Oleh:
K1B120049
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Nim : K1B120049
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
September, 2021
Mengetahui,
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
A. Pendahuluan....................................................................................................1
B. Definisi............................................................................................................2
C. Epidemiologi...................................................................................................2
D. Etiologi............................................................................................................2
E. Patofisiologi ...................................................................................................4
F. Diagnosis........................................................................................................10
G. Talaksana........................................................................................................16
H. Kesimpulan.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
A. Pendahuluan
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah kehilangan darah dalam
lumen saluran cerna dimana saja, mulai dari esofagus sampai dengan duodenum
daruratan yang banyak ditemukan dirumah sakit seluruh dunia dan merupakan
salah satu indikasi perawatan di Rumah Sakit dan banyak menimbulkan kematian
Penyebab perdarahan SCBA terbagi atas pecah varises esofagus dan non-
varises seperti tukak peptik, gastritis erosive, Tumor, dll. Penyebab perdarahan
perdarahan ulkus peptikum. Penting untuk anamnesis dengan teliti dan akurat
colok dubur dan adanya penyakit hati kronik dapat membantu mendiagnosis. 2
1
2
B. Definisi
C. Epidemiologi
rumah sakit per 100.000 populasi pertahun. Mortalitas akibat perdarahan SCBA
40%, terutama pada pasien tua. Data yang dikumpulkan oleh American Society
pasien dengan perdarahan SCBA, dan menunjukkan bahwa yang penyebab paling
sering perdarahan ialah gastritis erosiva (29,6%), ulkus duodenum (22,8%), ulkus
RSU Dr. Sutomo Surabaya, penyebabnya 76,9% pecahnya varises esofagus, 19%
gastritis erosiva, 1,0% tukak peptik, 0,6% kanker lambung, dan 2,6% karena
sebab-sebab lain. 2
D. Etiologi
Etiologi dari perdarahan saluran cerna bagian atas yaitu; pecahnya varises
1. Variseal
portal lebih dari 10 mmHg yang menetap, sedangkan tekanan dalam keadaan
normal sekitar 5 –10 mmHg. Hipertensi portal paling sering disebabkan oleh
sirosis hati. 1
2. Non-variseal
Perdarahan saluran cerna bagian atas tipe non –variseal paling sering
a. Ulkus peptik
terdiri dari ulkus gaster dan ulkus duodenum yang memiliki pathogenesis,
etiologi, dan manisfestasi klinis yang mirip satu sama lain, namun terdapat
(HP) (30-60%) dan OAINS. Gejala klinis biasanya pasien datang dengan
4
keluhan nyeri di epigastrium. Rasa nyeri ulu hati pada ulkus gaster
biasanya muncul setelah makan. Hal ini disebabkan karena segera setelah
dengan ulkus gaster merasa nyeri. Lokasi nyeri ulu hati biasanya terletak
dan tukak pada usia lanjut biasanya tidak menimbulkan keluhan, hanya
b. Gastritis Erosif
E. Patofisiologi
Sirosis merupakan fase akhir dari penyakit hati kronis yang paling
merupakan hasil dari tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran darah pada
portal bed. Pada sirosis, tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran porta
Bila ada obstruksi aliran darah vena porta, apapun penyebabnya, akan
mengakibatkan naiknya tekanan vena porta. Tekanan vena porta yang tinggi
faktor lain seperti angiogenesis yang aktif dapat juga menjadi penyebab.
portal karena adanya tahanan yang tinggi dan peningkatan aliran vena porta.
vaskuler yang menghubungkan sistem vena porta dan vena kava superior dan
Sedangkan vena gastrika sinistra menerima aliran darah dari vena porta yang
setiap level antara sisi kanan jantung dan pembuluh darah splenika akan
tempat yang obstruksi sehingga dapat secara langsung masuk dalam sirkulasi
sistemik. 4
antara sirkulasi porta dan sistemik (hepatic venous pressure gradient, HVPG)
HVPG. 4
7
defensive dengan faktor ofensif. Faktor defensive mukosa terdiri dari tiga
a. Pre-epitel
b. Epitel
terdapat tautan erat antar sel yang mecegah difusi ion H+ dan enzim. Sel –
sel epitel juga mengahsilkan heat shock protein, trefoil factor family
c. Post/subepitel
merokok.
ditularkan secara fekal oral dan memiliki kemampuan unuk bertahan hidup
langsung terhadap mukosa dan efek sistemik. OAINS bersifat asam sehingga
lambung. Bila pertahanan mukosa lambung rusak, ion H - dan pepsin dapat
kerusakan jaringan. 3
3. Gastritis Erosive
ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan pada mukosa
lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang
dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan dapat menyebabkan luka pada
dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui
instrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
utama dan parietal sekresi asam lambung menurun secara berangsur, baik
jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko
gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis. 3
F. Diagnosis
1. Anamnesis
keluar.
11
koagulan.
obat-obatan.
2. Pemeriksaan Fisis
a. Pemeriksaan kesadaran
b. Keadaan umum
c. Status gizi
f. Pemeriksaan dada mencari tanda – tanda penyakit hati seperti spider navy
dan lien.
3. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan feses rutin, untuk dteksi adanya lekosit, parasit dan kultur
perdarahan SCBA dapat di tegakkan. Selain itu endoskopi bisa pula dilakukan
upaya terapeutik. Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal perdarahan sulit
dengan memakai skor Blatchford dan skor Rockall yang dapat disesuaikan
a. Skor Blatchford
endoskopi dan pengobatan lain sesuai dengan gejala yang timbul akibat
prognosis baik dan dapat hanya dilakukan rawat jalan. Skor 1-5
G. Tatalaksana
baring, 2). perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). ada tidaknya
vasokontriksi perifer (akral dingin), 4). kelayakan napas, 5). tingkat kesadaran,
Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20% volume intravascular akan
berikut: 1). hipotensi (<90/60 mmHg atau MAP <70 mmHg) dengan frekuensi
nadi >100x/menit, 2). tekanan diastolic ortostatik menurun >10 mmHg atau
sistolik turun >20 mmHg, 3). darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan
16
dengan lavase tidak segera jernih, 4). hipotensi persisten, 5). dalam 24 jam
adalah kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar.
tekanan vena porta menurun. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin
tiap 3 – 6 jam; atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infuse 0,1 –
mmHg. 1
b. Endoskopi
atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapi meliputi:
dengan batas dosis 10 ml atau alcohol absolute (98%) tidak melebihi 1 ml.
19
c. Terapi Radiologi
berlangsung dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi
d. Pembedahan
dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal
dilakukan. 1
Obat – obatan golongan anti sekresi asam yang dapat digunakan yaitu
H. Kesimpulan
varises dapat diberikan PPI intravena dosis tinggi bermanfaat untuk mencegah
perdarahan berulang.
DAFTAR PUSTAKA
21