KEPERAWATAN
MENINGITIS
Selasa, 26 Juni 2012
askep antok
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
1. DEFINISI
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piameter, disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan di sebabkan oleh virus atau jamur. Meningitis selanjutnya di
klasifikasikan sebagai sepsis, asepsis dan tuberkulosa. Meningitis asepsis mengacu pada
salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh
abses otak ,ensefalitis, limfoma , leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid. Meningitis
sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meingokokus, staphillococcus, atau basilus influenza.meningitis tuberkulosa di
sebabka oleh basilus tuberkel. Infeksi meningeal umumnya di hubungkan oloeh satu atau
dua jalan; melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi infeksi bagian
lain , seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti di dapat setelah cedera
traumatic tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus meupakan
iatrogenic atau hasil sekunder prosedur infasif (seperti fungsi lumbal ) atau alat alat
infasif (seperti alat alat pematau TIK).
MENIGITIS BAKTERIAL
Sampai saat ini bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bacterial.
Bakteri paling sering di jumpai pada meningitis bakteri akut yaiti neiserrira
meningitides(meningitis meningokokkus), streptococcus pneumoniae (pada
dewasa),dan haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Dari ketiga
organisme ini jumlah sekitar 75% dari kasus kasus meningitis bakteri.
Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret
dari hidung dan tenggorik yang mambawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang
lain. Pada hasilnya , banyak yang tidak di kembangkan menjadi infeksi tetapi menjadi
carrier . insiden tertinggi pada meningitis di sebabkan oleh bakteri gram negative, yang
terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau
seseorang yang mengalami gangguan respon imun .
2. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri di mulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti septicemia
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.faktor factor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain prosedur bedah saraf, trauma kepala dan pengaruh
imunologis.saluran vena yang melalui nasofaring posterior telinga bagian tengah,dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena meningen , semuanya ini penghubung
yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam
meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan
penurunan aliran darah dan menyebabkan resksi radang di dalam meningen dan di bawah
daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen , vaskulitas
dan hipoperfusi.eksudat purulen dapat menyebar sampai ke dasar otak dan medulla
spialis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
di hubungkan dengan perubahan fisiologis intra cranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas darah , daerah pertahanan otak , edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis
infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan di
hubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang di sebabkan oleh meningokokkus.
3. ETIOLOGI
a. Meningitis selosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piameter yang di sertai cairan otak
yang di sertai cairan otak yang jernih . penyebab terserng adalah mycobacterium tuberkulosa.
penyebab lain seperti lues, virus toxoplasma gondhii, ricketsia.
b. Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan parameter yang meliputi otak dan
medulla spinalis.penyebabnya antara lain: diplococcus pneumoniae(pneumokok) neisseria
neningitidis (meningokok) streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus,haemophilus
influenzae, echerichia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa.
4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot ekstensor
tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses fisiologik.
Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak
response, dan koma.
Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
Rigiditas nukal (kaku leher)adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan nyeri
berat.
Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea
rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat
pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia atau
sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat
eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda tanda
vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit kepal muntah, dan
penrunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi
pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan
tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura ynag menyebar(sekitar
wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler diseminata (KID).kematian
mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada cairan
serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi
antigen bakteri ada cairan tubuh,umumnya cairan serebrosnal dan urine.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksaan yang berhasil tergantung pada pemberian anti biotik yang melewati darah
barrier otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan nakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah perlu di kultur, dan terapi
antimikroba di lakukan segera . Dapat digunakan penisilin, ampisilin, atau khloramphenikol atau
satu jenis dari sepalosforins. Antibi edema serebral. otic lain di gunakan jika di ketahui
streinbakteri resisten. Pasien di pertahankan pada dosis besar antibiotic yang tepat perintravena.
Dehidrasi atau shock diobati dengan pemberian tambahan volume cairan. Kejang dapat
terjadi pada awal penyakit, di control dengan menggunakan diazepam atau fenitoin.diuretik
osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebral.
MENINGITIS PURULENTA
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda penting adalah demsm tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.
Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan darah:
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endapan darah
(LED),kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta di dapatkan peningktan leukosit dengan pergeseran kekiri pada hitung
jenis
2) Cairan serebrospinalis : lengkap dan kultur
Pada meningitis purulenta, di peroleh hasil pemeriksan cairan serebrospinal yang keruh karenaq
mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang
mati dan bakteri.
3) Pemeriksaan radiologis
Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
Foto dada
Asuhan keperawatan
Penkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat di lakukan antara lain
a. AKTIVITASISTIRAHAT
GEJALA :perasaan tidak enak (MALAISE).
Keterbatasan yang di timbulkan oleh kondisinya
TANDA :Ataksia, masalahberjalan , kelumuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan
dalam rentang gerak.hipotonia.
b. SIRKULASI
GEJALA :adanya riwayat kardiopatologi, seerti endokarditis, beberapa penyakit jantung congenital, abses otak
TANDA : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat(berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh ada pusat Vasomotor). Takikardia, distritmia (pada fase akut), seperti distritmia
sinus(pada meningitis).
c. ELIMINASI
TANDA :adanya inkontinensia dan/atau retensi
d. MAKANANCAIRAN
GEJALA :kehilangan nafsu makan. Kesulitan menelan(pada periode akut).
TANDA :anoreksia, muntah,. Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. HYGIENE
TANDA :ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut)
f. NYERI/KENYAMANAN
GEJALA : sakit kepala(berdenyut dengan hebat frontal) mungkin akan di perburuk oleh ketegangan; leher/
punggung kaku; nyeri pad gerakan ocular fotsensitivitas,sakit; tenggorok nyeri.
TANDA :tampak terus terjaga distraksi/ gelisah. Mengis mengaduh/mengeluh.
g. PERNAPASAN
GEJALA :Adanya riwayat infeksi sinus atau abses paruh(abses otak)
TANDA :Penugkatan kerja pernasan(episode awal).perubahan mental(latergi sampai koma)
dan gelisah.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan
terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari
lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh
untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks.
Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang
atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah
otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung
☼ Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori
☼ Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
☼ Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk
☼ Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil.
Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)
2. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput
otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat
terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel
darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
organisasi eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
(Harsono : 1996)
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang
berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
☼ Hyperemia Meningens
☼ Eksudasi
tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat
(lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga
eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes : 1995)
3. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,
nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai
septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab
hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan
fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.
Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala
digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,
tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan
hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono :
1996)
aliran darah
4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan
gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi,
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
☼ PENYEBAB ☼
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok),Streptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
♥ Manifestasi Klinis ♥
Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik
turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.
Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-
♥ Pemeriksaan Penunjang ♥
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa
diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto data
- Foto kepala
♥ Penatalaksanaan ♥
a. Medis
ncegah perlekatan
dikasi
sadaran menurun
sis
☼ Meningitis Purulenta ☼
♥ Manifestasi Klinis ♥
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan
kesadaran menurun.
♥ Pemeriksaan Penunjang ♥
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan
keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto dada.
♥ Penatalaksanaan ♥
untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan
♦ Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari.
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada
setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan
gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui
sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak
pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk
descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini
untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila
cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol
0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi
otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS
Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel
berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm 3 , maka kemungkinannya adalah
- Tekanan meningkat
- Protein meningkat
- Glukosa menurun
- None (+)
- Pandi (+).
b. Pemeriksaan Tambahan
- Kultur darah
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
☼ MEDIS ☼
1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic
dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat
lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental
atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian
antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya
diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena.
Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang
lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus,
2. MANAJEMEN TERAPI
1). Isolasi
EMERIKSAAN DIAGNOSTIK ☼
putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
enggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab
infeksi.
I / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel; hematom daerah
EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau voltasenya
meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
☼ ASUHAN KEPERAWATAN ☼
1. PEMERIKSAAN FISIK
♦ Status mental
Tempat tinggal
Tempat lahir
Alamat sekolah
Hari apa
Tanggal berapa
Jam berapa
Bulan berapa
Tahun berapa
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7 :
Minta orang coba untuk mengatakan “jika tidak “ atau “andai tetapi”
Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke
temannya
1. Alert
● Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual
2. Lethargi
● Sering tidur/ngantuk
● Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara
● Respon tepat.
3. Obtuned
● Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
● Respon tepat.
4. Stuport
● Withdrawl refleks.
5. Comatase
1. Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan urutan :
2. Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk mengangkat tangan
dengan urutan :
♠ Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan tersebut menghindar →
♦ Pengkajian bicara
Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang
memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan
Kemungkinan penyebab :
- Proses peradangan
- Cairan tubuh yang statis
Intervensi Keperawatan
1. Isolasi klien
2. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik
3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung
menetap.
7. Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra thecal
Kemungkinan penyebab :
- Hypovolemia
- Udema serebral
- Kesadaran baik
Intervensi Keperawatan
- Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15 – 450 sesuai indikasi.
-
Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik,
posisinya
-
Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat,
lama.
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis.
Kemingkinan penyebab :
- Rangsangan kejang
Tindakan Kolaboratif
Kemungkinan penyebab :
- Proses peradangan / infeksi
- Sirkulasi toxin
Intervensi
- Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti kebisingan,
- Gunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang
dihangatkan.
Tindakan Kolaboratif
- Kerusakan neuromuskular
- Nyeri / discomfort
- Bed rest
Intervensi
- Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
- Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif
- Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas
- Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board
- Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta
- Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema
- Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah
- Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif
- Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan
baik.
Tindakan Kolaboratif
c. Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program
pengobatan. (Depkes : 1995)
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Hipotonia.
KULASI
a : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
vasomotor).
Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis).
MINASI
ANAN / CAIRAN
a : Anoreksia, muntah.
IENE
periode akut).
ROSENSORI
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan
pada saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis). Timbul
kejang
Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi).
Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan
Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi motorik
Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami
Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi
Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki (meningitis).
RI / KENYAMANAN
diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular,
fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.
mengaduh / mengeluh.
NAPASAN
MANAN
mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.
Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.
Gangguan sensasi.
YULUHAN / PEMBELAJARAN
Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme, diabetes
ana pemulangan :
Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,
(PENYEBARAN)
Diseminata hematogen dari patogen.
Stasis cairan tubuh.
Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).
Pemajanan orang lain terhadap patogen.
oleh : (tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
KAN / Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
SEREBRAL, RISIKO
TERHADAP
Faktor risiko meliputi : Edema serebral yang mengubah/menghentikan
Hipovolemia.
kuatan / ketahanan.
Nyeri / ketidaknyamanan.