NIM : 105821103020
1. Makna Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang berarti tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu ditengah-tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain
keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Berikut beberapa pendapat
mengenai makna keadilan:
Agar tujuan kaidah hukum itu dapat terwujud dengan semestinya, atau
sesuai dengan harapan seluruh anggota masyarakat/ Negara maka harus ada
kepatuhan kepada kaidah hukum tersebut. Masyarakat perlu patuh dan menerima
secara positif adanya kaidah hukum. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana
kehidupan manusia tanpa adanya kaidah hukum.
ISTIMEWA
ISTIMEWA
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu, bapak, dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)
atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa: 135)
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah: 8)
ISTIMEWA
Dِ هَّللاDنDَ D ِمD ٍلD D ْبD َحDِاَّل بDِ إDاDوD DُفDِقDُ ثD اDD َمDنDَ D ْيDَ أDَُّةD لD ِّذDلD اD ُمD ِهD ْيDَ لD َعDت Dْ Dَ بD ِرDض ُ
Dْ Dَ بD ِرDDض
Dت Dُ D َوDِ هَّللاDنDَ D ِمDب ٍ DDضD Dَ D َغDِ بDاD وD ُءDاDDDَ بD َوDس ِ DَّاDنDلD اDنDَ D ِمDلDٍ DDْD بD َحDَو
Dِ هَّللاDت َ Dِ لD َذDٰ Dۚ DُةDَ نD َكD ْسD َمD ْلD اD ُمD ِهD ْيDَ لDَع
ِ DاDDDَيD آDِ بDنDَ D وD ُرDُ فD ْكDَ يDاDوDُنD اD َكD ْمDَُّهDنDَ أDِ بDك
DاDوDُنD اDD َكDوDَ D اDوDْ D صD
Dَ D َعD اD َمDِ بDك َ Dِ لD َذDٰ Dۚ Dق
ٍّ D َحD ِرD ْيD َغDِ بD َءDاDَ يDِ بD ْنDَ أْلD اDنDَ DوDُلDُ تD ْقDَ يDَو
DنDَ D وD ُدDَ تD ْعDَي
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.
1. Pelanggaran Etik
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan
membuat serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Kode
etik merupakan bentuk aturan tertulis secara sistematik sengaja dibuat
sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang ada. Contohnya: kode etik guru,
kode etik wartawan, kode etik insinyur dan sebagainya.
Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normatif etik yang
seharusnya dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi diperlukan
untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalahgunaan keahlian. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal
sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh dan ujungnya
akan berakhir dengan tidak adanya respek maupun kepercayaan yang
pantas diberikan kepada para elite profesional tersebut.
Meskipun telah memiliki kode etik, masih ada seseorang yang
melanggar kode etiknya sendiri. Misal seorang dokter melanggar kode etik
dokter, pelanggaran etik tidak akan mendapat sanksi lahiriah akan tetapi
biasanya mendapat sanksi etik seperti menyesal, rasa bersalah, malu. Dan
akan mendapat sanksi etik dari lembaga profesi seperti teguran, dicabut
keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut.
2. Pelanggaran Hukum
Problema hukum yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya
kesadaran hukum masyarakat. Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran
hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.
Misalnya: secara sengaja tidak membawa SIM dengan alasan hanya untuk
sementara waktu.
Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggran terhadap
PP negara, karena hukum oleh negara dimuatkan dalam PP. Kasus tidak
membawa SIM berarti melanggar UU No.14 tahun 1992 tentang lalu
lintas. Kasus pelanggaran hukum banyak terjadi dalam masyarakat kita,
mulai dari kasus kecil seperti pencurian, perjudian sampai kasus besar
seperti korupsi dan pembunuhan.
Problema hukum yang lain adalah hukum dijadikan sebagai alat
kekuasaan. Hukum dibuat justru untuk melayani kekuasaan dalam negara,
dengan alih-alih telah berdasarkan hukum, tetapi peraturan yang dibuat
justru menyengsarakan rakyat, menciptakan ketidakadilan dan
menumbuhsuburkan KKN. Oleh karena itu, Gustav Radbruch
menyampaikan adanya tiga kaidah dalam memenuhi kaidah hukum yaitu:
gerechtigheit (unsur keadilan), zecmaessigkeit (unsur kemanfaatan), dan
sicherheit (unsur kepastian).
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami,
menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus.
Allah Swt. memberitakan perihal diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia telah
mengutus Rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) dengan membawa hidayah
dan agama yang hak kepada seluruh penduduk bumi, baik yang Arab maupun
yang 'Ajam, dan baik yang ummi maupun yang pandai baca tulis. Dia
mengutusnya dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan pemisah antara
perkara yang hak dan perkara yang batil. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
ِ {يَا أَ ْه َل ا ْل ِكتَا
ُ ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َر
س >ولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِ>>ي ًرا ِم َّما ُك ْنتُ ْم
ِ ون ِم َن ا ْل ِكتَا
}ب َ ُتُ ْخف
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami,
menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. (Al-Maidah: 15)
1. Pencegahan (preventif) Solusi ini ditawarkan untuk mencegah terjadinya
problematika nilai, moral dan hukum. Salah satunya adalah menanamkan
pendidikan karakter yang baik sejak dini. Kegiatan ini dapat diterapkan
dengan memberikan pendidikan karakter disekolah, sehingga memberikan
pola pikir peserta didik untuk mencapai nilai kebaikan jika mereka
dewasa. Selain itu, pendidikan karakter akan membuat peserta didik
mampu mengembangan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Seorang pendidik atau guru harus memiliki nilai moral yang baik sebagai
contoh teladan dalam mendidik anak didik. Setiap perkataan harus dibarengi
dengan perbuatan sesuai dengan apa yang telah dikatakan sehingga siswa atau
peserta didik akan secara ikhlas dan pasti menirukan apa yang dikerjakan oleh
pendidik atau guru. Sebagai contoh tentang larangan merokok. Siswa akan mudah
menerima larangan secara lisan namun akan susah menerima ketika apa yang
dikerjakan pendidik tidak sesuai dengan apa yang dikatakan, karena remaja
sekarang lebih sulit untuk diberitahu atau dinasehati dalam hal yang positif.