Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

FARMASI RUMAH SAKIT

“EVALUASI PENGELOLAAN OBAT”

OLEH

KELOMPOK 11 (SEBELAS)

NAMA : SITTI NUR AIDAH LYA CITRA (O1A118048)

ST. RABIATUL ADAWIYAH (O1A118007)

SITTI NAZARIA (O1A117181)

KELAS :A

DOSEN : Apt. SABARUDIN, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi
meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi (Depkes RI, 2014).
Pengelolaan obat merupakan suatu siklus manajemen obat yang meliputiseleksi, pengadaan,
distribusi dan penggunaan. Tujuan seleksi obat yaitu adanya suplai yang menjadi lebih baik,
pemakaian obat lebih rasional, dilihat dari biaya pengobatan lebih terjangkau atau rendah. Dalam
hal ini ada dampak dari seleksi obat yaitu tingginya kualitas perawatan (Quality of care) dan
biaya pengobatan lebih efektif (Rana,dkk,2019).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa penyelenggara pelayanan kefarmasian
di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Kegiatan pengelolaan obat terdiri
dari tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat. Tujuan
pengelolaan obat agar terjaminnya ketersediaan obat dengan mutu yang baik, kelancaran
distribusi dan keterjangkauan obat, serta ketersediaan jenis dan jumlah obat untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat 1 . Pada pengelolaan obat, proses perencanaan dan pengadaan
sangat berpengaruh pada ketersediaan obat maupun segi ekonomi rumah sakit. Terjaminnya item
dan jumlah obat yang mencukupi menjadi salah satu aspek terpenting dari rumah sakit untuk
dapat memberikan pelayanan yang terbaik. Disamping itu, karena biaya yang besar dikeluarkan
oleh rumah sakit pada pengelolaan obat terutama pada tahap perencanaan dan pengadaan, maka
perlu diadakan evaluasi terhadap tahap tersebut (ulfa,2018).

Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT) untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan obat yang baik. Adapun salah satu
fungsinya yaitu mengembangkan formularium rumah sakit dan merevisinya. dan juga membantu
instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakankebijakan dan peraturan-
peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal
maupun nasional (Wirdah,dkk,2013).

IFRS bertugas dalam pengelolaan obat yaitu tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan,
distribusi dan penggunaan. Pengelolaan obat berhubungan erat dengan anggaran dan belanja
rumah sakit. Mengenai biaya obat di rumah sakit dapat sebesar 40 % dari total biaya kesehatan.
Menurut Depkes RI, secara nasional biaya obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional
pelayanan kesehatan. Mengingat begitu pentingnya dana dan kedudukan obat bagi rumah sakit,
maka pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi pasien dan rumah sakit (Oktaviani et al., 2018).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, menyebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
dirumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau.

Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting
dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, karena ketidakefisienan dan
ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik
secara medik, sosial maupun secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satu unit
di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek
yang berkaitan dengan obat/sediaan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit
(Saputera, 2016). Kegiatan pengelolaan obat dirumah sakit meliputi tahap seleksi, pengadaan,
pendistribusian dan penggunaan (Yuniarti et al., 2021).

1. Seleksi

Tahap seleksi di evaluasi menggunakan indikator kesesuaian item obat yang


disediakan rumah sakit terhadap formularium nasional 2016 dan formularium rumah sakit
(Oktaviani et al., 2018).

 Kesesuaian item obat yang tersedia di Formularium Nasional.


 Kesesuaian item obat yang tersedia di FRS
2. Perencanaan dan pengadaan

Tahap perencanaan dan pengadaan di evaluasi dengan indikator persentase alokasi


dana pengadaan obat yang tersedia, persentase modal dana yang tersedia dengan
keseluruhan dana yang dibutuhkan, frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan /faktur,
frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun, frekuensi tertundanya pembayaran oleh
rumah sakit terhadap waktu yang disepakati, persentase kesesuaian antara perencanaan obat
dengan masing –masing obat(Oktaviani et al., 2018).

 Persentase modal/dana yang tersediadengan keseluruhan dana yang dibutuhkan.


 Persentase alokasi dana pengadaan obat.
 Persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan kenyataan pakai untuk masing-
masing obat.
 Frekuensi pengadaan tiap item obat.
 Persentase nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak.
 Persentase stock mati (Wati et al., 2013)
 Frekuensi kurang lengkapnya Surat Pesanan /Faktur
 Frekuensi kurang lengkapnya SP/Faktur.
 Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati.
 Persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan kenyataan masing-masing obat
(Oktaviani et al., 2018).
3. Distribusi

Tahap distribusi di evaluasi dengan indikator ketepatan data jumlah obat pada kartu
stok, Turn Over Ratio (TOR), persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak,
persentase stok mati, tingkat ketersediaan obat (Oktaviani et al., 2018).

 Kecocokan antara obat dengan kartu stock


 Inventory Turn Over Ratio
 Tingkat ketersediaan obat
 Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan pasien.
 Persentase nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak.
 Persentase stock mati.
4. Penggunaan

Tahap penggunaan di evaluasi dengan indikator jumlah item obat perlembar resep,
persentase peresepan nama generik, persentase peresepan obat antibiotik, persentase
peresepan obat injeksi, persentase obat yang dapat diserahkan, persentase obat yang
dilabeli dengan lengkap, rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep (Oktaviani
et al., 2018).

 Jumlah item obat tiap lembar resep


 Persentase penulisan resep generik.
 Persentase resep yang tidak terlayani.
 Persentase obat yang dilabeli dengan benar.
Presentase obat yang dilabeli dengan benar adalah 100% yang berarti bahwa nilai
tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan yaitu 100% dan menandakan staf di
apotek telah melabeli etiket secara benar. Hal ini dikarekan sebelum obat diserahkan
kepada pasien selalu dilakukan pengecekan oleh apoteker maupun staf sehingga
kesalahan pelabelan pada etiket dapat diminimalkan.
 Kerangka Usulan Perbaikan dengan metode Hanlon (Wati et al., 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviani, N., Pamudji, G., & Kristanto, Y. (2018). Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB Tahun 2017 Drug Management
Evaluation in Pharmacy Department of NTB Province Regional Hospital during 2017
Period Rumah sakit adalah Institusi kesehatan yang pelayanan kes. November, 135–147.
Saputera, M. M. A. (2016). Perencanaan Di Era Jaminan Kesehatan Nasional Di Rsud H . Hasan
Basery Kandangan. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(September 2016), 248–255.
Wati, W., Fudholi, A., & Pamudji, G. (2013). Evaluation of Drugs Management and
Improvement Strategies Using Hanlon Method in the Pharmaceutical Installation of
Hospital in 2012. JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 3(4), 283–290.
https://journal.ugm.ac.id/jmpf/article/view/29464
Yuniarti, F. D., Satibi, S., & Andayani, T. M. (2021). Evaluasi Management Support pada
Pengelolaan Obat di RSUD Kabupaten Ngawi. Majalah Farmaseutik, 17(1), 69.
https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v17i1.52157

Wati, W., Fudholi, A., & Pamudji, G. (2013). Evaluation of Drugs Management and
Improvement Strategies Using Hanlon Method in the Pharmaceutical Installation of
Hospital in 2012. JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 3(4), 283–290.
https://journal.ugm.ac.id/jmpf/article/view/29464

Ulfah, M., Wiedyaningsih, C., & Endarti, D. (2018). Evaluation of Drug Management in
Planning and Procurement Phase at Muntilan Regional Hospital, Magelang District, 2015 -
2016. Jmpf, 8(1), 24–31. https://journal.ugm.ac.id/jmpf/article/view/31883/pdf

Maria,M,R,S,R ., Chairum, W., & Gunawan, P, W . (2019). Evaluasi Pengelolaan Obat


Dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanlon Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Poso Provinsi Sulawesi Tengah. CHMK PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC
JOURNAL 2(April), 1–9

Anda mungkin juga menyukai