Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. “M”


DENGAN FEBRIS DI RUANG KELAS II
RSUD SUNGAI BAHAR

Laporan PKL
Laporan ini dibuat sebagai salah satu persyaratan
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
SMK NEGERI 2 Muaro Jambi

Oleh :

NUR PIDA SIMARE MARE

NISN.0025056963

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI


SMK NEGERI 2 MUARO JAMBI
Tahun Ajaran : 2019/2020

i
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PKL

Nama : Nur Pida Simare Mare


NISN :-
Jurusan : Program Studi Ilmu Kesehatan
Judul Laporan : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. “M” dengan Febris Di
Ruang Kelas II RSUD Sungai Bahar

Sungai Bahar, Mei 2020


Penguji Laporan Pembimbing Laporan

Iin Sindawati,S.ST Ns. Juriyah,S.Kep

Diketahui dan Disahkan Oleh,

Kepala SMKN-2 Clinikal Istruktur


Muaro Jambi RSUD Sungai Bahar

Lasa Siagian,M.Pd Durrotul Baidho,Am.Kep


NIP. 196812101995121002 NIP.198527122011012010

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga praktek kerja lapangan ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny. “M”
dengan diagnose Febris di Ruang Kelas II RSUD Sungau Bahar. Harapan penulis
dengan diselesaikannya laporan ini, semoga dapat memberi manfaat baik untuk
diri sendiri maupun orang lain agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai dunia
kerja dalam bidang kesehatan ataupun pembaca yang bisa menjadikan laporan ini
sebagai referensi.
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD Sungai Bahar Tahun
Pelajaran 2019/2020 disusun dengan memnuhi sebagian persyaratan untuk
mengikuti ujian kompetensi keahlian program keperawatan di SMK NEGERI 2
Muaro Jambi.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di RSUD Sungai Bahar dan
ditempatkan dibeberapa ruangan yang ada di RSUD Sungai Bahar yang mewakili
Poli Umum, Ruang IGD, Ruang Kebidanan Kelas III, Ruang Perawatan Penyakit
Dalam, Ruang Perawatan Anak.
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Lasa Siagian, M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 2 Muaro Jambi yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di RSUD Sungai
Bahar.
2. Ns.Juriyah, S.Kep selaku pembimbing yang telah membimbing,
memberikan masukan-masukan, memberikan motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Iin Sindawati, S.ST selaku Kaprodi kesehatan sekaligus penguji laporan
ini.
4. Seluruh karyawan RSUD Sungai Bahar.
5. Teman-teman, serta semua pihak yang terkait.

iii
Atas kekurangan dan kelebihan dari pembuatan laporan ini penulis
mengharapkan segala kritik dan sarannya, penulis juga mengucapkan terimakasih
untuk dukungan dan motivasinya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL ini.

Sungai Bahar, 1 Mei 2020


Penulis

Nur Pida Simare Mare

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan PKL...............................................................................1
1.3 Manfaat PKL.............................................................................2
1.4 Ruang Lingkup..........................................................................2
1.5 Metode Pengumpulan Data......................................................3
1.6 Lokasi.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologis..............................................................5
2.2 Definisi........................................................................................10
2.3 Etiologi........................................................................................11
2.4 Klasifikasi ..................................................................................12
2.5 Patofisiologi................................................................................12
2.6 Pengobatan.................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan........................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Pemicu.............................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................32
BAB V Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan................................................................................34
4.2 Saran...........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dilakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan pada SMK N 2
MUARO JAMBI Pada Jurusan Kesehatan tersebut maka penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar harus mengacu pada standar kopetensi pendidikan
menengah kejuruan yang meliputi :
a. Keimanan dan ketakwaan pada tuhan yang maha esa
b. Penguasaan materi pembelajaran sesuai yang tercantum dalam susunan
program
c. Pengembangan penguasaan pengetahuan dan kemampuan nalar
d. Penguasaan dan pengembangan keterampilan yang di cirikan dengan
ketaatan pada prosedur, tepat waktu, tahan bosan, akurasi dan teliti
e. Pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat

1.2 Tujuan PKL


a. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap Ny. M dengan
diagnose Febris agar dapat di Implementasi di lapangan kerja

b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan
diagnosa Febris penulis mampu :
a. Melaksanakan pengkajian mengumpulkan data memvalidasi
data serta mengindentifikasi data

1
b. Merumuskan diagnose keperawatan terhadap masalah yang
muncul baik aktual maupun potensial berdasarkan prioritas
masalah
c. Membuat perencanaan berdasarkan prioritas masalah sesuai
kebutuhan klien
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan tepat

1.3 Manfaat PKL


1. Bagi Penulis
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi pengalaman belajar
dalam meningkatkan keterampilan penulis dalam memberi asuhan
keperawatan pada Ny. M di ruang kelas II RSUD Sungai Bahar.
2. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sumber informasi bagi instusi
pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di
masa yang akan datang.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai dalah satu alternatif dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada
pasien Febris.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil laporan ini dapat menambah keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Febris.

1.4 Ruang Lingkup PKL


Ruang lingkup masalah dalam kasus ini terbtas pada pemberian
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Febris yang meliputi tahap
pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi dan evaluasi.

2
1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus
yaitu dengan metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian
atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun
teknik-teknik yang digunakan adalah cara :
 Metode Library Research : melalui media buku-buku dan
perpustakaan
 Metode Observasi : melalui pengamatan langsung
kepada tiap-tiap perubahan yang
terjadi pada klien
 Metode Wawancara : melakukan wawancara atau
tanya jawab kepada klien
ataupun keluarga klien.

3
1.6 Lokasi PKL
Lokasi PKL bertempat di RSUD Sungai Bahar Jalan Poponatawijaya,
Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi
Jambi.

Gambar 1 : Denah Lokasi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2 : Saluran Pencernaan Manusia

Sistem pencernaan atau system gastrointestinal ( mulai dari mulut sampai


anus ) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem

5
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan,
yaitu pancreas, hati, dan kandung empedu.

A. Mulut (oris)
Mulut merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan,
dimulut berlangsung dua jenis pencernaan yaitu : pencernaan mekanik dan
pencernaan kimia. Pencernaan mekanik yang dilakukan oleh gigi dan
lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot-otot dan pipi untuk
mencampur makanan dengan air ludah sebelum makanan ditelan.
Pencernaan kimia dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pencacahan amilum
manjadi maltose. Di dalam mulut terdapat aksesoris-aksesoris pencernaan
yaitu : lidah, kelenjar ludah dan gigi.
B. Tenggorokan (faring)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limsofit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Ke atas bagian depan berhubungan dengan
perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nesofaring. Bagian media disebut orofaring, bagian
ini berbatas kedepan sampai di akar lidah bagian interior.
C. Eshopagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya kurang lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung. Eshopagus terletak dibelakang trakea dan di
depan punggung setelah toraks menembus diafragma masuk ke dalam
abdomen menyambung dengan lambung.
D. Lambung (gaster)
Lambung terdiri dari bagian atas disebut fundus uteri berhubungan
dengan esophagus melalui orifisum pilorik, terletak di bawah diafragma,
didepan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri. Fungsi
lambung yaitu :

6
a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic ;ambung dan getah lambung.
b. Getah cerna yang dihasilkan :
 Pepsin berfungsi memcah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton)
 Asam garam (HCL) berfungsi mengasamkan makanan,
sebagan anti septic dan desinfektan, membuat susanan
asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
 Renin berfungsi sebagai ragi yang membekukan kasien
dari kesiogen.
 Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.
E. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lender (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa
(sebelah kanan), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot
memanjang ( M longitudinal ) dan lapisan serosa ( sebelah luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri
dari pipa berotot (>6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan
makanan. Terbagi atas usus dua belas jari (duodenum), usus tengah
(jejunum), usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkan ke usus kosong
(jejunum), bagian usus dua belas jari merupakan bagisn terpendek dari

7
usus halus, dimulaidari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selput peritoneum, pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat Sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas dan kantong empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus,
makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pyloris dalam
jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus, jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b) Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesentorium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membrane mucus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjat brunner. Secara histology puka dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan pkal pleyeri.
Sedikit susah membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis.
c) Usus Penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4
meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan

8
oleh usus buntu. Ileum berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.

F. Usus Besar (kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rectum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desenden (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya
bakteri terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna makanan beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membantu zat-zat penting,
seperti vitamin K. bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bekteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lender air dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (bahasa latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung dan beberapa jenis reptile. Sebagian besar herbivore
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eklusif memiliki yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu, infeksi pada organ ini disebut apedisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalan rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam manusia, umbai cacing adalah ujung buntu

9
tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi 2-20 cm. walaupun apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ


vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai
fungsi dalam sitem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal
dengan apendiktomi.

I. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar


(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rectum ini kosong karena
tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi yaitu kolon desendes. Jika kolon
desendes penuh dan tinja masuk ke dalam rectum, maka timbul keinginan
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rectum karena
penumpukan material di dalam rectum akan memicu system saraf yang
menimbulkan keinginan desekasi. Jika defekasi tidak terjadi seringkali
material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan. Jika defekasi tidak tejadi diwaktu yang lama, konstipasi
dan pergeseran feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua
bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sprinter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

2.2 Definisi

10
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk kedalam tubuh ketika suhu meningkat melibihi suhu tubuh kita,
ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5o C). demam
adalah prose salami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk kedalam
tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2o C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun
obat-obatan (surinah dalam harteni, 2015)

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal


sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan infeksi (sodikin
dalam wardiyah).

2.3 Etiologi

Etiologi demam typhoid adalah salmonella thypi (s.thypi) 90% dan


salmonella parathypi (S. Parathypi A dn B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu.
Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 60o selama 15-20 menit.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien yang membuat anibody atau aglutinin
yaitu :

a) Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat akibat rangsanagn antigen O


(berasal dari tubuh kuman)
b) Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H
( berasal dari flagel kuman)
c) Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

11
Dari ketiga aglitinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditemukan
titernya untuk didiagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita
thypoid.

2.4 Klasifikasi

a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Menifestasi klinis pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di
bawah kulit seperti petekie, hematoma dan pendarahan dari tempat lain.
c. Derajat III :
Manifestasi klinis pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi
kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi
dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinis pada derajat III ditambah dengan ditemukannya
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak teratur dan nadi
tak teraba.

2.5 Patofisiologi

Bakteri salmonella typhi bersama makanan dan minuman masuk dalam


tubuh melalui mulut. Pada saat melelwati lambung dengan suasana asam (pH<2)
banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan aklohidiria, gastrektomi,pengobatan
dengan antagonis resptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau atnasida dalam
jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup
akanmencapai usus halua. Di usus halus bakteri melekat pada sel-sel mukosa
kemudaian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya ileum dan
jejunum. Sel-selM, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s patch, merupakan

12
tempat internalisasi salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentarika bahkan ada yang melewati
sirkulasi siatematik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella
typhi mengalami multipikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel
limfe, kelenjar limfe mesentarika, hati dan limfe (saoedarmo, sumarno s poorwo,
dkk. 2012. Buku ajar infeksi dan perdiatri tropis. jakarta : IDAI)

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya


ditentukan jumlah dan virulensi kukan serta respons imun pejamu maka
salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan mealui duktus torasikus masuk
ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara lain organisme dapat mencapai organ
manapun, akan tetapi tempat yang disukai salmonella typhi adalah hati, limpa,
sum-sum tulang belkanag, kandung empedu dan peyer’s patch dari ileum
terminal. Invasi kandung empedu baik secara langsung dari darah atau penyebaran
retrogard dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang
dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalan potogenesis
demam thypoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tida terdeteksinya
endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan imulus diduga
endotoksin dan salmonella typhi mengstimulasi makrofag di dala hati , limpa,
folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi
sitokin dan zat-zat lainnya. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan
nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang,
kelainan pada darah.

2.5 Pengobatan
Cara mengompres yang benar :

a. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es


b. Kompres dibagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan
c. Yang telah dibasahi air hangat
d. Gosok-gosokan sapu tangan di bagian perut dan dada

13
e. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahi dengan air
hangat.

Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika


golongan chlorampenicol dengan dosisi 3-4 x 500 mg/hari; pada anak
dosisnya adalah 50-100 mg/kg berat badan/hari. Jika hasilnya kurang
memuaskan dapat memberikan obat seperti :
1) Tiamfenikol, dosis dewasa 3 x 500 mg/hari, dosis anak : 30-50
mg/kg berat badan/hari.
2) Ampisilin, dosis dewasa 4 x 500 mg, dosis anak 4 x 500-100
mg/kg berat badan/hari.
3) Kotrimaksasol ( sulfametaksasol 400 mg + trimetropim 80 mg )
diberikan dengan dosisi 2 x2 tablet/hari.

Dan untuk pencegahan agar tidak terjangkit penyakit febris perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1) Harus menyediakan air yang memnuhi syarat. Misalnya, diambil


dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang
terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Apabila
menggunakan air yang harus dimasak terlebih dahulu maka
dimasaknya harus 1000C.
2) Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah.
3) Upayakan tinja dibuang pada tempatnya dan jangan pernah
membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat
karena lalat akan membawa bakteri salmonella typhi.
4) Bila dirumah banyak lalat, basmilah hingga tuntas.
5) Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan ( gizi yang cukup, tidur
cukup dan teratur, olah raga secara teratur 3-4 kali seminggu ).
Hindarilah makanan yang tidak bersih. Belilah makanan yang
masih panas sehingga menjamin kebersihannya. Jangan banyak
jajan makanan/minuman di luar rumah.

14
2.6 Penatalaksanaan

Pada dasarnya menurunkan demam pada pasien dapat dilakukan secara fisik,
obat-obatan maupun kmbinasi antara keduanya.

a. Secara fisik
Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
Pakaian anak diusahakan tidak tebal.
Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat.
Memberikan kompres.
b. Obat-obatan
Pemberian obat yang efektif untuk demam adalah menggunakan obat
penurun panas seperti parasetamol (pamol,sanmol,tempra).

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Pemicu


a. Pengkajian Kasus
Pengumpulan Data
a) Biodata Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Irt
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Unit 5
Tanggal Masuk : 12 Maret 2020
Cara Masuk : Melaui UGD
Diagnosa Medis : Febris
Ruangan : Perawatan kelas II
Dr. Penanggung jawab :
Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2020
b) Biodata penanggung jawan
Nama : Tn. D
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Hubungan dengan pasien : Suami
c) Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa medis : Febris
b. Keluhan Utama

16
- Demam
- Nafsu makan menurun
d) Riwayat penyakit sekarang
Pasien pertama kali datang ke rumah sakit di antar keluarga di bawa
ke ruang UGD untuk melakukan pemeriksaan suhu 39 o, nadi
80x/menit, tensi 120/80 mm Hg, respirasi 20x/menit setelah selesai
melakukan pemeriksaan fisik, sudah mengetahui diagnosa penyakit
pada Ny. M masuk pada waktu 21.10 WIB dengan keluhan suhu
(39o) dirasakan pasien keluhan factor pendukung lainnya tidak
disertai dengan perubahan denyut nadi, tekanan darah, wajah pcat,
untuk menurunkan demam saat ini diberikan kompres hangat dan
obat parasetamol.
e) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan klien belum pernah pernah di rawat dan tidak
mempunyai penyakit menurun ataupun menular dan klien baru
sekarang dirawat di rumah sakit.
f) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut keterangan keluarga pasien sebelumnya tidak ada keluarga
di rawat di rumah sakit.
Asma, DM dan lain-lain.
g) Genogram

17
Keterangan :

18
h) Pemeriksaan fisik
1. Penampilan umum : Pucat, lesu
Kesadaran : Menurun
Panjang/tinggi badan : 160 cm
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 39o C
2. Kepala
Keadaan bersih, warna rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak ada
nyeri tekan
3. Mata
Keadaan pupilnya normal, keadaan kelopak mata merha, tidak ada
nyeri tekan.
4. Hidung
Bentuknya simetris, penciuman pada hidung normal, adanya bukti
pasien dapat merasakan bau : minyak kayu putih dan ada tekanan
nyeri
5. Telinga
Keadaan pendengaran normal dengan bukti berkomunikasi dengan
lancar, tidak terdapat kotoran ditelinga dan tidak ada kelainan
ditelinga
6. Mulut
 Bibir bentuk simetris warna pucat tampak kering tidak terdapat
luka
 Gigi warna putih, jumlah gigi lengkap tidak terdapat karies dan
luka
 Lidah warna merah dan tidak adanya nyeri tekan dan tidak
terdapat luka
7. Leher
Bentuk simetris, warna kulit sesuai dengan daerah sekitarnya

19
8. Dada
Bentuk dada datar simetris tidak terdapat nyeri tekan abdomen
respirasi 20x/menit
9. Ekstermitas
 Atas
Bentuk simetris, keadaan kuku bersih, terpasang infuse ditangan
sebelah kanan.
 Bawah
Bentuk simetris kanan/kiri tidak terdapat luka dan tidak terdapat
nyeri tekan.
10. Data psikologis
Respon emosional adalah cemas, kelelahan dan letih pada pasien
11. Data Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik terbukti dengan adanya
pengunjung yang menjenguk baik itu tetangga maupun saudaranya.
12. Data Spiritual
Pasien adalah seorang muslim akan tetapi selama pasien dirumah
sakit, pasien tidak pernah menjalankan solat dengan alasan kesakitan
ataupun keterbatasan dengan geraknya tetapi pasien selalu berdoa
untuk kesembuhan dirinya.

20
13. Data penunjang
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Hb 11,1 11-16 g/dl Normal
2. Leukosit 6.000 6.000-7.000 ml Normal
3. Trombosit 180 rb/mm3 150-390 rb/mm3 Normal
4. Eritrosit 4,8 juta 4,5 - 5,5 juta Normal
5. Hematokrit 32 31% - 43% Normal

14. Data Biologis


No Kebiasaan sehari-hari Sebelum sakit Selama sakit
1. Pola nutrisi
a. Makan
 Frekuensi makan 3x/hari 2x/hari
 Jenis makan Nasi + lauk Nasi + lauk
 Selera makan Baik Menurun
 Jumlah makan 1 porsi ½ porsi
 Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Problem
b. Minum
6-8 gelas/hari ± 4 gelas
 Frekuensi
Tidak ada Es
 Minuman pantangan
Air putih Air putih
 Jenis minuman
2. Pola eleminasi
a. BAB 1x/hari 1x/hari
 Frekuensi Padat Padat
 Konsisten Kuning tengulai Kunig tengulai
 Warna Khas Khas
 Bau Tidak ada Tidak ada
 Problem
b. BAK 3x/hari
6x/hari
Kuning jernih
 Frekuensi Kuning jernih
Khas
 Warna Khas
Tidak ada
 Bau Tidak ada
 Problem

3. Pola istirahat dan tidur

21
a. Waktu
 Tidur siang 8 jam 5 jam
 Tidur malam
Tidak pernah Jarang

b. Kebisaan tidur Dalam keadaan Dalam keadaan


tenang terganggu
Tidak ada Suasana ruangan ramai
c. Problem
4. Personal Hygiene
 Pola mandi 2x/hari 1x/hari
 Pola sikat gigi 2x/hari 1x/hari

 Pola cuci rambut 1x/2x hari Jarang

 Kebiasaan memotong rambut Tidak tentu Tidak tentu


2x/hari 1x/hari
 Kebiasaan ganti baju
5. Pola aktivitas Mandiri Dibantu keluarga dan
perawat

22
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. M Nama Siswa : Nur Pida Simare-Mare


No. Rekam Medik : 078474 NISN :
Ruang Rawat : Kelas II Keperawatan
Data Penyebab Masalah
Peningkatan Gangguan masalah
Ds :- klien mengatakan badannya metabolism aktivitas peningkatan suhu
terasa panas yang berlebih tubuh (hipertemi)
- Keluarga mengatakan suhu
tubuh klien tak kunjung
turun
Do : - Teraba panas pada kulit pasien
(+)
- Pasien tampak lemas
TD = 120/80 mmh
HR = 80x/i
RR = 20x/i
T = 39oC

23
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. M Nama Siswa : Nur Pida Simare-Mare


No. Rekam Medik : 078474 NISN :
Ruang Rawat : Kelas II Keperawatan
Data Penyebab Masalah
Ds : - Keluarga pasien mengatakan Peningkatan suhu Gangguan
bahwa pasien pola tidurnya kurang tubuh pemenuhan istirahat
karna adanya peningkatan suhu tidur
tubuh, sering terbangun dan gelisah,
istirahat hanya 5 jam

Do : - pasien tampak gelisah


TTV :
TD = 120/80 mmhg
HR = 80x/i
RR = 20x/i
T = 39oC

24
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. M Nama Siswa : Nur Pida Simare-Mare


No. Rekam Medik : 078474 NISN :
Ruang Rawat : Kelas II Keperawatan
Data Penyebab Masalah
Abdomen mual, pola gangguan kebutuhan
Ds :- pasien mengatakan nafsu makan menurun nutrisi
makan menurun
Do : - nafsu makan menurun
- Mual (+)
- Pasien menghasbiskan ½
porsi makan dari yang di
sediakan
TTV : TD = 120/80 mmh
: HR = 80x/i
: RR = 20x/i
: T = 39oC

25

Anda mungkin juga menyukai