Kompetensi Budaya
Kata “budaya” mengacu pada pola-pola perilaku manusia yang terintegrasi, termasuk norma,
tradisi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi pemikiran dan perilaku anggota kelompok tertentu.
Kompetensi budaya menggambarkan kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan
orang-orang yang berasal dari budaya yang berbeda.
1. Kesadaran
Perawat dapat memperhatikan bias mereka sendiri dan bagaimana mereka bereaksi
terhadap orang-orang yang latar belakang dan pengalaman budayanya berbeda dari mereka
sendiri. Misalnya, seseorang yang menjadi sadar bahwa mereka menganggap imigran
sebagai orang asing ilegal mencapai kesadaran budaya tentang bias tertentu.
2. Sikap
Begitu perawat memasuki kesadaran, mereka dapat secara aktif menganalisis peningkatan
kesadaran dan sistem kepercayaan internal mereka. Dengan menggunakan contoh di atas,
orang tersebut dapat memeriksa latar belakang, keyakinan, dan nilai mereka untuk
memahami bias budaya mereka mengenai imigran.
3. Pengetahuan
Seringkali, keyakinan dan nilai individu tidak sesuai dengan perilaku dan tindakan mereka.
Perawat dapat bekerja untuk mengakui bahwa pemutusan ini ada dan memandang
pengetahuan sebagai elemen penting dalam mengembangkan kompetensi budaya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang mendapat skor rendah pada tes prasangka
mungkin masih menggunakan label seperti "alien ilegal."
4. Keterampilan
Perawat mempraktikkan kesadaran, sikap, dan pengetahuan mereka dengan mengulangi
perilaku yang kompeten secara budaya sampai mereka terintegrasi ke dalam interaksi
sehari-hari. Perilaku ini termasuk komunikasi dan bahasa tubuh yang efektif dan hormat. Di
antara berbagai budaya, metode komunikasi nonverbal, seperti gerak tubuh, dapat memiliki
arti yang sangat berbeda.
Kompetensi budaya dalam keperawatan dapat diamati melalui contoh-contoh berikut:
B. Penilaian Budaya
Madeleine Leininger mendefinisikan penilaian budaya sebagai: »Penilaian atau pemeriksaan
sistematis terhadap individu, kelompok, dan komunitas tentang kepercayaan, nilai, dan praktik
budaya mereka untuk menentukan kebutuhan eksplisit dan praktik intervensi dalam konteks
orang yang dilayani
Pusat Nasional untuk Kompetensi Budaya (NCCC) mencakup kerangka kerja konseptual dan
model untuk mencapai kompetensi budaya yang diadaptasi dari karya Cross et al. , 1989.
Kompetensi budaya mengharuskan organisasi dan personelnya memiliki kapasitas untuk:
( 5) beradaptasi dengan keragaman dan konteks budaya individu dan masyarakat yang dilayani.
Konsisten dengan kerangka ini, fokus utama DNPI adalah penyediaan bantuan teknis untuk
melakukan penilaian mandiri di dalam lembaga perawatan kesehatan dan layanan manusia.
Fokusnya mencakup pengembangan instrumen dan proses penilaian baik untuk organisasi
maupun individu.