Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PADA INDUSTRI STIK IKAN BELANAK

Oleh :

Bagas Ahmad Faruq Yahya

18230006

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar - lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik sehingga penulis dapat memperbaiki makalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berkonstribusi
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya sebagai ilmu
pengetahuan tentang “Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Stik Ikan Belanak”. Atas
perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 16 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Undang-Undang Kesehatan Kerja...............................................................................3
2.2 Kesehatan Kerja...........................................................................................................4
BAB III......................................................................................................................................5
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................................5
3.1 Fasilitas Kesehatan Kerja.................................................................................................5
3.2 Keselamatan kerja............................................................................................................5
3.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja......................................................................6
3.4 Alat Pelindung Diri..........................................................................................................7
3.5 Pelatihan dan Penyuluhan K3..........................................................................................9
3.5 Audit K3...........................................................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya industrialisasi dan globalisasi serta kemajuan ilmu dan teknologi,
maka keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin berkembang. Undang- Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan sebagai dasar hukum penerapan K3 di Indonesia telah
diperkuat dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
dimana pada Pasal 164-165 tentang Kesehatan Kerja dinyatakan bahwa semua tempat kerja
wajib menerapkan upaya kesehatan baik sektor formal maupun informal termasuk Aparatur
Sipil Negara, TNI dan Kepolisian.
Beriringan dengan segala macam perkembangan yang terjadi, perusahaan-perusahaan
yang ada di Indonesia pun mulai beralih untuk menerapkan keilmuan maupun teknologi baru
yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Penggunaan keilmuan maupun teknologi
yang lebih baru memang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Namun disamping
itu, resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja pun semakin meningkat.
Kesehatan kerja pada industri adalah salah satu masalah serius yang harus diperhatikaan
oleh pengusaha, pekerja dan pemerintah. Di era globalisasi ini persaingan industri yang
semakin kompetitif setiap industri terus dituntut untuk menghasilkkan produk yang maksimal
dan berkualitas, sehingga industri harus mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada
sehingga dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Salah satunya sumber daya yang
dimiliki adalah sumber daya manusia. Kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia sendiri
juga masih sangat menghawatirkan. Ini ditunjukkan dengan peningkatan kecelakaan kerja di
Indonesia per tahun yang didasarkan pada jumlah / hasil klaim yang diterima oleh Jamsostek
atau yang dikenal sekarang BPJS Ketenagakerjaan.

Pelaksanaan kesehatan kerja dalam industri dilaksanakan dalam rangka membangun


ketenagakerjaan yang sesuai Undang-Undang 1945. Tujuan pelaksanaan agar dapat
mewujudkan ketenagakerjaan yang aman, nyaman, serta sehat dalam industri. Dalam bidang
industri kesehatan kerja menjadi faktor utama yang harus diperhatikan karena sangat
berpengaruh pada keberlangsungan jalan usaha pada industri tersebut. Kesehatan kerja dalam
industri juga bertujuan untuk menghindari kerugian baik materi maupun finansial dari
terjadinya kecelakaan kerja.

1
Dalam era dengan keilmuan dan teknologi yang semakin canggih, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan oleh penyelenggara
kerja untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, disamping melindungi pekerja dari hal-
hal yang mengancam keselamatan dan kesehatan. Jika keselamatan dan kesehatan pekerja
terpelihara dengan baik maka angka kesakitan, absensi, kecacatan dan kecelakaan kerja dapat
diminimalkan, sehingga akan terwujud pekerja yang sehat dan produktif. Perlu diingat bahwa
profit perusahaan juga dipengaruhi oleh produktivitas pekerja yang berhubungan erat dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Mengingat pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), perusahan/organisasi
perlu mulai mengutamakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
pengoperasiannya. Pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh pekerja
maupun pihak perusahaan terkadang masih rendah. baik pengetahuan tentang cara penerapan
K3 yang benar, dampak jika perusahaan tidak mengaplikasikan K3 itu, dsb.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masasalah pada makalah ini yaitu bagaimana Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang dilakukan di Industri Stik ikan belanak.

1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaiu untuk mengetahui Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
dilakukan di Industri Stik ikan belanak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Undang-Undang Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pun telah dinyatakan pada Pasal 86 ayat 2 angka
31 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi
keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di
selenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”
Peraturan Pemerintah No 88 tahun 2019 mengenai kesehatan kerja, yang terdiri dari
ketentuan umum kesehatan kerja, penyelengaraan kesehatan kerja, standar kesehatan kerja,
dukungan penyelenggaraan kesehatan kerja, pendanaan, dan peran serta masayarakat.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada undang-undang ini
memandang bahwa kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi tenaga kerja mulai dari
pengelolaan tempat kerja, kewajiban pengusaha kepada tenaga kerjannya, serta
penyelenggaraan jaminan sosial.
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, yang terdiri
dari memberikan perlindungan kerja, memberikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja,
dan sistem pengawasan tenaga kerja.
Peraturan Mentri Tenaga kerja No. 7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan,
dan penerangan dalam tempat kerja, peraturan ini ditujukan agar menciptakan tempat dan
lingkungan kerja yang layak bagi tenaga kerja.
Kesehatan Kerja juga telah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Bagian 6 tentang Kesehatan Kerja, Pada pasal 23 yang berisi :
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja,
dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja

3
2.2 Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta
meningkatkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada
keuntungan perusahaan. Menurut Mangkunegara (2013:161) kesehatan kerja menunjukkan
pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di akibatkan
oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor – faktor dalam lingkungan kerja
yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan lingkungan yang dapat membantu stres
emosi atau gangguan fisik. Mangkunegara (2013:161), juga menyatakan bahwa keselamatan
kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek – aspek lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah
tulang, kerugian fisik.
Menurut International Labor Organizational (ILO), Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan
dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya. Dalam pedoman ILO tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (dikenal sebagai ILO-OSH 2001), disebutkan
bahwa tindakan pencegahan dan perlindungan harus dilaksanakan dalam urutan prioritas
berikut: (i) menghilangkan bahaya; (ii) mengendalikan risiko pada sumber (melalui
penggunaan pengendalian rekayasa atau tindakan organisasional); (iii) meminimalkan risiko
dengan merancang sistem kerja yang aman (termasuk tindakan administratif yang diambil
untuk pengendalian risiko); dan (iv) apabila risiko residual tidak dapat dikendalikan dengan
tindakan kolektif, perusahaan harus menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai tanpa
biaya dan mengambil tindakan untuk memastikan penggunaan dan pemeliharaannya. (ILO,
2001)

4
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Fasilitas Kesehatan Kerja
Setiap perusahaan atau industri tentu diwajibkan untuk memberikan fasilitas kesehatan
kerja bagi tenaga kerjanya agar tujuannya perusahaan tidak mengalami masalah dan kerugian
dari tenaga kerjannya. Contoh fasilitas kesehatan kerja yang diberikan :

a. Memberikan APD sesuai standar di tiap bagian atau divisi dalam industri untuk
tenaga kerja maupun non tenaga kerja
b. Menyiapkan alat atau kotak pertolongan pertama ditiap ruangan atau tempat dalam
industri seperti gudang, kantor, ruang produksi dan lainnya
c. Menyediakan ruangan sanitasi limbah dan ruang terbuka hijau yang ditujukan agar
dapat mengurangi pencemaran polusi
d. Menyediakan tempat layanan kesehatan seperti klinik dan apotik didalam industri
serta layanan ambulan bila pekerja mengalami kecelakaan kerja yang berat
e. Memberikan jaminan kepada tenaga kerja seperti BPJS ketenagakerjaan, tunjangan /
kompensasi dan asuransi
f. Menyediakan tempat cuci tangan atau penyemprot handsanitizer

3.2 Keselamatan kerja


Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berkaitan dengan mesin, bahan,, dan
lingkungan kerja seperti proses produksi. Keselamatan kerja memiliki peran penting untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian fisik maupun non
fisik. Keselamatan Kerja telah diatur dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dalam pasal 3 ayat (1) dan pasal 9 ayat (3), yang berbunyi:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

5
3.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja merupakan suatu masalah penting yang ada pada
industri/perusahaan sebab dapat menimbulkan kerugian baik materi maupun finansial.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kurangnya penerapan K3 yang ada dalam industri.
Kurangnya penerapan terjadi juga karena beberapa faktor yang menjadi penyebab kecelakaan
kerja.

a. Faktor Teknis, merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti pengaruh
dari tempat kerja, mesin dan peralatan, transportasi dan lain-lain. contoh kecelakaan
kerja faktor teknis seperti umur / usia pakai mesin dan peralatan, kondisi tempat kerja
yang kurang fasilitas akan kebersihan, transportasi yang tidak standar atau tidak layak
pakai, Pengaman peralatan kerja yang sudah using atau rusak. Penggunaan mesin, alat
elektronik tanpa pengaman yang baik..
b. Faktor Non teknis, merupakan faktor yang terjadi karena dari dalam diri sendiri
seperti kelalaian, kecerobohan, dan sikap acuh, contohnya seperti tidak memakai APD
yang lengkap dan tidak standar, tidak menaati peraturan yang ditetapkan, dan pekerja
yang sering tergesa-gesa atau kurang konsentrasi dalam bekerja, Stamina pegawai
yang tidak stabil, Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,
cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah sikap
pegawai yang kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas
kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya..
c. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang terjadi karena pengaruh dari lingkungan
yang ada disekitar individu, contohnya seperti kondisi iklim, kondisi geografis, dan
lainnya. contoh kecelakaan kerja faktor lingkungan seperti daerah tempat kerja yang
rawan bencana alam baik banjir, longsor, gempa bumi dan lainnya, kondisi cuaca
tempat kerja yang kurang baik seperti hujan, angin kencang, dan lainnya, Pengaturan
dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, kurang cahaya, remang – remang.

6
3.4 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri atau sering disebut APD merupakan serangkaian pakaian, alat, serta
perlengkapan lainnya yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja yang
dihadapi yang berfungsi untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Pada industri stik ikan belanak APD yang digunakan yaitu :

a. Topi / penutup kepala : untuk melindungi kepala atau rambut dari debu, kotoran, dan
menjaga juga agar rambut tidak mengontaminasi selama proses produksi. Dapat dilihat
pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Penutup kepala

b. Kacamata : untuk melindungi mata dari kotoran, partikel debu, maupun asap / uap. Dapat
dilihat pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Kacamata Safety

c. Ear Plug (penutup telinga) : untuk melindungi telinga serta mengurangi suara dari
kebisingan selama proses produksi dan wajib digunakan untuk operator mesin. Dapat
dilihat pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Ear plug

7
d. Masker : untuk melindungi dan menjaga hidung dan mulut serta mengurangi paparan
debu dan uap/asap yang kemungkinan masuk sistem pernafasan. Dapat dilihat pada
Gambar 1.4

Gambar 1.4 Masker

e. Sarung Tangan : untuk melindungi serta menjaga tangan dari kotoran maupun paparan
bahan kimia. Dapat dilihat pada Gambar 1.5

Gambar 1.5 Sarung Tangan Safety dan Lab

f. Seragam dan pakaian khusus : untuk melindungi diri dari bahaya seperti paparan panas,
bahan kimia, dan lainnya selama proses produksi. Dapat dilihat pada Gambar 1.6

Gambar 1.6 Seragam Kerja dan Lab

g. Sepatu safety : untuk melindungi bagian kaki dari kejatuhan benda, cipratan bahan kimia,
dan panas serta kemungkinan terpeleset saat proses produksi. Dapat dilihat pada Gambar
1.7

Gambar 1.7 Sepatu Safety

8
9
3.5 Pelatihan dan Penyuluhan K3
Penyuluhan dan pelatihan K3 merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
informasi serta edukasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja maupun
calon tenaga kerja agar nantinya tidak terjadi kecelakaan kerja yang merugikan perusahaan
dan diri sendiri. Berikut macam-macam penyuluhan dan pelatihan K3 yang dilakukan
seperti :

a. Melibatkan para pengawas dan sistem pelaporan Bilamana terjadi kecelakaan harus
dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagian kerusakan, dan laporan harus pula
mengidentifikasi kemungkinan penyebab kecelakaan.
b. Mengembangkan manajemen prosedur keselamatan kerja yang esensi dengan menetapkan
sistem komunikasi secara teratur dan tidak lanjut pada setiap kecelakaan pegawai dan
menjadikan keselamatan kerja sebagai tujuan kerja
c. Membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang dilakukan pegawai
dicatat oleh pengawas dan dipertanggung jawabkan sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan penilaian prestasi kerja, kondite pegawai yang bersangkutan.
d. Melatih pegawai dan pengawasan dalam manajemen keselamatan kerja Melatih pegawai
untuk dapat menggunakan peralatan kerja dengan baik. Begitu pula pegawai – pegawai di
latih untuk dapat menggunakan alat keamanan jika terjadi kecelakaan di tempat kerja.

3.5 Audit K3
Audit K3 merupakan pemeriksaan secara sistematis dan independen, untuk menilai
suatu kegiatan ditempat kerja dan hasil yang berkaitan dengan produktivitas kerja sesuai
dengan prosedur yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif untuk mencapai tujuan
perusahaan. pelakasanaan audit K3 dilaksanakan sesuai Per.Mentri Tenaga kerja nomor 5
tahun 1996 tentang SMK3 yaitu sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga tahun. Audit K3
dilakukan oleh para auditor SMK3 yang berkeahlian khusus serta lembaga audit SMK3 yang
merupakan badan hukum yang ditunjuk oleh menter untuk melaksanakan audit K3. Berikut
evaluasi yang dilakukan seperti internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.

1) Internal audit dengan mengidentifikasi setiap kejadian-kejadian hampir celaka di dalam


perusahaan untuk selanjutnya diambil tindakan koreksi agar prosedur-prosedur yang
ditetapkan secara terprogram dapat lebih efektif.
2) Penyelidikan insiden mengidentifikasi setiap kejadian hampir celaka di dalam
perusahaan.
3) Etiologi : mencari sumber (asal usul) terjadinya penyakit akibat kerja.

10
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan kerja merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan yang mempelajari
bagaimana melakukan usaha terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar
pekerja memperoleh kesehatan fisik, mental maupun sosial yang baik.

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berkaitan dengan mesin, bahan,, dan
lingkungan kerja seperti proses produksi. Keselamatan kerja memiliki peran penting untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian fisik maupun non
fisik.

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman diperlukan sinergi tidak
hanya dari pekerja yang harus berusaha untuk melakukan prosedur kerja dengan sesuai dan
menjaga kesehatan diri, tetapi dari penyelenggara kerja pun agar menjamin Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan cara menyediakan kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) yang
sesuai standar, pelatihan maupun sosialisasi mengenai prosedur kerja, prosedur tanggap
darurat, pertolongan pertama pada kecelakaan, wawasan mengenai bahaya dan resiko kerja
yang dihadapi, dsb. Serta sarana ataupun fasilitias yang mampu mendukung kesehatan fisik
dan mental pekerja

11
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Prabu, Mangkunegara. 2018, Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan
keduabelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

A.A. Prabu, Mangkunegara. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Sukmadinata, N. S. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Sunyoto, D. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Buku Seru.

Undang - undang Kesehatan Kerja.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor
%2036%20Tahun 02%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf. Diakses pada 16 Juni
2021

Undang - undang Keselamatan Kerja. https://spn.or.id/dppspn/uu-01-1970.pdf.


Diakses pada 16 Juni 2021

12

Anda mungkin juga menyukai