Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berjudul “PERMENKES NO 66
TAHUN 2016 DAN PP NO 88 TAHUN 2019”. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah tentang ulasan mengenai Bronkus ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas semester ganjil mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai Permenkes No 66 Tahun 2016
dan PP No 88 Tahun 2019 dalam sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan dan lainnya
kepada pembaca.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan,
khususnya kepada Dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Bapak Zulham Andi
Ritonga, SKM., MKM agar penulis bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya
memahami tentang Permenkes No 66 Tahun 2016 dan PP No 88 Tahun 2019.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau KKS adalah suatu sistem program
yangdibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
1
Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kega yangrendah
jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa penting regulasi
dan peraturan tentang K3 ini untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat
rendah baik itu mulai dari pekerja hingga perusahaan ataupemilik usaha. Regulasi ini
sangat penting untuk dilaksanakan dan dipatuhi dalamdunia kerja karena dapat
mendatangkan manfaat yang positif untuk meningkatkanproduktivitas pekerja dan
mampu meningkatkan probality usia kerja karyawandari suatu perusahaan menjadi
lebih panjang.
2
BAB II
PEMBASAHAN
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Permenkes No.66 Tahun
2016 memuat panduan yang sangat komprehensif dalam penerapan Sistem Manajemen
K3 di rumah sakit. Regulasi ini diwajibkan kepada rumah sakit yaitu yang
melaksanakan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat.
Permenkes No.66 Tahun 2016 memuat panduan yang sangat komprehensif dalam
penerapan Sistem Manajemen K3 di rumah sakit. Regulasi ini diwajibkan kepada
rumah sakit yaitu yang melaksanakan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat
darurat. Regulasi ini tidak hanya fokus kepada pasien (patient safety) tapi juga ke
seluruh manusia yang ada di rumah sakit seperti sumber daya manusia rumah sakit
(pekerja) serta pengunjung. Permenkes 66 Tahun 2016 berfokus pada penerapan yang 8
rencana K3RS yang meliputi:
manajemen risiko K3RS;
keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
pelayanan Kesehatan Kerja;
pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
pencegahan dan pengendalian kebakaran;
pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Bagi praktis keselamatan dan kesehatan kerja, Permenkes 66 Tahun 2016 bisa
menjadi sebuah peluang baru mengingat bahwa setiap rumah sakit harus memiliki
unit kerja fungsional K3RS dan harus dipimpin oleh orang yang memiliki kualifikasi
di bidang K3 sebagaimana disebut dalam Pasal 26 ayat (1) :
3
“Pimpinan unit kerja fungsional K3RS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 harus
tenaga kesehatan dengan kualifikasi paling rendah S1 bidang keselamatan dan
Kesehatan Kerja, atau tenaga kesehatan lain dengan kualifikasi paling rendah S1 yang
memiliki kompetensi di bidang K3RS."
4
Faktor fisika (Kebisingan, getaran, suhu, dsb),
Faktor Kimia (semua bahan kimia yang dipakai dalam proses kerja)
Faktor Biologi (Bakteri, virus, mikrobiologi lainnya)
Faktor Faal ergonomi
Faktor Psikososial (Stres kerja)
5
c) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b. serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 164 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Keria;
6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari serangakaian pembahasan yang telah penulis paparkan dalam Karya ilmiah ini
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan,
tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dankesehatan kerja yang
didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah
pada interaksi pekerja dengan mesin atauperalatan yang digunakan, interaksi
pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan
lingkungan kerja.
Secara istilah-istilah kesehatan dan keselamatan kerja meliputi beberapa hal
sebagai berikut: accident, unsafe condition, near miss, hazard, safety,unsafe act,
risk, incident.
Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasarKesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untukdiperhatikan yaitu :
1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Status Kesehatan Pekerja
3. Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan kerja.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/presentation/411419389/Permenkes-No-66-tahun-2016-1
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114482/permenkes-no-66-tahun-2016
https://persi.or.id/regulasi-persi/permenkes/
https://www.jogloabang.com/kesehatan/pp-88-2019-kesehatan-kerja