Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Al Quran Menurut KBBI

Pengertian Dialektika Menurut KBBI


Kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Hal berbahasa dan bernalar
dengan perantaraan malaikat Jibril untuk
dengan dialog sebagai cara
dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai
untuk menyelidiki suatu
petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
masalah
manusia

Jadi Dialektika Al Quran adalah Hal berbahasa dan bernalar


dengan dialog sebagai cara menyelidiki suatu masalah
dengan pedoman Al Quran
Masyarakat Arab dan Kebudayaan
Islam dan Kebudayaan adalah dua hal yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan

Berasal dari
Bersifat Berdasarkan
Islam Wahyu Allah
Teologis Al-Quran
SWT

Didefinisikan Bersifat
Kebudayaan sebagai hasil Meliputi cara
Antropologis hidup yang khas
cipta, karsa, karya
manusia
Terkadang Disebabkan oleh perbedaan
Keberagaman menimbulkan presepsi kebudayaan Islam dan
Budaya Islam Penyimpangan realitas kebudayaan masyarakat
Islam yg berwarna

Dalam realitas kebudayaan masyarakat Islam, masih ditemukan adanya unsur-unsur yang tidak Islami. Hal
ini disebabkan masih kuatnya masyarakat setempat memegang kepercayaan lokalnya dan mengambil ajaran
Islam dari aspek luarnya saja.

Yaitu percampuran Hal ini menyebabkan


Hal ini disebut kepercayaan lokal munculnya istilah takhayul,
Sinkretisasi (berhubungan keyakinan bid’ah, dan khurafat, lalu
animisme dan dinamisme) menjerumus kpd kemusyrikan
dengan keyakinan Islam yg diharamkan dalam Islam
Masyarakat Arab terbagi menjadi dua kelompok :
Arab atau penduduk Kota (Ahl Arab atau penduduk Desa (Ahl
al-Madar) al-Wabar)

Penduduk kota hidup dengan Penduduk desa atau yang dikenal


berdagang sehingga lebih maju dengan suku Badui hidup di
kehidupannya tenda-tenda dan berpindah-
pindah

Dalam akulturasi budaya, Nabi Muhammad SAW mengubah pola solidaritas, dari solidaritas kesukuan yang
sempit menjadi solidaritas berdasarkan kesamaan agama. Prinsip dasar ajarannya adalah merujuk kembali
kepada kemaslahatan dalam budaya yang berlaku dan mengambil pranata-pranata yang sesuai dan tepat.
Tradisi masyarakat Arab dibentuk sesuai dengan World View Al-Quran yaitu TAUHID

Artinya prinsip tauhid menjadi barometer bagi diterima tidaknya sebuah tradisi oleh
Al-Qur’an

Ketika tradisi masyarakat Arab tersebut Namun jika tradisi tersebut tidak sejalan
tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, atau bahkan bertentangan dengan prinsip
maka Al-Qur’an membiarkannya tetap tauhid, maka Al-Qur’an mengubahnya atau
berlaku, atau memberikan penyempurnaan bahkan melarang keberlakuannya
dalam kaifiyahnya.
Tradisi yang sering
dilakukan masyarakat Haji dan umrah, jum’atan, sakralisasi bulan Ramadhan,dan mengagungkan
Arab bulan-bulan haram yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Qisas adalah penuntutan balasterhadap pelaku pembunuhan. Sistem pidana


yang menonjol pada hukum adat jahiliyah adalah menekankan pada keadilan
pribadi dan balas dendam (tsa’r)
Sistem Hukum
Masyarakat Arab

Diyat adalah denda yang harus dibayarkan seseorang yang melakukan tindak
pidana kepada pihak yang dirugikan. Diyat ini juga disebut dengan istilah al-
aqilah, bagi kasus pembunuhan tidak sengaja dan semi sengaja. Dendaal-
aqilah ini biasanya ditanggung oleh klan sebagai wujud solidaritas
Qisas dijatuhkan bukan atas dasar balas dendam (tsa’r), tetapi dilakukan dengan
landasan pembalasan yang setimpal.
Kesetimpalan itu dilukiskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 178-179

‫اصِفي ال ْ َقتْل َى ال ُْح ُّر ِبال ُْح ِ ّر َوال َْعبْ ُد ِبال َْعبْ ِد َواألُنْثَى ِباألُنْثَى َف َم ْن‬ ُ ‫ص‬ َ ِ
‫ق‬ ْ ‫ل‬‫ا‬ ‫ُم‬ ‫ك‬‫َي‬
ُ ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ب‬ ‫ت‬ِ ُ ‫ك‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ ‫ام‬‫ء‬
َ َ ‫ين‬
َ ‫ذ‬ِ َ ّ ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬َ ُ َ
ّ ‫يَاأاأ‬
‫ي‬
‫يف ِم ْن َر ِبّك ُْم َو َر ْح َم ٌة َف َم ِن‬ ْ َ‫ان َذلِ َك ت‬
ٌ ‫خ ِف‬ ٍ ‫وف َوأ َ َداءٌ ِإل َيْ ِه ِب ِإ ْح َس‬
ِ ‫ع ِبال َْم ْع ُر‬ٌ ‫يه َش ْيءٌ َفا ِتّبَا‬ِ ‫ع ِف َي ل َُه ِم ْن أ َ ِخ‬ ُ
)179(‫ون‬ َ ‫ابل ََعلَّك ُْم تَتَّ ُق‬ ِ َ‫اص َحيَاةٌ يَاأُولِي األَل ْب‬ ِ ‫) َولَك ُْم ِفي ال ْ ِق َص‬178( ٌ‫ابأَلِيم‬ ٌ ‫ع َذ‬ َ ‫اعتَ َدى بَ ْع َد َذلِ َك َفل َُه‬ ْ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af)
membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.(178)
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.
(179)
Ajaran-ajaran Al-Quran tidak hanya berusaha mengubah tata cara dan gaya hidup,
tetapi mampu mengubah paradigma berlakunya sebuah tradisi dalam masyarakat.
Paradigma yang berubah adalah dari politeisme ke monoteisme, darikomunitas
asabiyah ke masyarakat ummah, dan dari sistem sosial yang berkelas ke sistem yang
berlandaskan kesetaraan sosial (social equity)
Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu untuk disampaikan kepada masyarakat Arab, maka
repon masyarakat terbagi dua kelompok yaitu menerima dan menolak :

1. Kelompok yang menerima sebagian besar berasal dari kalangan masyarakat bawah, yaitu
mereka yang secara ekonomi dan politik kondisinya memprihatinkan. Dalam struktur sosial
waktu itu, kelompok ini tidak pernah diperhitungkan keberadaannya. Mereka tidak memiliki
kekuatan politik maupun ekonomi. Dalam Al-Qur’an kelompok ini disebut dengan istilah
mukmin dan muslim.

2. Kelompok kedua adalah mereka yang menolak atau menentang ajaran yangdibawa Nabi.
Mayoritas kelompok ini berasal dari golongan aristokrat Qurays, suku yang paling disegani pada
waktu itu. Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok ini menguasai bidang politik sekaligus
perekonomian. Mereka adalah pemuka-pemuka suku sekaligus para pedagang kaya. Mereka
menjadi penentu kebijakan yang berlaku dikalangan suku-suku Arab. Kelompok oposan ini
disebut dalam al-Qur’an dengan istilahkafir, musyrik, dan munafik.
Dalam proses pewahyuan nya, secara historis-kontekstual, ajaran-ajaran Al-Qur’an berhadapan bahkan
bersinggungan dengan kebudayaan masyarakat setempat (Arab). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan berbagai kebiasaan atau adat istiadat masyarakat Arab. Misalnya,
kebiasaan bergotong-royong masyarakat Arab saat perbaikan Ka’bah seperti yang terdapat dalam :

Q.S Al-Maidah ayat 2

‫َوتَ َع َاونُو ۟ا َعل َى ٱل ْ ِب ِ ّر َوٱلتّ َ ْق َو ٰى ۖ َول َا تَ َع َاونُوا۟ َعل َى ٱل ْ ِإثْ ِم َوٱل ُْع ْد َٰو ِن‬
Artinya :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran

Dalam kondisi ini kedudukan tradisi masyarakat Arab adalah sebagai media atau sarana inkulturasi ajaran
Al-Qur’an.
Al-Quran hadir di tengah peradaban Arab ang multikultural. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW (Sebagai
pembawa Al-Quran) juga menerapkan gaya berinteraksi, yakni menggunakan metode berdialog (Hiwar) dan
Jidal atau Debat Argumentatif.
Dalam Al-Qur’an Allah menarasikan bahwa kata hiwar mengandung indikasi dialog yang sejajar dari segi starata
dengan suasana cair tanpa ada rasa canggung. Metode ini dilakukan untuk kaum bawah masyarakat Arab dengan
sedikit menyentuh tema Tauhid. Seperti yang terdapat dalam

Q.S Ar-Rum ayat 30

ۚ ‫خل ِْقٱلل ّ َ ِه‬


َ ِ‫يل ل‬
َ ‫عل َيْ َها ۚ ل َا تَبْ ِد‬
َ ‫اس‬
َ َ ّ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫تٱلل ّ َ ِه ٱل ّ َ ِتى َف َط َر‬ َ ‫ين َح ِنيفًا ۚ ِف ْط َر‬ ّ ِ ِ‫َفأ َ ِق ْم َو ْج َه َك ل‬
ِ ‫لد‬
‫ون‬
َ ‫اسَا ي َ ْعل َُم‬ ‫ين ٱل ْ َق ِيّ ُم َول َٰ ِك ّ َن أ َ ـْكثَ َر ٱلن ّ َ ِ ل‬
‫َاس‬ ّ ِ ‫َٰذلِ َك‬
ُ ‫ٱلد‬

Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Sedangkan untuk menghadapi kaum elit masyarakat Arab (Mereka adalah orang yang dimuliakan, penyair
juga termasuk dalam golongan ini), Nabi Muhammad SAW meggunakan metode Jidal atau Debat
Argumentatif. Salah satu perdebatannya adalah menolak an-nafs al-ammarah bi as-su’ mereka terhadap
dunia. Seperti yang terdapat dalam

Q.S Ar-Nahl ayat 125

‫يل َر ِبّ َك ِبٱل ِْحك َْم ِة َوٱل َْم ْو ِع َظ ِة ٱل َْح َسن َ ِة ۖ َو َٰج ِدل ُْهم ِبٱل ّ َ ِتى ِه َىأ َ ْح َس ُن ۚ ِإ َّن َربَّ َك‬
ِ ‫ْٱد ُع ِإل َٰى َس ِب‬
‫ين‬َ ‫عل َُم ِبٱل ُْم ْهتَ ِد‬ ْ َ ‫عن َس ِبيلِ ِهۦ ۖ َو ُه َو أ‬ َ ‫عل َُم ِب َمن َض َّل‬ْ َ ‫ُه َو أ‬

Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Menurut Ali Sodikin, sedikitnya ada tiga model interaksi antara Islam dengan budaya
masyarakat Arab, yaitu :

1. Tahmil, yaitu menerima, menyempurnakan, dan melanjutkan dari apa-apa yang sudah ada di
masyarakat. Seperti, Sistem perdagangan jual beli

2. Taghyir, yaitu menerima dan merekontruksi dari tata nilai masyarakat yang sudah ada dengan label
jahiliyah ke arah ajaran Islam yang lebih baik. Misalnya, pelaksanaan haji dengan tetap
melaksanakan sai, thawaf, namun tujuannya tidak untuk dipersembahkan Latta dan Uzza tapi
untuk ibadah kepada Allah SWT dengan melantunkan kalimat thoyyibah.

3. Tahrim, yaitu menghapus tradisi masyarakat Arab jahiliyah yang jelas-jelas bertentagan dengan
ajaran Islam. Misalnya, Judi, Minum Khamr, dan Perbudakan
Kesimpulan
Kesimpulan
Dialektika al-Quran dengan budaya Arab bukanlah sekedar mengadaptasi tradisi yang
ada (model of reality) dan menyesuaikannya dengan ajaran al-Quran. Namun proses
tersebut menghasilkan dan membentuk model baru (model for reality) sebagai hasil
pengolahan selama proses inkulturasi. Hal ini ditunjukkan dengan respon al-Quran yang
berbeda-beda terhadap tradisi yang ada. Tidak semua tradisi diterima dan atau ditolak,
tetapi terdapat juga tradisi yang diolah kembali (direkonstruksi).

Anda mungkin juga menyukai