Disusun Oleh :
HASAN MUAFFA
NIM : 2021207209093
A. DEFINISI
1. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi
air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam
(Jacoeb, 2007).
B. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah
yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe
kista ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel
ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi
sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel
telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga
menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan
yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari
perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada
beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple
dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang
pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi
yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,
termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram.
Pathway
Kista Ovarium
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi
tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.
Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis
dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar)
dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista
atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
2. CT-Scan
Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan
penyangatan kontras pada dindingnya.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi
lemak dan produk darah. CT-scan dapat memberikan petunjuk tentang
organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam
mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan
dengan CT-scan.
4. CA-125
Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah
yang disebut CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan
subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-
125 biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan
tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan
perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan
pemakaian gurita abdomen yang ketat.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah
baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti
berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua
hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak
menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien
akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus
menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila
luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan
luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
2) Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab
atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun.
Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan
pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan
skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan
kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya
ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan
metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada
siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan
lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
3) Pengertian Perioperasi
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan
yang dimulai pre operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan
post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra
bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke
meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.
4) Anastesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga
menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk
penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan
jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang
dibutuhkan selama operasi dilakukan.Jenis-jenis anestesiayaitu :
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat
kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran,
menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya,
metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih
dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses
konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di
bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya
hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang
digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional
intravena dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui
epidural.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls
saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien
dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah
infiltrasi atau topikal.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran
menjadi pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan
ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode
yang digunakan adalah hipnotis.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok
rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorfin
tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak
digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada
permukaan kulit.
5) Persiapan Dan Perawatan Pre Operasi
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan
tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas
pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent
yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya
mengenai tindakan tersebut.
1. Rencana tindakan
Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup
penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan
pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat
khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah,
ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah
bedah.
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima
makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut
dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab
makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan
aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang
akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram
kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat
rambut, maka harus di cukur.
5. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah
dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara
lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat
dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan paha,
kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh
kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat
tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi
hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba
gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi
hingga lima kali.
6. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta
mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bsa memutar badan,
melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser
pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan
tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan
yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
Cek identitas pasien.
Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat
mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-lain.
Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian
sirkulasi
Lepaskan kontak lensa.
Lepaskan protesis.
Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika
pasien tidak dapat mendengar.
Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung
kemih.
Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko
terjadi tromboflebitis.
b. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa
nyeri dapatdilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka
operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan
luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C.
Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen
dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan
napas, tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu
tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan
menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang
berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk
terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk
guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan
output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan
dan output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan
juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat
otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara
terapeutik.
8. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi. Ada 2 macam discharge
planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge
planing yang diberikan kepada klien (sebagai
dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti
pasien dan lebih detail.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendididkan, pekerjaan,
agama dan alamat, diagnose medis serta data penanggung jawab.
Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 – 40 th.
2. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa dan masa
di daerah abdomen, mual, perdarahan.
1) Riwayat penyakit dahulu.
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti
pernah mengalami kanker atau tumor pada orang lain.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan data yang diperlikan untuk mengetahui kondisi
kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien post operasi
biasanya nyeri sebagai efek dari pembedahan seperti : cemas,
gangguan aktifitas, dan gangguan nutrisi.
4. Riwayat perkawinan
Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu
factor presdiposisi terjadinya tumor ovarium.
6. Riwayat mestruasi
Klien dengan tumor ovarium kadang – kadang terjadi
digumenorhea dan bahkan sampai amenorrhea.
7. Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstermitas bawah secara
sistematis
a) Kepala
Hygine rambut
Keadaan rambut
b) Mata
Sklera : ikterik atau tidak
Konjungtiva : anemis atau tidak
Mata : simetris atau tidak
a) Leher
Ada atau tidak pembengkakan kelenjar tyroid
Ada atau tidaknya tekanan ven ajugularis
a) Dada
Pernafasan
Jenis pernafasan
Bunyi nafas
Penarikan sela iga
a) Abdomen
Nyeri tekan pada abdomen
Teraba masa pada abdomen
a) Ekstermitas
Nyeri pada saat beraktifitas
Tidak ada kelmahan
a) Eliminasi, Urinasi
Adanya konstipasi
Susah BAK
9. Data Spiritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai denagn
kepercayaannya.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Oprerasi
a) Nyeri b/d agens cedera
b) ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
c) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan b/d kurangnya informasi
2. Post Operasi
a) Resiko perdarahan b.d Faktor Risiko
b) Nyeri Akut b.d Agen Cedera (luka post operasi)
c) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
c. INTERVENSI KEPERAWATAN POST OPERASI