Anda di halaman 1dari 2

MATERI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

“ISLAM, TRADISI DAN TOLERANSI”

Kita harus bersyukur, walaupun terpaut jarak yang jauh dan beda zaman dengan Nabi
Muhammad sebagai pembawa risalah ilahiyah, namun kita dianugerahkan kesempatan
hidup dalam Islam, sebagai agama samawi pamungkas yang sempurna dan agama yang
diridhoi oleh Allah swt. Hal ini ditegaskan dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 3:
ِ ْ ‫ضيْتُ لاكُ ُم‬
‫اْلس اَْل ام ِد ْينًا‬ ‫ا ا ْليا ْو ام ا ا ْك ام ْلتُ لاكُ ْم ِد ْيناكُ ْم اوااتْ ام ْمتُ ا‬
ْ ِ‫علا ْيكُ ْم نِ ْع امت‬
ِ ‫ي او ار‬
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”.
Manisnya Islam yang kita rasakan saat ini tidak akan bisa lepas dari jasa, wasilah, dan
lembutnya dakwah yang disampaikan Wali Songo di penjuru nusantara ini. Mereka
mampu memasukkan nilai-nilai Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin pada budaya
dan tradis bangsa Indonesia.
Mereka mampu meyakinkan para leluhur kita dengan dakwah penuh hikmah yang
memang sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw dan juga sudah ditegaskan serta
diperintahkan oleh Allah. Hal ini termaktub dalam Surat An-Nahl:125:
‫س ِب ْيلِه اوه اُو ا ا ْعلا ُم‬
‫ع ْن ا‬ ‫س ُن اِن اربكا ه اُو ا ا ْعلا ُم ِب ام ْن ا‬
‫ضل ا‬ ‫ِي ا ا ْح ا‬ ْ ِ‫سنا ِة او اجا ِد ْل ُه ْم ِبالت‬
‫يه ا‬ ‫ظ ِة ا ْل اح ا‬ ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰلى ا‬
‫س ِب ْي ِل ار ِبكا ِبا ْلحِ ْك ام ِة اوا ْل ام ْو ِع ا‬
‫ا ْل ُم ْهت ا ِديْنا‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.
Dalam ayat ini, kita harus memahami bahwa penting berdakwah dengan cara yang baik.
Karena hal baik yang didakwahkan dengan cara tidak baik, tentu tidak akan mendapatkan
hasil yang baik. Dalam konteks dakwah di Indonesia, kita harus menyadari bahwa
Indonesia memiliki keragaman suku, budaya, tradisi, bahasa, dan agama. Sehingga
menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mengedepankan dakwah dengan hikmah di
tengah kebhinekaan Indonesia yang menjadi takdir dan sunnatullah. Toleransi menjadi
kunci terciptanya kehidupan yang damai.
Perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat tidak boleh
menjadi pemicu konflik akibat arogansi dan prinsip merasa paling benar sendiri.
Perbedaan-perbedaan yang ada, sudah seharusnya menjadi kekuatan untuk bersama
membangun kehidupan yang harmonis penuh dengan toleransi serta tidak saling
menyakiti dan menyalahkan keyakinan dan kepercayaan orang lain.
Allah swt berfirman dalam Qur’an surat Al-An’am 108:
‫ع املا ُه ْم ثُم ا ِٰلى ار ِب ِه ْم م ْر ِجعُ ُه ْم فايُن ِابئ ُ ُه ْم‬
‫عد ًْوا ِبغاي ِْر ع ِْلم ك ٰاذلِكا زا ينا ِلكُ ِل اُمة ا‬ ِ ٰ ‫او اْل تاسُبُّوا ال ِذيْنا يا ْدع ُْونا م ِْن د ُْو ِن‬
‫ّللا فاياسُبُّوا ٰ ا‬
‫ّللا ا‬
‫بِ اما كاانُ ْوا يا ْع املُ ْونا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah,
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”
Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kita, umat Islam, tentang bagaimana seharusnya
kita bersikap menghadapi sesembahan orang di luar Islam. Ayat ini diturunkan saat suatu
ketika orang-orang Islam mencaci-maki berhala, sesembahan orang-orang kafir,
kemudian mereka dilarang Allah melalui nabi untuk tidak memaki-maki itu.
Dalam kisah yang diriwayatkan oleh 'Abd ar-Razzaq dari Qatadah ini, Allah melarang
kaum Muslimin memaki berhala yang disembah kaum musyrik untuk menghindari makian
terhadap Allah dari orang-orang musyrik. Karena mereka adalah orang-orang yang tidak
mengetahui sifat-sifat Allah dan sebutan-sebutan yang seharusnya diucapkan untuk-Nya.
Maka bisa terjadi mereka mencaci-maki Allah dengan kata-kata yang menyebabkan
kemarahan orang-orang mukmin.
Dari ayat ini kita bisa mengambil hikmah bahwa kita dilarang melakukan perbuatan yang
bisa menimbulkan perbuatan yang memunculkan akibat buruk lainnya. Kita juga dilarang
melakukan sesuatu yang menyebabkan orang-orang di luar Islam semakin tambah
menjauhi kebenaran Islam.
Allah memberikan penjelasan bahwa Dia menjadikan setiap umat menganggap baik
perbuatan mereka sendiri. Hal ini berarti bahwa ukuran baik dan tidaknya sesuatu
perbuatan atau kebiasaan, adakalanya timbul dari penilaian manusia sendiri. Apakah itu
merupakan perbuatan atau kebiasaan yang turun-temurun ataupun perbuatan serta
kebiasaan yang baru saja timbul.
Dalam konteks kebinekaan yang ada di Indonesia, Islam hadir dalam kesejukan dan
mampu membuat perombakan besar dalam tatanan kehidupan di nusantara. Perubahan
ini tidak terjadi secara instan atau serta merta. Butuh waktu bagi Wali Songo untuk
memasukkan nilai-nilai Islam.
Akselerasi dakwah pun akhirnya dilakukan dengan menjadikan tradisi sebagai
salurannya. Media gamelan, seni wayang, dan berbagai tradisi bangsa Indonesia mampu
diwarnai dengan keislaman dan ketauhidan dengan tidak serta merta langsung
menyalahkan sepenuhnya tetapi juga tidak membenarkan semuanya.
Dakwah yang dicontohkan Wali Songo mampu mengganti muatan-muatan tradisi lokal
yang bertentangan dengan ajaran dasar Islam, tanpa memicu polemik dan konflik terlebih
penentangan yang mengakibatkan pertumpahan darah.
Kita pun wajib bersyukur karena keberhasilan dakwah Wali Songo dan toleransi bangsa
Indonesia yang mampu terjaga sampai saat ini, menjadikan Indonesia percontohan dunia
dalam kerukunan. Banyak tempat ibadah yang berdekatan bahkan berdampingan di
Indonesia dan umatnya hidup rukun dan damai. Keragaman dan kedamaian seperti ini
sangat langka ditemukan di berbagai penjuru dunia.
Dengan kondisi damai seperti ini, kita bisa merasakan sendiri ketenangan dan kekhusuan
beribadah tanpa ada gangguan konflik dan peperangan. Anugerah ini harus kita syukuri
dengan menjaga serta meningkatkan toleransi pada setiap perbedaan. Jangan karena
ulah segelintir orang yang merasa paling benar sendiri, kita ikut-ikutan bertindak intoleran
dan terprovokasi sehingga memunculkan ketidakharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan perlindungan dan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga kita mampu menyelaraskan antara Islam, tradisi, dan toleransi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Amin

Anda mungkin juga menyukai