Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“DEMAM KEJANG”

DOSEN PENGAMPU

Disusun Oleh :

Karina Dwi Hapsari (1901014)

M. Ega Mahendra (1901016)

Riris Ayu Setyowati (1901021)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEMESTER III

Jln. R. Soekarno No. 46, Sambiroto, Kec.Tembalang, kota Semarang, Jawa Tengah
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 19 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa menakutkan pada kebanyakan
orang tua karena kejadianya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tau
harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhurektal > 38) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang
orang tua khawatir jika anaknya panas , apakah nanti akan kejang atau tidak .Dari
penelitian , kejang demam sendiri telah terlalu besar yaitu sekitar 2-4% artinyadari
100 anak dengan demam ada sekitar 2-4% yang mengalami kejang. Kejang demam
terjadi pada usia 6 bln- 5 thn dan terbanyak terjadi pada usia 17-23bln saat
menghadapi si kecil yang sedang kejang sedapat mungkin cobalah bersikap tenang.

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan umur, serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain pada otak. Demam adalah
kenaikan suhu tubuh di atas 38°C rektal atau di atas 37,8°C aksila.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kejang demam ?
2. Apa saja klasifikasi kejang demam ?
3. Apa etiologic dari kejang demam ?
4. Bagaimana patofisiologi kejang demam ?
5. Bagaimana manifestasi klinis kejang demam ?
6. Bagaimana komplikasi kejang demam ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kejang demam ?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk kejang demam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kejang demam
2. Untuk mengetahui klasifikasi kejang demam
3. Untuk mengetahui apa etiologic kejang demam
4. Untuk mengetahui patofisiologi kejang demam
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kejang demam
6. Untukmengetahui apa saja komplikasi kejang demam
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada kejang demam
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang demam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial maupun
ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5
tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan. berhubungan dengan demam tanpa
adanya bukti-bukti infeksi atau sebab yang jelas di intrakranial. Kejang disertai demam
pada anak yang sebelumnya menderita kejang tanpa demam tidak termasuk dalam
kategori ini.

B.Klasifikasi

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Ciri – ciri kejang ini adalah :
a) Kejang berlangsung singkat
b) Umurnya serangan berhenti sendiri dalam waktu >10 menit
c) Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini :
a) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
b) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

C.Etiologi

Etiologi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang memicu eksitasi sel saraf otak
sehingga menimbulkan kejang. Semua kenaikan suhu tubuh bisa menyebabkan kejang
demam. Kenaikan suhu ini paling sering disebabkan oleh:

 Infeksi
Infeksi virus lebih sering menyebabkan demam yang berujung pada kejang demam
bila dibandingkan dengan infeksi bakteri. Infeksi virus menyebabkan kenaikan suhu
tubuh yang tinggi, seperti contohnya adalah campak, cacar air dan rubella.

D.Patofisiologi

Patofisiologi kejang demam masih belum diketahui dengan jelas. Kejang demam
merupakan salah satu bentuk unik dari kejang yang berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh. Faktor predesposisi yang diduga menyebabkan kejang demam adalah
genetik.
Studi pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara pirogen
endogen seperti interleukin 1-beta dan peningkatan aktivitas sel saraf yang
mengakibatkan demam dan aktivitas kejang.

E.Manifestasi Klinis

1. sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit.


2. Sering sewaktu suhu tubuh meningkat cepat, tetapi pada sebagian
anak, tanda pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang lain,
kejang terjadi saat demam menurun.
3. kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya
kejang khas menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit.
4. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti
proses infeksi atau toksik.
5. Mata terbalik ke atas disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan
terulang.

F. Komplikasi

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15
menit) yaitu:

1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi
artrial, suhu tubuhmakin meningkat

G.Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit,


dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada keajng demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkankemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi:
a) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
b) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali pastibukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologist karena hamper semuanya menunjukkan gambaran
normal. CT-Scan atau MRI direkomendasiakan untuk kasus kejang fokal
untuk mencari lesi organic di otak.

H.Penatalaksanaanan

1. Medis
A. Pengobatan saat terjadi kejang
 Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif
dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian :
 5mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
>3tahun
 Atau 5mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak
dengan BB >10 KG- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
Diazepam intravena diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan -lahan dengan kecepatan
0,5-1 mg per menit untuk menghindari depresi pernafasan. Bila
kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikkan.
Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak
masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM
karena tidak diabsorbsi dengan baik.
 Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15
mg/kgBB perlahan – lahan. Kejang berlanjut dapat diberikan
pentobarbital 50mg IM dan pasang ventilator bila perlu.

B. Setelah kejang berhenti

Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan


denganpengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejangdemam. Obat yang diberikan berupa :

 Antipiretik, parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan


4 kali atautiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek
samping berupa hyperhidrosis.Dan Ibuprofen 10mg.kgBB/kali diberikan 3
kali
 Antikonvulsan, berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saatdemam menurun resiko berulangnya kejang.

C. Bila kejang berulang

Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproate dengan


dosis asamvalproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan
fenobarbital 3-5 mg/kgBB/haridibagi dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan
pengobatan rumatan adalah :

 Kejang lama >15 menit


 Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus
 Kejang fokal
 Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy

Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk :

 Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam


 Kejang demam terjasi pada bayi <12 bulan.

2. Keperawatan

Perawat memberikan Asuhan Keperawatan dengan Pembebasan jalan nafas dengan


cara kepala dimiringkan, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir, Pemberian
kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres diletakan pada jaringan
penghantar panas, dan Tirah baring.

SOP WATER TEPID SPONGING (WTS)

TUJUAN Meningkatkan kontrol panas tubuh melalui evaporasi dan


konduksi

PERALATA 1.      Baskom mandi


N
2.      Bantal tahan air

3.      Air hangat (37 derajat Celsius atau 98,6 derajat


Fahrenheit)

4.      Handuk

5.      Thermometer mandi

6.      Etil alcohol (K/P)

7.      Lap mandi

8.      Thermometer

9.      Sarung tangan

PROSEDUR 1.      Cuci tangan dan kenakan sarung tangan


TINDAKAN

2.      Jelaskan pada klien tentang tujuan dan prosedur


tindakan

3.      Tutup tirai atau pintu ruangan

4.      Ukur suhu dan nadi klien

5.      Letakkan bantal tahan air dibawah klien, dan lepas


pakaian klien

6.      Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yang


tidak di kompres

7.      Periksa suhu tubuh

8.      Celupkan lap mandi dalam air dan letakkan  lap yang


sudah basah pada masing-masing aksila dan lipatan paha.
Bila menggunakan bak mandi, rendam klien selama 20-30
menit

9.      Dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5


menit. Periksa respon klien. Ekstremitas ditutup dengan
lap mandi dingin

10.  Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu


tubuh klien. Observasi respon klien terhadap terapi

11.  Lanjutkan untuk mengompres ekstremitas


lain,punggung dan bokong selama 3-5 menit.kaji ulang
suhu dan nadi selama 5 menit

12.  Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila


dan lipatan paha

13.  Bila suhu tubuh turun sedikit diatas normal, hentikan


prosedur

14.  Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara


menyeluruh. Selimuti klien dengan handuk dan selimut

15.  Ganti peralatan dan linen bila basah

16.  Catat bahwa prosedur telah dilakukan


BAB III

Asuhan Keperawatan Demam Kejang

A. Pengkajian

Pengkajian Fokus

1. Aktifitas dan istirahat


Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja
yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan
kesehatan atau orang lain.
Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter.
2. Sirkulasi atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot
Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis Postiktal : tanda-tanda fital
normal atau depresi dengan penurunan.
3. Eliminasi nadi dan pernafasan.
Gejala : inkontinensia episodic Tanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan
kandung kemih tonus spingfer b. postikal adalah otot relaksasi yang
mengakibatkan inkontinensia (baik urin atau Fekal).
4. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang.
Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang).
5. Nyeri atau kenyamana
Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku
distraksi atau gelisah
6. Pernafasan
Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat
peningkatan sekresi mucus.
7. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme,
ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis, penurunan
energy, dan kecemasan.
3. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia, hipoksia jaringan,
kegagalan mekanisme pertahanan tubuh.
C. Intervensi keperawatan

No. Diagnosis Kriteria hasil Intervensi keperawatan


keperawatan
1. hipertermia Setelah dilakukan tindakan OBSERVASI
berhubungan selama 3 x 24 jam  Identifikasi penyebab
dengan dehidrasi, diharapkan status cairan hipertermia
peningkatan laju membaik dengan kriteria  Monitor suhu tubuh
metabolisme, hasil:  Monitor kadar elektrolit
ketidaksesuaian  Monitor haluaran urine
pakaian dengan 1. Kekuatan nadi meningkat TERAPEUTIK
suhu lingkungan. 2. Output urine menurun  Longgarkan atau
3. Akral dingin menurun lepaskan pakaian
4. Bunyi napas tambahan  Berikan cairan oral
menurun
 Ganti linen setiap hari
5. Tekanan nadi membaik
atau lebih sering jika
mengalami hiperdrosis
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
EDUKASI
 Anjurkan tirah baring

KOLABORASI
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu.

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan OBSERVASI


efektif berhubungan selama 3 x 24 jam  Monitor frekuensi, irama,
dengan gangguan diharapkan pola napas kedalaman dan upaya
neurologis, membaik dengan kriteria napas
penurunan energi, hasil:  Auskultasi bunyi napas
dan kecemasan  Monitor pola napas
1. Kapasitas vital  Monitor saturasi oksigen
meingkat
2. Frekuensi napas TERAPEUTIK
membaik  Atur interval pemantauan
3. Penggunaan otot respirasi sesuai kondisi
bantu napas menurun pasien
4. Kedalaman napas  Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan

EDUKASI
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan
No. Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
3. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan OBSERVASI
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi area
disfungsi biokimia, jam diharapkan dengan lingkungan yang
hipoksia jaringan, kriteria hasil : berpotensi
kegagalan mekanisme 1. Kejadian cedera menyebabkan cedera
pertahanan tubuh menurun 2. Identifikasi obat yang
2. Ketegangan otot berpotensi
menurun menyebabkan cedera
3. Gangguan mobilitas 3. Pertahankan posisi
menurun tidur di posisi terendah
4. Tekanan darah saat digunakan
membaik 4. Diskusikan mengenai
5. Frekuensi nadi latihan dan terapi fisik
membaik yang diperlukan
6. Frekuensi napas 5. Diskusikan bersama
membaik anggota keluarga yang
7. Pola tidur/istirahat dapat mendampingi
membaik pasien
6. Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai>38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial maupun
ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5
tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan. Kejang demam diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan Kejang
demam kompleks (complex febrile seizure). sebagian besar kejang demam terjadi
dalam 24 jam pertama sakit. Kejang demam yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya & tidak menimbulkan gejala sisa.

B. Saran
Sangat diharapkan adanya pengawasan dan penatalaksaan menyeluruh dari kelompok
yang beresiko tinggi untuk tipe kejang demam, untuk hal ini diperlukan kerjasama
yang baik antara orang tua penderita, keluarga, dan pihak medis.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Http://panduankeperawatan.com/asuhan-


keperawatan/asuhan-keperawatan-kejang-demam/ , 15 Februari 2015.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Vol.3.Jakarta : EGC ; 2002.

Anda mungkin juga menyukai