Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PATIENT SAFETY

“INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)”

Di susun oleh :

1. Riris Ayu S. (1901021)


2. Atin Nur S. (1901027)

STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

PRODY D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
SISTEM INFORMASI KESEHATAN.

Makalah ini dibuat dengan materi di bebarapa buku maupun internet .Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangunkami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian terima
kasih.
Daftar isi

KATA PENGANTAR     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Rumusan Masalah     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 
C.     Tujuan     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian insiden keselamatan pasien . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien      . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Jenis insiden keselamatan pasien
D. dasar hukum    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan     . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Saran ………………………………………………………………………..
Daftar pustaka  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di
negara berkembang, seperti Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri


Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi
tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi
manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.

Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit
yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya:
asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak
dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem
yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.

Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut,


maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis
rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing
error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang di maksud dengan insiden keselamatan pasien ?


b. Bagaimana tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien ?

c. Apa saja jenis insiden keselamatan pasien ?

d. Bagaimana dasar hokum insiden keselamatan pasien ?

C. TUJUAN PENULISAN

a. Mengetahui maksud insiden keselamatan pasien


b. Mengetahui tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien
c. Mengetahui jenis insiden keselamatan pasien
d. Mengetahui dasar hukum insiden keselamatan pasien
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Insiden Keselamatan Pasien

Insiden keselamatan pasien yaitu kejadian atau situasi yang dapat berpotensi mengakibatkan
cedera yang tidak seharusnya terjadi. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008, adapun
beberapa jenis insiden yaitu Kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera
(KNC). Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis. Dan kejadian nyaris cedera
(KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).

Penyelenggaraan keselamatan pasien khususnya dalam manajemen kesalahan manusia atau


management of human error, dapat dikatakan efektif apabila telah dilaksanakan dengan
proses belajar yang kolektif dari kesalahan yang pernah terjadi, baik belajar dari kejadian
nyaris cedera maupun kejadian yang mengakibatkan kerugian bagi pasien tersebut (Mark,
2001).

Proses belajar dari kesalahan yang baik membutuhkan penentuan strategi tindak lanjut yang
efektif sesuai dengan identifikasi kejadian keselamatan pasien yang terjadi di rumah sakit.
Tindak lanjut yang efektif, tergantung pada sistem pelaporan kejadian keselamatan pasien
pada masing-masing rumah sakit tersebut. Jika sebuah rumah sakit hanya mengumpulkan dan
melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ adverse event saja, dan mengabaikan
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/ near miss, maka hal tersebut akan mengakibatkan rumah
sakit 3 akan kehilangan sumber data yang paling berharga dalam mengidentifikasi prioritas
penyelenggaraan program keselamatan pasien yang efektif (Marella, 2007).
B. TUJUAN PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

a. Tujuan Umum :

1) Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KNC, KTC dan KPC) 2) Meningkatnya
mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

b. Tujuan Khusus :

1) Rumah Sakit (Internal)

a) Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di rumah sakit.

b) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah

c) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat mencegah
kejadian yang sama dikemudian hari.

2) KKPRS (Eksternal)

a) Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien (KTD, KNC, KTC)

b) Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien


bagi rumah sakit lain.

c) Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk rumah sakit di


Indonesia.

C. Jenis-jenis insiden keselamatan pasien

Adapun jenis – jenis insiden dalam keselamatan pasien adalah

1) Kondisi Potensial Cidera - KPC (A reportable circumtance) adalah situasi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi cidera dan kondisi atau situasi ini
termasuk yang perlu untuk dilaporkan contohnya ruangan ICU yang sangat sibuk tetapi
jumlah personil selalu kurang (understaffed), penempatan defibrilator di IGD ternyata
diketahui bahwa alat tersebut rusak, walaupun belum diperlukan,

2) Kejadian Nyaris Cidera – KNC (A near Miss) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar atau terkena pasien, contohnya unit transfusi darah sudah terpasang pada
pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera diketahui sebelum transfusi dimulai
sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,

3) Kejadian Tidak Cidera – KTC (A No Harm Incident) adalah suatu insiden yang sudah
terpapar ke pasien tetapi tidak timbul cidera, contohnya darah transfusi yang salah sudah
dialirkan tetapi tidak timbul gejala inkompatibiltas,

4) Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (A Harmful incident/adverse event) adalah insiden


yang mengakibatkan cidera pada pasien, contohnya transfusi yang salah mengakibatkan
pasien meninggal karena reaksi hemolysis.

Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar ini
diusun merujuk pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh “Joint
Comission on Accreditation of Health Organizations, Illionis, USA, tahun 2002 dan di
Indonesia sudah dijadikan Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit. Dalam penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen
Akreditasi Rumah Sakit.Adapun standar tersebut adalah sebagai berikut :

1) Hak Pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

4) Penggunaaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien Standar
keselamatan pasien di atas jika diurai satu per satu maka akan lebih jelas maksud dan
tujuannya.
1) Standar I :

Hak Pasien Standar :

Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Kriteria :

a. Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan

b. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2) Standar II : Mendidik pasien dan keluarga Standar : Rumah Sakit harus mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan


pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarga tentang kewajiban dan tanggungjawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

b. Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab pasien dan keluarga

c. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e. Memenuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati


3) Standar III : Keselamatan Pasien dan kesinambungan pelayanan Standar : Rumah sakit
menjamim kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.

Kriteria :

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk


memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.

4) Standar IV : Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien Standar :

Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian
Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien. Kriteria :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor – faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”.

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi terkait dengan semua Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5) Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Standar :

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara


terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit”

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja


rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian,
mulai “Kejadian Nyaris Cedera” (NearMiss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan”
(AdverseEvent)

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian
Nyaris Cedera” (NearMiss)dan “Kejadian Sentinel” pada saat program keselamatan pasien
mulai dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani


“Kejadian Sentinel” (SentinelEvent) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”

g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.

i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6) Standar VI : Mendidik staf tentang keselamatan pasien Standar :

a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.

b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk


meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.

Kriteria :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan serta orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing – masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
in – service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

7) Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Standar :

a. Rumah sakit merencanakan dan merancang proses manajemen informasi keselamatan


pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan merancang proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada

D. Dasar hukum

 Undang -Undang Rl No. 44 tahun 2009 ttg RS


 Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 tahun 2009 ttg Keselamatan Pasien, BAB VI :
Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Insiden keselamatan pasien yaitu kejadian atau situasi yang dapat berpotensi
mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi. Menurut Departemen Kesehatan
RI tahun 2008, adapun beberapa jenis insiden yaitu Kejadian tidak diharapkan (KTD)
dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event
yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis. Dan kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss
merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).

B. SARAN

Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah


sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah
di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham Gary F. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Cunningham Gary F,


Gant Norman F, dkk, editor. Williams Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC; 2005. hal 624-73.

Dr. Erwin Santosa, Sp.A. 2015. Kuliah Manajemen Risiko.S2 Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT (Patient Safety).

Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
DENGAN. (2011).

Anda mungkin juga menyukai