Disusun Oleh :
Kelompok 7
03 Amaliyah 1810125120027
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat
dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia SD 3, Semester 6 (enam), Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung
Mangkurat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah mendukung
penulisan makalah ini dan kami pun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan
makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum dan Silabus..................................................................................3
B. Analisis Isi Kurikulum 2013 Untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SD...............4
C. Analisis Kendala yang Berkaitan dengan Kurikulum 2013............................................5
D. Analisis Kendala yang Berkaitan dengan Silabus...........................................................9
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kurikulum lama, khusunya di kelas tinggi SD peran mata pelajaran
bahasa Indonesia diakui memang kurang tampak. Mata pelajaran bahasa Indonesia
lebih sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri dan bahakan dapat dikatakan tidak
memiliki hubungan dengan mata pelajaran lain. Dalam konteks ini, pembelajaran
bahasa Indonesia cenderung hanya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri,
tidak untuk tujuan yang lebih luas dan penting, yakni menghantarkan siswa untuk
memahami mata pelajaran-mata pelajaran lain, apalagi untuk suatu tujuan yang lebih
luas lagi, yakni menggunakannya untuk berbagai keperluan dalam lapangan
kehidupan setiap hari. Sederhananya, siswa belajar penggunaan tanda baca, huruf
kapital, kata baku, dan semacamnya dalam bahasa Indonesia hanya untuk lulus ujian
bahasa Indonesia itu sendiri; namun kesadaran dan kebiasaan untuk menggunakan apa
yang telah dipelajarinya itu ketika mengerjakan tugas pada mata pelajaran lain belum
tampak. Adalah hal yang jamak terjadi bahwa siswa memiliki nilai bahasa Indonesia
yang tinggi; namun belum terampil dalam mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
Abidin (2012: 6) menegaskan bahwa dalam konteks persekolahan, bahasa
digunakan siswa bukan hanya untuk kepentingan pembelajaran bahasa, melainkan
untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang dibelajarkan di sekolah.
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus haromonis, bermutu, dan bermartabat.
Haromonis berarti guru dan siswa bekerja secara efektif sesuai dengan peran masing-
masing. Di sini guru berperan sebagai mediator, fasilitator, motivator, dan
semacamnya; siswa berperan sebagai subyek aktif yang membentuk keterampilan dan
pengalaman berlandaskan kinerja konstruktivis. Bermutu berarti pembelajaran
berorientasi pada pencapaian tujuan utama sambil tetap memperhatikan secara cermat
dampak pengiring melalui penggunaan prinsip, pendekatan/strategi, metode, dan
teknik yang memadai. Bermartabat berarti pembelajaran mencerminkan nilai-nilai
sosiokultural yang melingkupi kehidupan siswa.
iv
Mengingat hal tersebut, maka pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah
penting dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam Pendidikan di SD, namun dalam
kenyataannya masih banyak terjadi masalah dalam mata pelajaran ini, baik dari
kemampuan siswa maupun cara mengajar guru, dan tidak terkecuai masalah-
masalahtersebut muncul dan bertentangan dengan kurikulum dan silabus yang telah
ditetapkan, oleh sebab itu dalam malah ini dibahas mengenai analisis kesalahan yang
berkaitan dengan kurikulum dan silabus yang masih berhubungan dengan kurikulum
dan silabus.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
v
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Secara umum kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam
aktivitas belajar mengajar. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua
dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 menjadi penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006. Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
2. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006:
14).
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana pembelajaran,
vi
pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus
juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegitan
belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual
vii
penilaian. Sekedar diketahui bahwa payung hukum perubahan pada keempat standar
pendidikan tersebut telah ditetapkan, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Dalam Kurikulum 2013 jenjang SD, mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat strategis. Peran mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi
dominan, yaitu sebagai saluran yang mengantarkan kandungan materi dari semua
sumber kompetensi kepada siswa. Mata pelajaran bahasa Indonesia ditempatkan
sebagai penghela mata pelajaran lain. Dengan perkataan lain, kandungan materi mata
pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Agar lebih jelas, hal ini dapat dicermati pada
contoh rumusan KD berikut ini: “menggali informasi dari teks laporan hasil
pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi dan cahaya”. Dalam rumusan
KD ini, tampak jelas bahwa materi IPA dipakai dalam teks laporan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia lebih
bersifat kontekstual jika dibandingkan dengan kurikulum lama. Melalui pembelajaran
bahasa Indonesia yang kontekstual, siswa dilatih untuk menyajikan bermacam
kompetensi secara logis dan sistematis.
viii
buku guru dan siswa merupakan sumber-sumber yang secara khusus dirancang
untuk implementasi Kurikulum 2013.
b. Berkaitan dengan manajemen waktu pada buku guru maupun buku siswa yang
tidak seimbang (materi tidak sesuai dengan alokasi waktu) dan kesalahan-
kesalahan dalam buku guru maupun buku siswa. Kesiapan pemerintah dalam
menyusun buku guru dan buku siswa terkesan tergesa-gesa. Oleh karena itu,
peran aktif guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Adanya materi
yang tidak sesuai dengan konsep yang ada harus disikapi dengan pembetulan
konsep agar tidak terjadi miskonsepsi pada siswa. Tata urutan materi tidak
harus sesuai dengan yang ada di Buku Siswa, Buku Guru, maupun silabus.
Guru harus mengurutkan materi sesuai urutan logis materi tersebut. Guru
memiliki kekuasaan penuh untuk mengubah atau memodifikasi materi yang
ada di buku atau silabus sepanjang sesuai dengan logika ademik yang benar.
Untuk perbedaan, kesalahan, atau kekurangan alokasi waktu, guru harus
menyesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.
c. Berkaitan dengan sosialisasi kurikulum 2013,
Sosialisasi kurikulum dianggap belum merata, Belum semua guru
mendapatkan sosialisasi. Pemerintah perlu memetakan ulang terkait sosialisasi
yang dilakukan. Jika sosialisasi belum diperoleh para guru, lantas bagaimana
pembelajaran Kurikulum 2013 yang selama ini berlangsung. Kendala lain
yang berkaitan dengan sosialisasi adalah kualitas instruktur dalam sosialisasi.
Pada kenyataannya, harapan pemerintaah agar mereka bisa memberikan
pemahaman kepada guru sasaran belum terwujud sempurna. Proses pelatihan
guru harus diperbaiki karena berpengaruh terhadap kualitas pengajaran yang
akan diberikan kepada anak-anak.
2. Kendala yang Berasal dari Guru
a. Kesulitan guru dalam menyiapkan media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan hasil kreativitas guru untuk
menyelaraskan kebutuhan siswa dengan tuntutan kurikulum. Keterkaiatan
antara media pembelajaran dengan tujuan, materi,metode, dan kondisi
pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk
memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas
sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Media pembelajaran menjadi salah satu aspek penting
ix
dalam pembelajaran kurikulum 2013. Seorang guru perlu memiliki
kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi
pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta dengan taraf
perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber
dan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat memberikan gambaran
konkret materi-materi yang abstrak dan membantu anak dalam belajar.
b. Ketidakpahaman guru akan kurikulum 2013.
Pada dasarnya, guru memunyai peran sebagai pengembang kurikulum,
guru memunyai kewenangan mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja
dapat menentukan tujuan dan isi pembelajaran, akan tetapi juga dapat
menentukanstrategi apa yang harus dikembangkan. Tidak dilibatkannya guru
dalam proses pengembangan kurikulum, menjadikan guru tidak terbiasa dan
bingung. Kebingungan ini dirasakan hampir semua pelaku pendidikan di
Indonesia. Pemerintah pun belum konsisten dengan dikeluarkannya
Permendikbud yang berubah-ubah. Permendikbud yang berubah-ubah dalam
jangka waktu yang singkat menandakan kekurangsiapan pemerintah dalam
melaksanakan Kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
kesalahan, kekurangan, dan kontradiksi antara Permendikbud yang satu
dengan Permendikbud lainnya. Hal ini juga menjadi indikator adanya
keinginan yang kuat atas berlakunya kurikulum tersebut tanpa didasari kajian
ilmiah atas kelayakan pemberlakuannya.
c. Kendala yang berasal dari kompetensi guru terutama dalam hal tematik
Memadukan muatan dan mengajarkannya dalam naungan tema masih
dirasa sulit bagi sebagian guru. a kali. Pembelajaran tematik merupakan salah
satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikansebagai pembelajaran
yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan
nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran.
Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang
spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau
beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi. Persoalannya, dalam
praktik sejumlah guru masih mengalami kesulitan mengordinasikan beberapa
mapel tersebut dalam satu tema.
x
Akibatnya, guru seolah-olah mengajarkan semacam kumpulan mapel
namun disajikan secara bergantian. Hakikatnya, pembelajaran tematik
merupakan implementasi dari kurikulum yang bersifat terpadu. Misalnya,
seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema
sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan
tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario
pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai karena akan
menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
xi
ternyata tidak memahami masalahmasalah pendidikan, maka sekolah perlu
membantu mereka mendapatkan pemahaman mengenai hal tersebut.
Kebingungan yang dialami siswa terkait dengan pembelajaran yang
menggunakan metode serta pendekatan yang berbeda dengan kurikulum
sebelumnya. Pendekatan saintifik yang diharapkan mampu menumbuhkan
keaktifan siswa, seringkali perlu justru membingungkan siswa. Hal ini sangat
dipengaruhi kreativitas guru dan kondisi sekolah. Standar yang diharapkan
tercapai menjadi sulit dan jauh dari harapan, proses belajar menjadi sulit
dikontrol. Guru pun belum memiliki gambaran menyeluruh mengenai
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, dibutuhkan
panduan teknis pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran secara lebih
mendetail pada setiap jenjang SD. Jenjang di SD sangat khas, dan berbeda
berdasarkan perkembangan kognitif siswa. Guru-guru di Indonesia belum siap
dalam melaksanakan pendekatan saintifik, karena sejak dahulu mayoritas
pembelajaran menggunakan metode ceramah.
Kesulitan lain adalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu. Perlu
adaptasi yang luar biasa sulit dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik.
Guru harus memiliki kemampuan memadukanmuatan pelajaran menjadi satu dan
mengalir sepanjang pembelajaran tanpa terfragmentasi. Buku guru yang
diharapkan membantu guru pun, di beberapa pembelajaran masih sangat kasar
dalam menjalin muatan-muatan pelajaran menjadi kesatuan utuh tematik.
Kebingungan tidak hanya dialami siswa, orang tua pun mengalami
kebingungan ketika akan mendampingi anaknya belajar di rumah. Orang tua
mengalami kebingungan dalam pembelajaran tematik. Selain itu, orang tua perlu
beradaptasi dengan nilai serta raport siswa yang berbeda. Oleh karena itu, orang
tua sebaiknya berpartisipasi aktif dalam pendidikan anaknya. Orang tua dapat
berpartisipasi dalam kegiatan disekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi,
lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru, pameran sekolah dan sebagainya.
Melalui partisipasi aktif orang tua terjadi dialog intensif antara sekolah atau guru
dengan orang tua siswa. Melalui dialog intensif antara guru-orang tua terajadi
pertukaran informasi, diskusi penyelesaian masalah-masalah pendidikan dan
sebagainya.
xii
D. Analisis Kendala yang Berkaitan dengan Silabus
xiii
guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan
oleh sekolah tersebut.
c. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri,
sebaiknya bergabung dengan sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk
bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-
sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
d. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di
bidangnya masing-masing.
xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar.
Sendagkan silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dalam Kurikulum 2013 jenjang SD, mata pelajaran bahasa Indonesia
ditempatkan sebagai penghela mata pelajaran lain. Dengan perkataan lain, kandungan
materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks
yang sesuai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu juga kendala-kendala
dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 berasal dari pemerintah, institusi, guru,
orang tua dan siswa. Lalu, terdapat pula kendala yang berkaitan dengan silabus,
silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kompetensi, materi, kegiatan, indikator, dan lain sebagainya.
B. Saran
xv
DAFTAR PUSTAKA
xvi