DISUSUN OLEH:
TAJUDIN HUDAIBY NIZAR
P1337420617057
Salah satu penyebab dari tingginya kematian lansia yang menderita Covid-
1 disebabkan oleh vaksinasi yang rendah di kalangan lansia (Kemkes RI, 2021).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan dosis 1 vaksin yang baru diberikan
9.299.745 orang atau 43 % dari total target pada lansia (Kemkes. RI., 2021).
Keraguan akan efektifitas dan keamanan vaksin menjadi salah satu alasan
lambatnya vakinasi di masyarakat (Putri et al., 2021). Percepatan vaksinasi
sangat penting mengingat Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan
akan muncul gelombang 3 pada awal tahun 2022(Kemkes. RI., 2021).
(p< 0,001)
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Sasaran fokus responden yang akan diteliti adalah masyarakat Purbalingga Wetan.
2. Metode yang digunakan Cross-sectional, survei berbasis populasi online.
3. Menggunakan variabel dependen status vaksin dan variable independent
tingkat keparahan Covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Covid-19
b. Batuk
Covid-19 sangat erat kaitanya dengan batuk.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Guan et al
(2020) disebutkan 67% dari total penderita covid
mengalami gejala batuk, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Chen j et al (2020) ditemukan
penderita batuk sebanyak 36,5% dari total subyek.
c. Pilek
Menurut penelitian oleh (Guan et al., 2020) dan
(Chen et al., 2020) penderita pilek sangat jarang
ditemui pada penderita covid-19 namun
penyebabnya masih dalam penelitian lebih lanjut.
d. Kelelahan
Kelelahan diakui sebagai salah satu gejala yang
sering muncul pada penderita Covid-19 bahkan
sering menjadi long Covid. Walaupun dari
patofisiologis kelelahan itu sendiri belum diketahui
secara dengan pasti, namun dalam dalam laporan
awal tentang karakteristik klinis dari mereka yang
terinfeksi SARS-CoV-2 sebagai keluhan utama
pada 44-69,4% pasien ( Huang c et al 2020 & Xu et
al 2020)
e. Anosmia
Anosmia terjemahkan sebagai hilangnya semua atau
sebagian penciuman, yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab, dengan infeksi saluran
pernapasan atas menjadi penyebab yang sering , di
antara berbagai patogen, yang paling umum adalah
virus, dan coronavirus adalah salah
satunya (Hummel et al.,2017).
b. Pencegahan
Menurut penjelasan WHO bawah, edukasi, isolasi,
pencegahan, pengendalian penularan, dan pengobatan
merupakan langkah penting dalam mengendalikan penyakit
menular seperti Covid-19. (WHO 2020).
Tetap tinggal di rumah dan menghindari kontak langsung
terhadap orang yang tidak di kenal atau yang mungkin
terinfeksi. Mengurangi mobilitas fisik jika memang tidak
mengharuskan keluar rumah, menjaga jarak setidaknya dua
meter serta menghindari tempat kerumunan, sering
mencuci tangan minimal 20 detik menggunakan sabun dan
air atau pembersih alcohol minimal 60%, menghindari
menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
tidak dicuci; dan desinfektan permukaan menggunakan
semprotan atau tisu rumah tangga.
2.1.7 Penegakan Diagnosis
a. Pengujian Molekuler
Modus diagnostik standar pengujian adalah menguji swab
nasofaring untuk asam nukleat SARS-CoV-2 menggunakan
uji real-time PCR (Hassan et al., 2020). Sensitivitas dari
hasil tes PCR tergantung dari beberapa faktor yang
meliputi sampel, waktu terpajan, cara pengambilan sampel,
serta pengiriman ke laboratorium. Semua uji PCR memiliki
sensitivitas mendekati 100% asalkan tidak ada kontaminasi
silang. (Cascella et al., 2021)
b. Tes Serologi
Tes antibodi dapat mengidentifikasi adanya antibodi di
dalam tubuh yang diakibatkan pajanan virus. Meskipun tes
berbasis antibody sensitivitas tidak setinggi tes PCR,
namun tes tersebut sudah mampu untuk mengawasi dan
mengevaluasi COVID-19 secara luas di masyarakat
(Cascella et al., 2021)
2.1.8 Penatalaksanaan
Pada mulanya, di awal pandemic pengetahuan tentang Covid-
19 dan manajemen teraupetik sangatlah terbatas, menciptakan
urgensi untuk menemukan cara mengurangi gejala yang timbul
dari virus baru ini.(Cascella et al., 2021)
a. Terapi Antivirus
1) Remdesivir adalah agen antivirus spektrum luas
yang sebelumnya menunjukkan aktivitas antivirus
terhadap SARS-CoV-2 in vitro. (M. Wang et al.,
2020).
Berdasarkan 3 uji klinisacak tekontrol yang
menunjukan remdesivir lebih unggul daripada
placebo dan dapat mempersingkat durasi pemulihan
pasien dewasa yang dirawat dengan kondisi klinis
ringan sampai berat. (Cascella et al., 2021).
Remdesivir yang disetujui untuk penggunaan klinis
pada orang dewasa dan pasien anak-anak (di atas
usia 12 tahun dan berat setidaknya 40 kilogram atau
lebih) untuk merawat pasien rawat inap dengan
COVID-19
4. Moderna
Vaksin moderna dikembangkan bersama oleh Moderna,
Inc., sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di
Cambridge, Massachusetts, dan Institut Nasional Alergi
dan Penyakit Menular (NIAID). Uji coba dimulai pada 27
Juli 2020, dan mendaftarkan 30.420 sukarelawan dewasa di
lokasi penelitian klinis di seluruh Amerika dari hasil
penelitian tersebut didapatkan kemanjuran vaksin adalah
95,2% (Baden et al., 2021).
5. Pfizer Inc and BioNTech
adalah sebuah mRNA berbasis COVID-19 vaksin yang
dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi
Jerman BioNTech dan untuk pengembangannya
berkolaborasi dengan Amerika perusahaan Pfizer , untuk
dukungan dengan uji klinis , logistik, dan manufaktur.
Regimen dua dosis BNT162b2 memberikan perlindungan
95% terhadap Covid-19 pada orang berusia 16 tahun atau
lebih. Keamanan selama rata-rata 2 bulan mirip dengan
vaksin virus lainnya (Polack et al., 2020).
6. Sinovac Biotech Ltd
Sinovac diproduksi oleh Sinovac Biotech Ltd yang berbasis
di Beijing China. Vaksin Sinovac, yang menunjukkan
khasiat 65,3 persen, dinyatakan aman. Ini memiliki efek
samping tetapi ringan dan reversibel. Kekhawatiran terkait
peningkatan antibodi-dependen (ADE), seperti yang
banyak disebutkan di media
sosial dan ditakuti, tidak terjadi dalam uji klinis Sinovac di
Indonesia, Turki, dan Brasil. (Salma, 2021)
Vaksin Covid-19