Anda di halaman 1dari 7

Soal

1. Sebagaimana diketahui salah satu ciri-ciri ilmu adalah objek kajian yang bersifat
empiris, Di manakah objek itu dapat dijelaskan menurut paradigma mekanik mekanik
atau menurut hukum sebab-akibat. Sebagai contoh dalam pasal 338 KUHP yang
rumusnya sebagai berikut Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.
Pertanyaan :
a. Analisis penerapan asas kausalitas atau hubungan sebab akibat dalam rumusan
pasal 338 KUHP atau Kitab Undang Hukum Pidana!
b. Bedakan dengan prinsip kausalitas sebagaimana dalam ilmu pengetahuan
lainnya!

2. Norma hukum yang tertinggi dan merupakan kelompok pertama dalam hierarki norma
hukum menurut teori Hans Kelsen yang disempurnakan oleh Hans nawiasky adalah
norma hukum negara atau staat Fundamental Norm.
Pertanyaan
a. Bagaimana penerapan teori Hans Kelsen tentang hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia?
b. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai norma dasar negara dalam hierarki
peraturan perundang-undangan Indonesia?
c. Mengapa Pancasila tidak dicantumkan dalam tata urut peraturan perundang-
undangan Indonesia?

3. Hukum agraria diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 yang merupakan
pelaksanaan dari pasal 33 ayat 3 undang-undang Dasar 1945. Agraria meliputi bumi
air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya yaitu
pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat
Pertanyaan : Bagaimana analisis saudara tentang penguasaan oleh negara terhadap
agraria yang meliputi bumi air dan ruang angkasa yang termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya!

4. Sistem hukum yang berlaku di dunia terdiri atas sistem Eropa kontinental atau biasa
yang dibentuk oleh kekuasaan legislatif dalam bentuk hukum tertulis sistem hukum
Anglo saxon atau common Law sistem hukum sosialis yang dijiwai oleh ajaran
marxisme leninisme dan sistem hukum adat dikenal dalam kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang India dan Tiongkok.
Pertanyaan :
a. Bandingkan kelemahan dan keuntungan sistem hukum Eropa kontinental atau
dan sistem hukum Anglo saxon atau common Law?
b. Bagaimana penerapan sistem hukum di Indonesia?
c. Bagaimana penerapan sistem hukum Anglo saxon di Indonesia? Berikan
alasannya!
Jawaban

1.
a. Penerapan asas kausalitas atau hubungan sebab akibat dalam rumusan pasal
338 KUHP atau Kitab Undang Hukum Pidana :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak secara eksplisit merujuk
pada salah satu ajaran yang ada. Hal ini dapat disimpulkan dari riwayat
pembentukan KUHP maupun dari pasal-pasal di dalam KUHP. Remmelink
mendapat kesan, bahwa pembuat undang-undang beranjak semata-mata dari
kenyataan kehidupan sehari-hari, dengan kata lain beranjak dari pemahaman
umum yang diberikan pada pengertian sebab. Tampaknya hal ini dipandang
hanya sebagai persoalan pada tataran fakta. Hakim sekadar menetapkan
adanya hubungan demikian atau tidak (factual cause). Ini tidak menutup
kemungkinan bahwa pada saat itu sudah dikenal ajaran filosofis maupun
hukum pidana yang menyatakan bahwa tiap kejadian, yang tanpanya peristiwa
pidana tidak akan terjadi, dapat dipandang sebagai sebab.
Meskipun demikian, berkenaan dengan delik-delik yang dikualifikasi,
pembuat undang-undang pasti sudah hendak memperhitungkan perlunya
pembatasan bagi penentuan kejadian yang layak disebut penyebab. Pembuat
undang-undang tidak mung-kin bertujuan menuntut pelaku untuk bertanggung
jawab atas semua hal- (termasuk yang paling tidak mungkin) yang berkaitan
dengan delik. Menurut Remmelink bahwa ajaran relevansilah yang paling
mendekati sebagai landasan pemahaman kausalitas dalam KUHP (Belanda
maupun Indonesia). Berbeda dengan Remmelink, menurut Wirjono
Prodjodikoro KUHP tidak menganut suatu teori kausalitas tertentu. Jaksa dan
Hakim diberi keleluasaan memilih diantara teori-teori kausalitas yang dikenal.
Namun demikian ada beberapa pasal dalam KUHP yang dikategorikan
sebagai tindak pidana yang memerlukan causal verband (hubungan sebab
akibat) dalam perumusan deliknya. Sebagaimana dikemukakan oleh Satochid
bahwa ada tiga jenis tindak pidana yang memerlukan ajaran kausalitas dalam
pembuktiannya yaitu tindak pidana materiil, tindak pidana yang dikualifisir
oleh akibatnya dan tindak pidana omisi yang tidak sempurna.

b. Beda dengan prinsip kausalitas sebagaimana dalam ilmu pengetahuan


lainnya :
Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmunya dan
pengetahuan yang secara otomatis bisa diketahui tanpa membutuhkan
pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain; bahwa setiap kejadian
memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya akibat sesuatu atau berbagai hal lain yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu
manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

2.
a. Penerapan teori Hans Kelsen tentang hierarki peraturan perundang-undangan
di Indonesia :
o Sah atau tidaknya suatu Undang-Undang Dasar dipertimbangkan oleh MA
(Mahkamah Agung).
o Menurut Hans Kelsen seperti dikemukakan oleh Profesor Doktor Ismail Sunny
sah tidaknya suatu Undang-Undang dasar harus dipertimbangkan dengan
berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pemerintah.

b. Kedudukan Pancasila sebagai norma dasar negara dalam hierarki peraturan


perundang-undangan Indonesia adalah Kedudukan Pancasila lebih tinggi dari
Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) dalam tataran teori norma.
Namun bukan merupakan dasar hukum tertinggi dalam hierarki peraturan
perundang-undangan. Dapat dipahami bahwa Pancasila bukan dasar hukum,
melainkan sumber dari segala sumber hukum. Karena dasar hukum tertinggi
dalam hierarki ialah UUD 1945 berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

c. Pancasila tidak dicantumkan dalam tata urut peraturan perundang-undangan


Indonesia karena nilai-nilai Pancasila telah terkandung dalam suatu norma di
UUD 1945. Hal ini sesuai bunyi Pasal 3 ayat (1) UU 12/2011, yakni: Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum
dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.

3. Analisis saudara tentang penguasaan oleh negara terhadap agraria yang meliputi bumi
air dan ruang angkasa yang termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya :
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya
fungsi bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai
pula dengan kepentingan rakyat dan Negara serta memenuhi keperluannya, menurut
permintaan zaman dalam segala soal agraria. Lain dari itu hukum agraria nasional
harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian, Negara dan cita-cita
Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan
dan Keadilan Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan dari pada
ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Garis-garis besar dari pada
haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960.
Berhubung dengan segala sesuatu itu maka hukum yang baru tersebut
sendi-sendi dan ketentuan-ketentuan pokoknya perlu disusun didalam bentuk
undang-undang, yang akan merupakan dasar bagi penyusunan peraturan-
peraturan lainnya. Sungguhpun undang-undang itu formil tiada bedanya
dengan undang-undang lainnya - yaitu suatu peraturan yang dibuat oleh
Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat - tetapi mengingat
akan sifatnya sebagai peraturan dasar bagi hukum agraria yang baru, maka
yang dimuat didalamnya hanyalah azas-azas serta soal-soal dalam garis
besarnya saja dan oleh karenanya disebut Undang-Undang Pokok Agraria.
Adapun pelaksanaannya akan diatur didalam berbagai undang-undang,
peraturan-peraturan Pemerintah dan peraturan-perundangan lainnya.

4.
a. Kelemahan dan keuntungan sistem hukum Eropa kontinental atau dan sistem
hukum Anglo saxon atau common Law:
Sistem hukum Eropa kontinental
Kelebihan:
o Sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi, sehingga ketentuan yang
berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk
menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum yang
lebih ditonjolkan). Contoh tata hukum pidana yang sudah
dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap hukum
pidana maka dapat dilihat dalam KUHP yang sudah dikodifikasikan
tersebut.
o Prinsisp utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Komtinental
itu adalah “hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan
dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan
tersusun secara sistemik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.”
Prinsip dasar ini dianut karena ingin mencapai tujuan hukum yaitu
”kepastian hukum.” Sehingga kepastiam hukum di sistem hukum
Eropa Kontinental ini sangat diperhatikan dan dijamin.
o Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang. Undang-
undang ini dibentuk oleh kekuasaan legislatif yang disahkan eksekutif.
Sehingga, ada kerja sama yang baik antar pemegang kekuasaan dalam
pembentukan undang-undang.
o Adanya penggolongan sistem hukum Eropa Kontinental dalam 2
bidang, yaitu hukum privat dan hukum publik. Sehingga lebih mudah
untuk menyelesaikan sebuah perkara. Jika perkara antara masyarakt
dan negara maka termasuk hukum publik. Dan jika pertentangan antar
individu di masyarakat, maka termasuk dalam bidang hukum privat.
o Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan
perkembangan masyarakat. Suatu contoh adalh undang-undang tipikor
(tindak pidana korupsi) di Indonesia. Dengan adanya undang-undang
yang baru akan lebih memudahkan penyelesaian perkara yang
bersangkutan.
o Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada
undang-undang. Sehingga putusan-putusan diharapkan bersifat
obyektif.

Kelemahan:
- Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman
karena hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah
berlaku (hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan masyarakat
hukum harus dinamis, menyesuaikan perkembangan masyarakat.
- Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-
peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim
dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.
Sehingga dalam penyelesaian perkara yang sama di lain waktu,
seorang hakim harus menetapkan dan menafsirkan perundang-
undaangan kembali.

Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)

Kelebihan:

o Sistem hukum Anglo Saxon, penerapannya lebih mudah terutama pada


masyarakat di negara-negara berkembang karena sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih
menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
o Sumber-sumber hukum terdiri dari putusan-putusan hakim, kebiasaan-
kebiasaan,serta peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara, walaupun banyak landasan bagi
terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-
putusan dalam pengadilan. Sehingga, sumber hukum yang ada telah
teruji dalam menyelesaikan suatu perkara sebelumnya.
o Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem
pelaksanaan peradilan di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri.
Menurut sistem ini dalam suatu persidangan perkara pidana para Juri-
lah yang menentukan apakah terdakwa atau tertuduh itu bersalah
(guilty) atau tidak bersalah (not guilty) setelah pemeriksaan selesai.
Jika Juri menentukan bersalah barulah Hakim (biasanya tunggal)
berperan menentukan berat ringannya pidana atau jenis pidananya. Bila
Juri menentukan tidak bersalah maka Hakim membebaskan terdakwa
(tertuduh).
o Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil
yang mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam
sidang perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya
adalah orang-orang yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi
juri adalah orang awam yang tidak mengetahui sama sekali latar
belakang perkara yang disidangkan. Kedua pihak dalam perkara
kemudian diberi kesempatan untuk mewawancara dan menentukan juri
pilihannya. Sehingga kenetralan dan keadilan dapat lebih terlihat nyata.
o Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh
tata kehidupan masyarakat. Karena hekim memiliki wewnang yang
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain
itu, menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi
pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang
sejenis.
o Jika ada suatu putusan yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru
berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common
sense). Sehingga putusan-putusan yang ada benar-benar sesuai
kenyataan dan menyesuaikan perkembangan masyarakat.

Kelemahan:

- Tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan


untuk melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur
subjektifnya. Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas
dan rasa keadilan yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang
tingkat korupsinya tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang
tepat dianut.
- Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan
hukuman. Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi. Karena
hakim juga manusia yang terkadang ada rasa sungkan dan juga ada
gejolak untuk melakukan tindakan-tindakan curang. Suatu contoh,
akhir-akhir ini ada berita yang mencuat mengenai hakim yang salah
membei putusan hukum mati pada terdakwa pada tahun 1991. Setelah
diselidiki lebih lanjut, kini terbukti terdakwa yang dihukum mati
tersebut tidak bersalah sama sekali.

b. Penerapan sistem hukum di Indonesia yaitu menganut sistem hukum Eropa


Kontinental atau Civil Law. Karena berupa peraturan yang berbentuk undang-
undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Tujuan hukum
adalah kepastian hukum. Adagium yang terkenal "tidak ada hukum selain
undang-undang".

c. Penerapan sistem hukum Anglo saxon di Indonesia disebabkan adanya


penanaman modal asing. Sebagian besar penanaman modal asing
menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat (Anglo Saxon). Penyebab
lainnya karena sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan
perkembangan akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, kemudian
menerapkan ilmunya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai