Anda di halaman 1dari 2

MOBILISASI A.

PENGERTIAN MOBILISASI DINI


POST OPERASI
D. RENTANG GERAK DALAM
MOBILISASI
POST ORIF DAN Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan
suatu aspek penting pada fungsi fisiologis karena hal
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat
tiga rentang gerak yaitu :

PEMAKAIAN itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.


Konsep mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi
pasca operasi. Dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
1. Rentang gerak pasif
Untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

WALKER KRUK
dini adalah suatu upaya mempertahankan misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kemandirian sedini mungkin dengan cara kaki pasien.
membimbing penderita untuk mempertahankan 2. Rentang gerak aktif
fungsi fisiologis. Untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara
aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
B. TUJUAN MOBILISASI DINI POST 3. Rentang gerak fungsional
Untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
OPERASI melakukan aktifitas yang diperlukan.

Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J.


Garrison (2004), antara lain :
- Mempertahankan fungsi tubuh
- Memperlancar peredaran darah E. MANFAAT MOBILISASI DINI
- Membantu pernafasan menjadi lebih baik
- Mempertahankan tonus otot Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi
- Memperlancar eliminasi alvi dan urine anak post operasi adalah :
- Mempercepat proses penutupan jahitan operasi 1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan
- Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien early ambulation.
dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi 2. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
kebutuhan gerak harian
- Memberikan kesempatan perawat dan pasien
berinteraksi atau berkomunikasi

DISUSUN OLEH F. KERUGIAN TIDAK MELAKUKAN


KELOMPOK 3 MOBILISASI
C. MACAM-MACAM MOBILISASI
Berikut beberapa kerugian bila tidak melakukan
1. DIYAH AYU INDAH T. (J210180042) Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi mobilisasi post operasi :
dua yakni : - Penyembuhan luka menjadi lama
2. VIRDIAN CRISTIYANINGSIH (J210180043)
1. Mobilisasi secara pasif - Menambah rasa sakit
3. FEMBY FADHILAH G. (J210180044) Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan - Badan menjadi pegal dan kaku
4. GALUH RESTUTI DYAH P. (J210180045) tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain - Kulit menjadi lecet dan luka
5. NURZAHWA SANTIKA (J210180046) secara total atau keseluruhan - Memperlama perawatan dirumah sakit
2. Mobilisasi secara aktif
6. EGIDIA TIFFANY (J210180047)
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh
dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang
lain
G. INDIKASI DILAKUKAN MOBILISASI J. WALKER KRUK K. CARA PENGGUNAAN WALKER KRUK
DINI POST OPERASI
Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan Walker kruk digunakan ketika klien membutuhkan
Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada lebih banyak bantuan dari yang bisa diberikan oleh bantuan yang lebih maksimal
pasien dengan : tongkat.Perawat harus menyesuaikan tinggi walker - Gerakkan walker kedepan kira-kira 15cm
sehingga penyangga tangan berada dibawah sementara berat badan bertumpu pada kedua
- Fraktur extremitas bawah yang telah
pinggang klien dan siku klien agak fleksi. tungkai
diindikasikan untuk latihan mobilisasi
- Kemudian gerakkan kaki kanan hingga
- Post pengobatan kompresi lumbal mendekakti walker sementara berat badan
- Pasien pasca serangan stroke dengan dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan
kerusakan mobilitas fisik - Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati
- Pasien post operasi yang memerlukan kaki kanan sementara berat badan bertumpu pada
latihan mobilisasi, seperti kolostomi atau tungkai kanan dan kedua lengan
- Jika salah satu tungkai klien lemah, gerakkan
laparostomi.
tungkai yang lemah kedepan secara bersamaan
sekitar 15 cm (6 inchi) sementara berat badan
bertumpu pada tungkai yang kuat
H. KONTRAINDIKASI DILAKUKAN - Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke
MOBILISASI DINI POST OPERASI depan sementara beratbadan bertumpu pada
tungkai lemah dan kedua lengan.
Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur
diperlukan dalam periode tidak terlalu lama seperti
pada pada kasus infark Miokard akut, disritmia
jantung, atau syok sepsis, kontraindikasi lain dapat
di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat
energi yang kurang.

I. TAHAP-TAHAP MOBILISASI DINI POST


OPERASI

Tahap mobilisasi dini menurut Kasdu (2003) antara


lain :
- Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus
tirah baring dahulu.
- Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat
miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan
trombo emboli
- Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat
mulai belajar untuk duduk
- Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien
belajar berjalan

Anda mungkin juga menyukai