Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU:

NANANG TOMI SITORUS, S.H., M.H.

OLEH:

 Rahma Alya (218400147)


 Aurellia Perwita Sari (218400053)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Arti Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI......................................4
B. Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan Dan Isi UUD 1945....................4
C. Definisi UUD Dan Konstitusi Serta Fungsinya...........................................9
D. Perundang-Undangan Dalam Bidang Politik.............................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................13


A. Kesimpulan................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kami selaku kelompok penyaji yang memiliki judul “Pancasila Dalam Sistem
Ketatanegaraan” ingin memberikan edukasi mengenai pancasila yang sebagaimana
mestinya di jalankan dan kami ingin memberikan seluruh pengetahuan yang kami tau
untuk semua yang membaca/melihat tugas ini sehingga menambah wawasan si
pembaca.

Dan kami juga selaku kelompok penyaji juga ingin mengingatkan kembali
Pancasila dan proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 yang merupakan cita-cita
bangsa saling berkaitan dan kaitan itu mengarah pada pembentukan ketatanegaraan
Republik Indonesia dan segala sistem pemerintahannya. Ketatanegaraan itu
berlandaskan pada Pancasila, yang secara terperinci termuat dalam UUD 1945. Hal
ini sangat berkaitan dengan makalah kami tentang Pancasila Dalam Sistem
Ketatanegaraan.

Pada kesempatan ini pembuat mengucapkan terima kasih pada pihak yang
telah membantu dan mengarahkan sehingga tugas ini dapat di selesaikan. Oleh karna
itu pembuat mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Nanang Tomi Sitorus SH, MH selaku dosen pembimbing Universitas


Medan Area atas kesempatan yang telah diberikan untuk menyelesaikan tugas
yang telah di berikan sebagaimana musti di laksanakan.

2. Rekan rekan yang sekelompok stambuk 2021 sore dan kakak kelas Fakultas
Hukum Universitas Medan Area yang telah turut berpartisipasi dan turut
membantu dalam pembuatan tugas yaitu Khosyful Fikri, Romeo , Nurhaliza
dan terkhusus Tuhan Yang Esa yang telah meberikan jalan untuk kami
menyelesaikan tugas ini

B. Rumusan masalah
1. Apa arti Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI?
2. Apa hubungan Pancasila dengan pembukaan dan isi UUD 1945?
3. Bagaimana Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik
Indonesia?
5. Apa definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya?
6. Bagaimana perundang-undangan dalam bidang politik?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI


Pancasila sebagai dasar Negara yang merupakan satu asas kerohanian dalam
ilmu kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara maka dari itu semua peraturan perundan- undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan Negara demokrasi, yang berdasarkan atas hokum
oleh karna itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur
dalam suatu system perundang- undangan. Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI
adalah pembagian kekuasaan lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban,
keadilan social, dan lainnya diatur dalam UUD. Pembukaan UUD 1945 dalam
konteks ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting merupakan
stasfundamental dan berada pada hierarki tertib hokum tertinggi di Negara Indonesia .

B. Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan Dan Isi UUD 1945

1. Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 secara Keseluruhan


Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang
memuat dasar falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang
terpadu. UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan
dari pokok-pokok pikiran terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok
pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila dari Pancasila,
sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD
1945. semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar,
masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yang
menurut penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah
yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap
atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut
tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.

2. Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 dalam Pembukaan UUD 1945
Ada hubungan prinsipil antara pembukaan UUD 1945 dan proklamasi
kemerdekaan Indonesia, yaitu pertama, pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia.

4
Kedua, tindakan-tindakan yang segera dilakukan terkait dengan kemerdekaan, cita-
cita luhur yang menjadi pendorong ditegakkannya kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan
dan perwujudan keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Pada alinea ke-4 UUD 1945 merupakan pernyataan peristiwa dan keadaan
ataupun cita-cita setelah bangsa Indonesia terwujud. Pancasila yang termaktub pada
alinea ke-4 ini merupakan unsur penentu ada dan berlakunya hukum Indonesia, pokok
kaidah negara yang fundamental, dasar negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, dengan demikian Pancasila merupakan inti dari pembukaan
UUD 1945, dan memiliki kedudukan yang kuat dan tetap serta tidak dapat diubah.
Posisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dinyatakan dalam
Ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966. Artinya nilai-nilai Pancasila sebagai norma
dasar paling fundamental sehingga mampu menjadi pandangan hidup, visi bangsa,
dasar pijakan hubungan politik dan kehidupan kebangsaan yang lain. Dan ini bersifat
tetap yang tidak dapat berubah karena Pancasila merupakan hasil dari kesepakatan
kehidupan berbangsa di Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila secara yuridis formal merupakan dasar
filsafat negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini berarti, dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
termasuk semua peraturan perundangan, pemerintahan, penyelenggaraan kekuasaan,
sistem demokrasi, dan aspek-aspek penyelenggaraan negara lainnya.

Kedudukan Pancasila ini dapat dirinci sebagai berikut :


a) Sebagai sumber hukum dasar nasional berdasarkan ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998.
b) Meliputi suasana kebatinan UUD.
c) Mewujudkan cita-cita hukum dasar baik tertulis maupun tidak tertulis.
d) Mengandung norma-norma yang harus diwujudkan di dalam UUD.
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-undang Dasar 1945


diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7, ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat
dalam alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang
berdasarkaan Pancasila terdapat dalam pembukaan alinea IV.Jadi berdasarkan urut-
urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber tertib
hukum tertinggi yang bersumberkan pada Pancasila. Hal ini berarti secara material
tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
yang meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat. Selain itu dalam
hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok
Kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan
esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara Fundamental tersebut tidak lain adalah
Pancasila.
Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi
Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai

5
ideologi bangsa Indonesia. Jadi Pancasila itu disamping termuat dalam pembukaan
UUD 1945 (rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang terkandung didalamnya)
dijabarkan secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.

3. Kedudukan Pancasila Dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia

a) Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila
dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintah negara atau sebagai dasar
untuk mengatur penyelengaraan negara. Dengan demikian Pancasila merupakan
kaidah negara yang fundamental, yang berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
negara Republik Indonesia harus bersumber dari pancasila.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV dengan jelas dinyatakan bahwa
Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar
yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan Negara Republik Indonesia. Dengan
kata lain pancasila merupakan dasar falsafah negara atau ideologi negara, karena
memuat norma-norma yang paling mendasar untuk mengukur dan menentukan dasar
bentuk-bentuk penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penting
yang diambil dalam proses pemerintahan negara Indonesia.

b) Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia


Ideologi merupakan kumpulan gagasan, ide, keyakinan, atau bersifat yang
menyeluruh dan teratur secara sistematis. Hal-hal yang dapat termuat dalam ideologi
adalah politik, sosial, kebudayaan, dan keagamaan. Dalam kaitan ini, Pancasila
tergolong sebagai ideologi. Pancasila memiliki tersendiri, panci[i]asila sebagai
ideologi bukan hanya merupakan hasil pemikiran seseorang seperti ideologi yang
dimiliki bangsa-bangsa lain. Ideologi pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat,
budaya, serta agama masyarakat Indonesia sejak zaaman sebelum terbentuknya
negara Indonesia. Nilai-nilai itu digali dan dirumuskan oleh para pendiri negara
kemudian dijadikan sebagai dasar dan ideologi negara.
Sebagai ideologi, Pancasila tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi bersifat
dinamis dan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dapat
memperlakukan Pancasila secara luwes dan kreatif. Artinya sebagai ideologi,
Pancasila bisa digunakan untuk menghadapi dan menjalani zaman yang terus-
menurus berkembang sesuai kedaan dengan tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya.

c) Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.


Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, berarti Pancasila adalah sikap
mental dan tingkah laku bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas, dan yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Fungsi Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia memiliki arti bahwa Pancasila adalah gambaran tertulis
dan pola perilaku atau gambaran tentang amal perbuatan bangsa Indonesia yang khas
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain. Pancasila sebagai kepribadian

6
bangsa, yaitu Pancasila memberi ciri khas kepribadian yang tercermin dalam sila-sila
Pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan dan kesatuan
bangsa, berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapal hikmat kebijaksanaan, bercita-
cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Dinamika Pelaksanaan Pancasila Dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia


Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara Indonesia yang butir-butirnya
telah diajarkan ke warga negara Indonesia sejak kecil, mulai dari kewajiban para
siswa-siswi sekolah dasar untuk menghafal setiap butirnya hingga pemahaman lebih
lanjut mengenai sejarah dan nilai-nilai Pancasila di jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Sistem pendidikan yang seperti ini seakan-akan merupakan upaya untuk
menciptakan pandangan bahwa Pancasila merupakan ideologi dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak mungkin salah.
Penetapan Pancasila sebagai sebuah ideologi yang kaku dan mutlak
pemaknaannya merupakan sebuah penyimpangan interpretasi dari apa yang
diharapkan oleh founding fathers Indonesia. Menurut Soemantri (2007:22), apa yang
diharapkan oleh founding fathers adalah Pancasila mampu mengatasi permasalahan
mengenai keanekaragaman bangsa Indonesia, bukan justru untuk mengeliminasi
perbedaan yang ada. Pendapat Seomantri juga didukung oleh Sjafruddin
Prawiranegara (1984:78), bahwa setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki
kewajiban untuk hidup dan bekerja di Indonesia secara damai dan berdampingan
tanpa memandang latar belakang agama, kepercayaan dan ideologinya. Namun
selama era Orde Baru, apa yang terjadi justru berkebalikan dengan apa yang
seharusnya dilakukan. Dengan dasar bahwa setiap organisasi harus berlandaskan
Pancasila, organisasi-organisasi keagamaan seperti Himpunan Mahasiswa Islam
dipaksa untuk mengganti basis ideologi Islamnya dengan ideologi Pancasila, justru
merupakan bukti bahwa terdapat kesalahan interpretasi dari pemerintahan Soeharto
(Prawiranegara, 1984:79-80).
Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia
dalam menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes
dan fleksibel tidak tertutup dan kaku melainkan harus mampu mengikuti
perkembangan jaman tanpa harus mengubah nilai-nilai dasarnya. Pancasila
memberikan orientasi ke depan dan selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang
dihadapi dan akan dihadapi Usaha untuk memecahkan persatuan pernah terjadi
memberontakan Madiun 1948 maupun pengkhianatan G 30 S/PKI tahun 1965.
Namun semuanya itu dapat digagalkan berkat kesepakatan segenap golongan bangsa
Indonesia untuk tetap mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan landasan dasar dan ideologi Pancasila. Pancasila lahir sebagai dasar
negara Indonesia.

a) Masa Orde Lama


Masa pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan 3
Periode berbeda, penerapan Pancasila :

7
 1945-1950
 1950-1959
 1959-1966
1) Periode 1945-1950 periode dimana Pancasila menghadapi berbagai masalah
periode ini ditandai dengan terjadinya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara : Pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) di Madiun 18-9-1948 dipimpin oleh Muso, tujuan utama : mendirikan
Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis (paham komunis)
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia 17-8--1949 ditangkap 4-
6-1962 dipimpin oleh Kartosuwiryo tujuan utama : mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII) dengan syaria’t islam sebagai pengganti Pancasila.
2) Periode 1950-1959 periode ketika penerapan Pancasila lebih diarahkan pada
ideologi liberalisme (kebebasan tanpa batasan),yang tidak menjamin stabilitas
pemerintahan. periode ini ditandani dengan penerapan Pancasila sila keempat
yg tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak
(voting)
Munculnya pemberontakan :
1) Republik Maluku Selatan (RMS)
2) Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) ingin melepaskan
diri dari
3) Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA) NKRI
4) Di bidang politik
terlaksananya Pemilu paling demokratis pada tahun 1955 bertujuan
membentuk KONSTITUANTE (sebagai lembaga pembentuk UUD, timbulnya
krisis politik,ekonomi, dan keamanan akibat Konstituante tidak dapat
menyusun UU.
3) Periode 1959-1966 Periode yang dikenal dengan periode demokrasi terpimpin
(demokrasi yang berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno)
1) Terjadi penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi
2) Pres.Soekarno menjadi otoriter,
3) diangkat menjadi presiden seumur hidup
4) menggabungkan Nasionalis, Agama dan Komunis (NASAKOM) dan
tidak cocok bagi NKRI
5) terjadi kemerosotan moral di sebagian masyarakat
6) Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 30-9-1965 dipimpin
oleh D.N. Aidit, tujuan utama :
4) mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis sebagai
pengganti pancasila.

b) Masa Orde Baru


Transisi singkat 1966-1968 dimana demokasi Pancasila diwarnai dengan ke
diktatoran
1) Pelengseran Ir.Soekarno dengan dipilihnya Jenderal Soeharto sebagai Presiden

8
2) konsep Demokrasi Pancasila
Visi utama dari pemerintahan orde baru :
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia
3) Terciptanya stabilitas keamanan negara dalam waktu singkat pasca
pemberontakan PKI II
4) Tidak adanya perubahan ke arah lebih baik di bidang politik,
KEPRESIDENAN (pengontrol utama) Lembaga Suprastruktur Lembaga
Infrastruktur(DPR,MPR,DPA,BPK,MA) (LSM,ParPol,dll.

c) Masa Reformasi
Dimana Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara terus
menghadapi berbagai tantangan, yang dihadapkan pada :
kondisi kehidupan masyarakat yang diwarnai kehidupan serba bebas.
(kebebasan bicara, beroganisasi, berekspesi dll.) dampak negative dari kehupan yang
bersifat bebas tanpa batas :
a) Munculnya pergaulan bebas
b) Pola komunikasi yang tidak beretika, yang dapat memicu terjadinya
perpecahan - Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan sesama warga
bangsa ( adanya konflik di beberapa daerah, tawuran antar pelajar,
tindakan kekerasan untuk mencapai solusi dari permasalahan, dll)
c) Saling berpacunya pembangunan bangsa-bangsa yang memudahkan
masuknya ideologi baru.

C. Definisi UUD Dan Konstitusi Serta Fungsinya

1. Pengertian Undang-Undang Dasar dan Konstitusi


Undang Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah,
lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga
negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk
yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan
bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya
dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disampingnya Undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak
tertulis”.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang
Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada
pengertian hukum dasar, Karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah
hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertiann hukum dasar mencakup juga
hukum dasar yang tidak tertulis.

9
Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris constitution atau dari
bahasa Belanda Constitutie. Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih
luas dari Undang-undang dasar karena pengertian Undang-undang Dasar hanya
meliputi konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang
tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar
yang tidak tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu
yang lazim disebut konvensi, yang berasal dari bahasa Inggris convention, yang
dalam peristilahan ketatanegaraan disebut kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan.
Misalnya , kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI, setiap tanggal 16 agustus
melakukan pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada tahun 1945
hingga tahun 1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November
1945, yang telah mengubah system pemerintahan dari cabinet presidensial ke
cabinet parlementer. Tetapi apabila keadaan Negara bahaya atau genting, cabinet
beruah menjadi presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan Negara menjadi aman
kebinet berubeh kembali menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan
tersebut tidak ada peraturan yang tegas secara tertulis, pendapat umum cenderung
melakukannya,, apabila tidak dilaksanakan, dianggap tidak benar.

2. Fungsi
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya
dengan undang-undang dasar. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum
dasar tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga
masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka
berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara
Republik Indonesia.
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati
kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai
fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah
norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang
lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi
sebagai penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
Karena fungsinya seperti itu, UUD juga mengemban fungsi sebagai alat kontrol,
papan uji, atau alat untuk mengecek terhadap kesesuaian seluruh norma hukum
yang berada di bawahnya.Bagi suatu negara, konstitusi merupakan patokan dasar
guna mengatur negara dan pemerintahan. Pada hakikatnya, konstitusi merupakan
bentuk kontrak sosial yang dibuat dan disepakati oleh rakyat melalui para
wakilnya. Oleh karena itu, konstitusi harus dijadikan pedoman bagi negara dan
pemerintah mengenai hak-hak yang menjadi kewenangan dan hak yang bukan
menjadi kewenangannya. Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai
suatu fungsi konstitusionalisme. Dan memberikan legitimasi terhadap kekuasaan

10
pemerintah baik rakyat dalam sistem demokrasi atau raja dalam sistem monarki
kepada organ-organ kekuasaan Negara.
Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang
maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, ini tidak akan berjalan baik dan
bisa saja penguasa akan merajalela dan bisa merugikan rakyat banyak melindungi
hak asasi manusia setiap penguasa berhak menghormati Ham orang lain dan hak
memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
Pedoman menyelenggarakan negara maksudnya tanpa adanya pedoman negara
kita tidak akan berdiri kokoh layaknya negara tersebut.

D. Perundang-Undangan Dalam Bidang Politik


Politik adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan
cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara
sesuai garis keinginan agar kebahagian bersama didalam masyarakat sebuah Negara
tersebut lebih mudah tercapai.
Pengertian politik perundang-undangan ialah seperti yang tertera dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah politik diartikan sebagai kebijakan. Dengan
demikian, politik perundang-undangan adalah kebijakan dalam bidang perundang-
undangan.
Politik Perundang-undangan adalah merupakan arah kebijakan pemerintah
atau negara mengenai arah pengaturan (subtansi) hukum yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Makna dan isi politik perundang-undangan yang akan ditempuh yaitu
terciptanya suatu sistem perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang mencerminkan secara keseluruhan isi dan tujuan politik hukum nasional yaitu
kebijaksanaan pembangunan hukum nasional untuk mewujudkan suatu kesatuan
sistem hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yakni suatu sistem yang berisi
perangkat hukum, kaidah dan asas hukum, aparat, sarana dan prasarana hukum yang
mampu memberiakn perlindungan, mendorong dan menjamin terwujudnya
kesejahteraan umum dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang demokratis dan
mandiri, serta terlaksananya negara berdasarkan asas hukum dan berkonstitusi.
Pembangunan hukum nasional meliputi juga pembangunan aparatur hukum,
sarana dan prasarana hukum. Sedangkan pembangunan asas dan kaidah hukum
disebut pembangunan materi hukum, meliputi hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis. Peraturan Perundang-undangan termasuk hukum tertulis. Sejalan dengan
tujuan pembangunan sistem hukum nasional, maka setidaknya terdapat tiga segi
pokok sebagai arahan politik perundang-undangan adalah:
1. Hukum perundang-undangan harus berisi dan sekaligus sebagai instumen
untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Hukum perundang-undangan harus berisi dan sekaligus sebagai Instrumen
mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis dan mandiri.

11
3. Hukum perundang-undangan harus berisi dan sekaligus sebagai instrumen
penyelengaraan negara berdasarkan atas hukum dan konstitusi, yang bukan
saja mengandung berbagai bentuk pembatasan kekuasaan, tetapi juga
mencerminkan kepastian hukum, keadilan dan kebenaran.
Politik perundang-undangan yang memiliki arti kebijakan dalam bidang
perundang-undangan adalah berkenaan dengan substansi dan bentuk hukum. Bentuk
hukum dan tat urutan peraturan perundang-undangan sebagai pengganti Undang-
Undang No. 10 Tahun 2004 tentang hal yang sama. Menurut Undang-Undang No.12
Tahun 2011 ini, bentuk-bentuk dan tata urutan peraturan perundang-undangan adalah
sebagai berikut:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Ketetapan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d) Peraturan Pemerintah
e) Peraturan Presiden
f) Peraturan Daerah Provinsi
g) Peraturan Daerah Kota/Kabupaten
Seperti yang telah terjadi, pada tahun 1999 Pemerintah telah mengundangkan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 dan Undang-Undang No. 12
Tahun 2008. Undang-Undang tersebut telah memberikan hak otonomi kepada
Daerah, dalam hal ini Kabupaten dan Kota, sedangkan Provinsi diberi hak otonomi
terbatas. Akan tetapi, dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi
khusus bagi Provinsi Papua. Dalam Bab IV Undang-Undang No. 21 Tahun 2001
diatur tentang kewenangan daerah. Hal itu diatur lebih lanjut dalam pasal 4 yang
terdiri dari 9 9 ayat, kami menemukan 5 ayat yang dikemukakan di dalamnya,
sebagai berikut.
1. Kewenangan Provinsi Papua mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, moneter dan fisikal, agama, dan peradilan serta kewenangan
tertentu di bidang lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Khusus, Provinsi Papua diberi kewenangan khusus
berdasarkan Undang-Undang ini.
3. Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2, diatur
lebih lanjut dengan perdasus (Peraturan Daerah Khusus) dan perdasi
(Peraturan Daerah Provinsi).
4. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup kewenangan
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
5. Selain kewenangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4, Daerah
Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan berdasarkan Undang-Undang
ini yang diatur lebih lanjut dengan Perdasus dan Perdasi.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan sumber hukum materiil. Oleh karena itu, setiap isi
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya. Dan apabila itu
bertentangan maka akan dicabut. Pokok pikiran yang terkandung dalam pancasila
merupakan cita-cita hukum bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar negara
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia
dalam menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes
dan fleksibel tidak tertutup dan kaku melainkan harus mampu mengikuti
perkembangan jaman tanpa harus mengubah nilai-nilai dasarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2011. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Charisma Putra
Utama Offset.
Sri Soemantri, M. 2014. Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan Pandangan.
Remaja Roksadaya: Bandung.
Sugiyarto, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan 2, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Tim MGMP PKn, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: CV Aditya
Nugraha.
http://www.suduthukum.com/2016/09/politik-perundang-undangan-indonesia.html (di
aksestanggal 12 November 2016)

14
i

Anda mungkin juga menyukai