapat terwujud dengan semestinya, atau
sesuai dengan harapan seluruh anggota masyarakat/ Negara maka harus ada
kepatuhan kepada kaidah hukum tersebut. Masyarakat perlu patuh dan menerima
secara positif adanya kaidah hukum. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana
kehidupan manusia tanpa adanya kaidah hukum.

Faktor-faktor penyebab para anggota masyarakat mematuhi hukum (Prof. Dr.


Soekanto, S.H.) adalah:

1. Kepentingan-kepentingan para anggota masyarakat yang terlindungi oleh


hukum.

2. Complience atau pemenuhan kebutuhan. Orang akan patuh pada hukum


karena didasarkan pada harapan akan suatu imbalan atau sebagai usaha
untuk menghindarkan diri dari sanksi yang dijatuhkan manakala kaidah
hukum itu dilanggar.

3. Identifikasi. Pematuhan akan kaidah hukum itu bukan nilai yang


sesungguhnya dari kaidah tersebut, melainkan karene keinginannya untuk
memelihara hubungan yang sebaik-baiknya dengan para anggota
mayarakat lainnya yang sekelompok atau segolongan dengan para
pemimpin kelompok atau pejabat hukum.

4.      Internalisasi. Kepatuhan manusia karena kaidah-kaidah hukum sesuai


dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan sebagian besar para anggota
masyarakat, yaitu penjiwaan dan kesadaran dalam diri mereka masing-
masing.

1. Surah An-Nahl ayat 90


ISTIMEWA

Innallaaha ya'muru bil-'adli wal-ihsaani wa iitaa`i dzil-qurbaa wa yan-haa 'anil-


fahsyaa`i wal-mungkari wal-bagyi ya'idzukum la'allakum tadzakkaruun

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

2. Surah An-Nisa ayat 58

ISTIMEWA

Innallaaha ya`murukum an tu`addul-amaanaati ilaa ahlihaa wa idzaa hakamtum


bainan-naasi an tahkumuu bil-'adl, innallaaha ni'immaa ya'idzukum bih,
innallaaha kaana samii'am bashiiraa
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa: 58)

3. Surah An-Nisa ayat 135

ISTIMEWA

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina bil-qisti syuhadaa`a lillaahi


walau 'alaa anfusikum awil-waalidaini wal-aqrabiin, iy yakun ganiyyan au
faqiiran fallaahu aulaa bihimaa, fa laa tattabi'ul-hawaa an ta'diluu, wa in talwuu
au tu'riduu fa innallaaha kaana bimaa ta'maluuna khabiiraa

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu, bapak, dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)
atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa: 135)

4. Surah Al-Maidah ayat 8


ISTIMEWA

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina lillaahi syuhadaa`a bil-qisti


wa laa yajrimannakum syana`aanu qaumin 'alaa allaa ta'diluu, i'diluu, huwa
aqrabu lit-taqwaa wattaqullaah, innallaaha khabiirum bimaa ta'maluun

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah: 8)

5. Surah Al-Hujurat ayat 9

ISTIMEWA

Wa in taa`ifataani minal-mu`miniinaqtataluu fa aslihuu bainahumaa, fa im bagat


ihdaahumaa 'alal-ukhraa fa qaatilullatii tabghii hattaa tafii`a ilaa amrillaah, fa
in faa`at fa ashlihuu bainahumaa bil-'adli wa aqsithuu, innallaaha yuhibbul-
muqsithiin
Artinya: "Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-
Hujurat: 9)

6. Surat Ali 'Imran Ayat 112

Dِ ‫ هَّللا‬D‫ن‬Dَ D‫ ِم‬D‫ ٍل‬D D‫ ْب‬D‫ َح‬Dِ‫اَّل ب‬Dِ‫ إ‬D‫ا‬D‫و‬D Dُ‫ف‬Dِ‫ق‬Dُ‫ ث‬D‫ ا‬DD‫ َم‬D‫ن‬Dَ D‫ ْي‬Dَ‫ أ‬Dُ‫َّة‬D‫ ل‬D‫ ِّذ‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫ ُم‬D‫ ِه‬D‫ ْي‬Dَ‫ ل‬D‫ َع‬D‫ت‬ Dْ Dَ‫ ب‬D‫ ِر‬D‫ض‬ ُ
Dْ Dَ‫ ب‬D‫ ِر‬DD‫ض‬
D‫ت‬ Dُ D‫ َو‬Dِ ‫ هَّللا‬D‫ن‬Dَ D‫ ِم‬D‫ب‬ ٍ DD‫ض‬D Dَ D‫ َغ‬Dِ‫ ب‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُء‬D‫ا‬DDDَ‫ ب‬D‫ َو‬D‫س‬ ِ D‫َّا‬D‫ن‬D‫ل‬D‫ ا‬D‫ن‬Dَ D‫ ِم‬D‫ل‬Dٍ DDْD‫ ب‬D‫ َح‬D‫َو‬
Dِ ‫ هَّللا‬D‫ت‬ َ Dِ‫ ل‬D‫ َذ‬Dٰ Dۚ Dُ‫ة‬Dَ‫ ن‬D‫ َك‬D‫ ْس‬D‫ َم‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ ُم‬D‫ ِه‬D‫ ْي‬Dَ‫ ل‬D‫َع‬
ِ D‫ا‬DDDَ‫ي‬D‫ آ‬Dِ‫ ب‬D‫ن‬Dَ D‫ و‬D‫ ُر‬Dُ‫ ف‬D‫ ْك‬Dَ‫ ي‬D‫ا‬D‫و‬Dُ‫ن‬D‫ ا‬D‫ َك‬D‫ ْم‬Dُ‫َّه‬D‫ن‬Dَ‫ أ‬Dِ‫ ب‬D‫ك‬
D‫ا‬D‫و‬Dُ‫ن‬D‫ ا‬DD‫ َك‬D‫و‬Dَ D‫ ا‬D‫و‬Dْ D ‫ص‬D
Dَ D‫ َع‬D‫ ا‬D‫ َم‬Dِ‫ ب‬D‫ك‬ َ Dِ‫ ل‬D‫ َذ‬Dٰ Dۚ D‫ق‬
ٍّ D‫ َح‬D‫ ِر‬D‫ ْي‬D‫ َغ‬Dِ‫ ب‬D‫ َء‬D‫ا‬Dَ‫ ي‬Dِ‫ ب‬D‫ ْن‬Dَ ‫أْل‬D‫ ا‬D‫ن‬Dَ D‫و‬Dُ‫ل‬Dُ‫ ت‬D‫ ْق‬Dَ‫ ي‬D‫َو‬
D‫ن‬Dَ D‫ و‬D‫ ُد‬Dَ‫ ت‬D‫ ْع‬Dَ‫ي‬

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.

Kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera: aman sentosa dan makmur;


selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya).
Kesejahteraan: hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketenteraman,
kesenangan hidup, dan sebagainya; kemakmuran.  Dalam definisi lain dijelaskan:
‫رد‬D‫ية للف‬D‫ات االساس‬D‫ الحالة التى تتحقق فيها الحاج‬:‫الرفاهية‬
‫وارث‬DD‫د ك‬DD‫أمين ض‬DD‫حة وت‬DD‫داء وتعليم وص‬DD‫ع من غ‬DD‫والمجتم‬
‫الحياة‬.

 “Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi yang menghendaki terpenuhimya


kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa kebutuhan pangan,
pendidikan, kesehatan, sedangkan lawan dari kesejahteraan adalah kesedihan
(bencana) kehidupan”. 

Kesejahteraan Sosial atau social welfare adalah keadaan sejahtera masyarakat.


Dalam Mu’jam Musthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah dijelaskan:

  ‫ة‬DD‫دمات االجتماعي‬DD‫ نسق منظم من الخ‬:‫الرفاهية االجتماعية‬


‫ات‬DDD‫راد والجماع‬DDD‫اعدة االف‬DDD‫رمى الى مس‬DDD‫ات ي‬DDD‫والمؤسس‬
‫ا‬DD‫حة كم‬DD‫ة والص‬DD‫ة للمعيش‬DD‫تويات مال ئم‬DD‫ول الى مس‬DD‫للوص‬
‫ة‬DD‫راد بتنمي‬DD‫وية بين االف‬DD‫يهدف الى قيام عالقات اجتماعية س‬
‫ات‬DD‫ع حاج‬DD‫ق م‬DD‫ا يتف‬DD‫انية بم‬DD‫اة االنس‬DD‫ين الحي‬DD‫دراتهم وتحس‬DD‫ق‬
.‫المجتمع‬

“Kesejahteraan sosial: sistem yang mengatur pelayanan sosial dan lembaga-


lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok
untukmencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan
menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan
kemampuan pertumbuhan mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat”.
Pemerintah Republik Indonesia mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.

2.    PROBLEMATIKA NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM


MASYARAKAT DAN NEGARA

1.      Pelanggaran Etik
        
 Kebutuhan  akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan
membuat serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Kode
etik merupakan bentuk aturan tertulis secara sistematik sengaja dibuat
sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang ada. Contohnya: kode etik guru,
kode etik wartawan, kode etik insinyur dan sebagainya.
         
Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normatif etik yang
seharusnya dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi diperlukan
untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalahgunaan keahlian. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal
sebagai sebuah  profesi yang terhormat akan segera jatuh dan ujungnya
akan berakhir dengan tidak adanya respek maupun kepercayaan yang
pantas diberikan kepada para elite profesional tersebut.
         
Meskipun telah memiliki kode etik, masih ada seseorang yang
melanggar kode etiknya sendiri. Misal seorang dokter melanggar kode etik
dokter, pelanggaran etik tidak akan mendapat sanksi lahiriah akan tetapi
biasanya mendapat sanksi etik seperti menyesal, rasa bersalah, malu. Dan
akan mendapat sanksi etik dari lembaga profesi seperti teguran, dicabut
keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut.

2.      Pelanggaran Hukum
         
Problema hukum yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya
kesadaran hukum masyarakat. Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran
hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.
Misalnya: secara sengaja tidak membawa SIM dengan alasan hanya untuk
sementara waktu.
         
Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggran  terhadap
PP negara, karena hukum oleh negara dimuatkan dalam PP. Kasus tidak
membawa SIM berarti melanggar UU No.14 tahun 1992 tentang lalu
lintas. Kasus pelanggaran hukum banyak terjadi dalam masyarakat kita,
mulai dari kasus kecil seperti pencurian, perjudian sampai kasus besar
seperti korupsi dan pembunuhan.
         
Problema hukum yang lain adalah hukum dijadikan sebagai alat
kekuasaan. Hukum dibuat justru untuk melayani kekuasaan dalam negara,
dengan alih-alih telah berdasarkan hukum, tetapi peraturan yang dibuat
justru menyengsarakan rakyat, menciptakan ketidakadilan dan
menumbuhsuburkan KKN. Oleh karena itu, Gustav Radbruch
menyampaikan adanya tiga kaidah dalam memenuhi kaidah hukum yaitu:
gerechtigheit (unsur keadilan), zecmaessigkeit (unsur kemanfaatan), dan
sicherheit (unsur kepastian).

Tafsir Surat Al-Maidah, ayat 15-16


ُ ‫ب قَ> ْد َج> ا َء ُك ْم َر‬
‫س>ولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِ>>ي ًرا ِم َّما ُك ْنتُ ْم‬ ِ ‫يَا أَ ْه َل ا ْل ِكتَا‬
‫ب َويَ ْعفُو َعنْ َكثِي ٍر قَ> ْد َج> ا َء ُك ْم ِم َن هَّللا ِ نُ>>و ٌر‬ ِ ‫ون ِم َن ا ْل ِكتَا‬َ ُ‫تُ ْخف‬
‫س>بُ َل‬ُ ُ‫ض> َوانَه‬ ْ ‫) يَ ْه> ِدي بِ> ِه هَّللا ُ َم ِن اتَّبَ> َع ِر‬15( ٌ‫>اب ُمبِين‬ ٌ >َ‫َو ِكت‬
‫ت إِلَى ال ُّنو ِر بِإِ ْذنِ> ِه َويَ ْه> ِدي ِه ْم‬ ُّ ‫الس>اَل ِم َويُ ْخ> ِر ُج ُه ْم ِم َن ال‬
ِ ‫ظلُ َم>>ا‬ َّ
)16( ٍ ِ‫ستَق‬
‫يم‬ ْ ‫اط ُم‬ ِ ‫إِلَى‬
ٍ ‫ص َر‬

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami,
menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus.

Allah Swt. memberitakan perihal diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia telah
mengutus Rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) dengan membawa hidayah
dan agama yang hak kepada seluruh penduduk bumi, baik yang Arab maupun
yang 'Ajam, dan baik yang ummi maupun yang pandai baca tulis. Dia
mengutusnya dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan pemisah antara
perkara yang hak dan perkara yang batil. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

ِ ‫{يَا أَ ْه َل ا ْل ِكتَا‬
ُ ‫ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َر‬
‫س >ولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِ>>ي ًرا ِم َّما ُك ْنتُ ْم‬
ِ ‫ون ِم َن ا ْل ِكتَا‬
}‫ب‬ َ ُ‫تُ ْخف‬
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami,
menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. (Al-Maidah: 15)

3. Solusi Problematika Nilai, Moral, dan Hukum

  Problematika nilai, moral dan hukum merupakan masalah yang terjadi


karena kurangnya pendidikan karakter manusia yang baik. Sehingga ketika
manusia tersebut mendapatkan kekuasaan dan kedudukan ia tidak mampu
mengendalikan dirinya sendiri dan terjerumus ke dalam perbuatan yang
melanggar nilai, moral dan hukum. Masalah ini merupakan masalah yang
berkaitan dengan akhlak manusia indonesia. Keadaan ini juga didukung dengan
adanya krisis kepemimpinan di Indonesia karena masih sangat minim wakil rakyat
yang mampu memberikan hak-hak keadilan hukum kepada rakyatnya.

 Solusi yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi problematika nilai, moral


dan hukum diantaranya adalah:

1. Pencegahan (preventif) Solusi ini ditawarkan untuk mencegah terjadinya
problematika nilai, moral dan hukum. Salah satunya adalah menanamkan
pendidikan karakter yang baik sejak dini. Kegiatan ini dapat diterapkan
dengan memberikan pendidikan karakter disekolah, sehingga memberikan
pola pikir peserta didik untuk mencapai nilai kebaikan jika mereka
dewasa. Selain itu, pendidikan karakter akan membuat peserta didik
mampu mengembangan potensi yang dimiliki secara mandiri.

Sehingga mereka akan melakukan usaha yang positif untuk


mengoptimalkan potensi yang mereka miliki dan akan menghindari
kegiatan yang kurang bermanfaat. Dengan demikian peserta didik akan
menjauhi kegiatan yang menjerumus ke dalam pelanggaran nilai, moral
dan hukum.
2. Penanganan setelah terjadi Solusi atau langkah-langkah yang mungkin
dapat dilakukan apabila pelanggaran terhadap nilai, moral dan
hukum sudah terjadi. Diantaranya dengan memberikan sanksi bagi pelaku
pelanggaran atau bahkan memecat pegawai dari pekerjaannya jika di
melakukan pelanggaran terhadap kode etik.

Apabila pelanggaran berkaitan dengan hukum maka kebanyakan yang


dilakukan di Indonesia hanya menjatuhi hukuman penjara untuk
memberikan efek jera kepada pelanggar. Namun kebanyakan hukuman ini
tidak efektif karena pelaku masih melakukan pelanggaran serupa, setelah
mereka keluar dari penjara. Disini diperlukan penanganan khusus agar
setelah mereka keluar dari penjara, mereka menjalani kehidupan yang
lebih baik. Solusi yang mungkin ditawarkan adalah dengan memberikan
pelatihan keterampilan sewaktu pelaku menjalani hukuman di penjara
sehingga saat keluar dari penjara pelaku dapat menerapkan keterampilan
yang ia peroleh untuk melanjutkan hidupnya.

Permasalahan yang terjadi di masyarakat sekarang yaitu, seperti kurangnya


kedisiplinan dalam bekerja, berumah tangga yang kurang harmonis, mendidik
anak tidak dengan nilai keislaman atau kerukunan bersosial yang kurang. Lebih-
lebih dalam era globalisasi ini, nilai-nilai moral yang mulai melemah.

Masyarakat mengalami krisis yang dirasakan sangat parah adalah krisis


nilai-nilai moral. Jika di biarkan maka masalah akhlak dan moral akan muncul di
kalangan peserta didik pada berbagai tingkatan. Apabila pendidikan tidak berjalan
dengan baik, masalah ini disebabkan tidak adanya penekanan pada pendidikan
akhlak dan pendidikan agama.

Bukanlah tidak mungkin menyelesaikan masalah-masalah tersebut, harus


ada kesadaran setiap orang dalam menyelesaikan permasalahan yang tidak biasa
ini. Yaitu dengan mengetahui penyebab utamanya yang kemudian diadakan usaha
secara bersama dalam mencari solusinya.

Salah satu solusinya adalah dengan penanaman akhlak yang mulia


dimanapun anak berada. Baik di rumah, sekolah, masyarakat. Misalnya di
keluarga, orang tua mengajarkan akan keimanan, ketakwaan dan sopan santun. Di
sekolah bisa dilakukan dengan mengajarkan peserta didik akhlak kepada guru,
buku dan temannya. Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan setiap
urusan manusia, salah satunya yaitu tata cara dalam menjalani kehidupan ini.

Seorang pendidik atau guru harus memiliki nilai moral yang baik sebagai
contoh teladan dalam mendidik anak didik. Setiap perkataan harus dibarengi
dengan perbuatan sesuai dengan apa yang telah dikatakan sehingga siswa atau
peserta didik akan secara ikhlas dan pasti menirukan apa yang dikerjakan oleh
pendidik atau guru. Sebagai contoh tentang larangan merokok. Siswa akan mudah
menerima larangan secara lisan namun akan susah menerima ketika apa yang
dikerjakan pendidik tidak sesuai dengan apa yang dikatakan, karena remaja
sekarang lebih sulit untuk diberitahu atau dinasehati dalam hal yang positif.

Imam Al-Ghazali sangat menekankan pada pendidikan akhlak yang


dimulai dari akhlak pendidiknya dahulu. Imam Al-Ghazali juga berpendapat
bahwa seorang pendidik harus sesuai dengan ajaran dan pengetahuan yang diajar
pada murid atau siswanya.

Seorang pendidik dalam bidang agama dalam kehidupan sosial haruslah


memperhatikan setiap langkah yang dikerjakan, fikiranya, dan setiap
perkataannya. Dengan ini, pendidik akan memperlihatkan pengajaran yang lebih
tepat dari pada hanya sekedar mengajar dengan lidah. Seseorang yang mampu
mendidik dirinya sendiri adalah lebih baik dan terhormat.

Allah berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 44 yang artinya: “mengapa


kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir .Penjelasan ayat di atas sejalan dengan pendapat Imam al-Ghazali
dalam penerapannya sebagai pendidik, yaitu mengerjakan apa yang telah
diucapkannya atau diajarkan kepada muridnya.

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi Muhammad


SAW, dalam pembentukan akhlak yang mulia, Islam menetapkan bahwa
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebagaimana hadis Nabi yang
artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (budi pekerti)”,
(HR. At-turmudzi).

Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menjadikan manusia yang


beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, yang mengantarkan dia kepada
kebahagiyaan di dunia dan di akhirat. Di samping itu, sebagai umat Rasullullah
SAW, manusia dituntut untuk berprilaku sesuai dengan panutan umat manusia
atau suri tauladan (Uswatun Hasanah) demi mencapai kebahagiaan yang benar.
Ada beberapa metode pendidikan akhlak yang dapat digunakan dalam yaitu;
metode ceramah, metode keteladanan (uswatul Hasanah), metode pembiasaan,
metode nasehat, metode cerita, metode pemberian hadiah dan hukuman, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai