Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA

QS AL-MAIDAH (5) : AYAT 103-105


‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ص ْيلَ ٍة َّواَل َح ٍام ۙ َّو ٰلـ ِكنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا يَ ْفتَ ُر ْونَ َعلَى ِ ا ْلـ َك ِذ‬
َ‫ب ۗ َواَ ْكثَ ُر ُه ْم اَل يَ ْعقِلُ ْون‬ َ ‫َما َج َع َل ُ ِم ۢنْ بَ ِح ْي َر ٍة َّواَل‬
ِ ‫سٓاِئبَ ٍة َّواَل َو‬
‫هّٰللا‬
َ َ‫سبُنَا َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه ٰابَٓا َءنَا ۗ اَ َولَ ْو َكانَ ٰابَٓا ُؤ ُه ْم اَل يَ ْعلَ ُم ْون‬
َ‫ش ْيـًئـا َّواَل يَ ْهتَد ُْون‬ ُ ‫َواِ َذا قِ ْي َل لَ ُه ْم تَ َعالَ ْوا اِ ٰلى َم ۤا اَ ْنزَ َل ُ َواِلَى ال َّر‬
ْ ‫س ْو ِل قَالُ ْوا َح‬

َ‫ض َّل اِ َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم ۗ اِلَى هّٰللا ِ َم ْر ِج ُع ُك ْم َج ِم ْي ًعا فَيُـنَـبِّـُئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُ ْون‬ َ ُ‫ٰيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َعلَ ْي ُك ْم اَ ْنف‬
ُ َ‫س ُك ْم ۚ اَل ي‬
َ ْ‫ض ُّر ُك ْم َّمن‬
ۤ

ARTINYA:

"Allah tidak pernah mensyariatkan adanya Bahirah, Sa'ibah, Washilah, dan Ham. Tetapi orang-orang
kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti."

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan
(mengikuti) Rasul. Mereka menjawab, Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami
(mengerjakannya). Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?".

"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan
membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan
kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

A. SENI BUDAYA LOKAL SEBAGAI BAGIAN DARI TRADISI ISLAM

Pengertian Seni Budaya Lokal yang Bernapaskan Islam sebagai bagian dari tradisi seni budaya lokal
yang berasal dari atau berkembang di daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh ajaran Islam.

Nusantara terdiri atas beribu ribu pulau dengan berbagai tradisi dan budaya. Masuknya agama Islam di
Nusantara sedikit banyak juga memengaruhi perkembangan tradisi dan budaya tersebut. Hal itu
disebabkan ketika Islam masuk di Nusantara sudah ada tradisi dan budaya yang dijalankan.

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sebelum Islam
datang, masyarakat Nusantara sudah mengenal berbagai kepercayaan. Hal itu yang membuat proses
dakwah Islam pada saat itu tidak terlepas dari adat yang sudah berlaku. Kepercayaan masyarakat yang
sudah mendarah daging itu tidak mungkin dapat dihilangkan secara langsung. Akan tetapi, memerlukan
proses yang cukup lama. Tradisi Islam di Nusantara merupakan akulturasi antara ajaran Islam dan adat
yang ada di Nusantara. Para ulama tidak menghapus secara total adat yang sudah berlangsung di
masyarakat. Mereka memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam adat-adat tersebut. Dengan harapan,
masyarakat tidak merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat diterima.

Budaya dalam pandangan Islam adalah sebuah tata nilai dan tradisi yang berkembang dari ajaran
Islam. Tata nilai tersebut merupakan hasil penerjemahan dari pokok pokok ajaran Al Qur'an dan Hadis
dalam kehidupan nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan tradisi Islam adalah kebiasaan atau adat
istiadat yang telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat yang ada didalamnya mengandung
ajaran-ajaran Islam.

Islam mempersilahkan siapapun untuk berpendapat, mengemukakan ide dan gagasan ataupun
menciptakan budaya-budaya tertentu asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam
ajaran Islam yakni :

1. Tidak melanggar ketentuan hukum halal haram

2. Mendatangkan mashalat (kebaikan) dan tidak menimbulkan mafsadat (kerusakan)

3. Sesuai dengan prinsip Al-Wala (kecintaan yang hanya kepada Allah dan apa apa yang dicintai Allah
SWT) dan Al Bara' (berlepas diri dan membeci dari apa saja yang dibenci oleh Allah SWT)

Berkembangnya kebudayaan Islam di Nusantara menambah khazanah budaya nasional Indonesia, serta
ikut memberikan dan menentukan corak budaya bangsa Indonesia. Di Indonesia, Islam menghasilkan
seni budaya yang bernapaskan keagamaan. Salah satu contoh khas Indonesia adalah budaya Halal bi
Halal dan Sekaten. Berikut ini beberapa contoh seni dan budaya pada masa perkembangan Islam di
Indonesia :

1. Adat Istiadat

A. Adat Jawa

Grebeg Mulud

Upacara grebeg sangat terkenal di lingkungan masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah dan Cirebon.
Upacara Grebeg pertama kali dilaksanakan di Kerajaan Demak, kemudian berkembang sampai Kerajaan
Mataram. Upacara itu sekarang di lestarikan di Keraton Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.

Di Yogyakarta dan Surakarta, hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang jatuh pada tanggal 12 Mulud
(bulan ketiga dari tahun Jawa) diperingati dengan upacara Grebeg Mulud. Namun sebelum
memperingati hari besar tersebut, ada semacam upacara pendahuluan yang biasa dilakukan. Upacara
yang diselenggarakan pada tanggal 5 hingga 12 Mulud inilah dinamakan Sekaten. Sekaten yang berasal
dari kata syahadatain ini pada awalnya merupakan ajang mengumpulkan masyarakat sebagai upaya
menyebarkan agama Islam.

Di Cirebon, upacara mirip Grebeg dinamakan Panjang Jimat. Panjang jimat sendiri pada dasarnya
adalah piring dan baki untuk menempatkan makanan yang dibagi-bagikan. Pirimg dan baki tersebut
hanya digunakan sekali dalam setahun. Pada malam menjelang tanggal 12 Mulud, panjang jimat diarak
dari keraton menuju masjid dengan diiringi oleh sultan dan seluruh kerabat keraton.

Pada dasarnya, maksud dari upacara Grebeg itu tidak lain sebagai bentuk syukur dari sultan kepada
Allah SWT. Sultan mengadakan syukuran karena telah dipercaya untuk memimpin rakyat. Hal ini jelas
sesuai dengan ajaran Islam. Akan tetapi, dalam prosesi upacara perlengkapan serta saji-sajiannya, tidak
terlepas dari aspek budaya sebelumnya, sedangkan doa-doanya menggunakan cara cara Islam.
Grebeg Besar

Di Demak, bekas kerajaan Islam pertama di Jawa, setiap tanggal 10 Dzulhijah di selenggarakan
Grebeg Besar. Grebeg besar adalah kirab pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pendapa kabupaten
Demak menuju makam sunan Kalijaga di desa Kadilangu. Disamping itu ,ada juga kegiatan mencuci
pusaka peninggalan sunan Kalijaga yang tersimpan di kompleks makam sunan Kalijaga.

Sekaten (Muludan)

Sekaten adalah perayaan Maulid nabi Muhammad Saw.yang diadakan di Yogyakarta dan
Surakarta. Kata Sekaten itu sebenarnya berada dari bahasa Arab,yaitu syahadatain (dua kalimat
syahadat). Syahadatain merupakan wujud pengakuan keislaman seseorang. Sekaten mulai di
kembangkan Raden patah di Demak abad XVI.

Di awal perkembangan agama Islam di Jawa,sunan Kalijaga (salah seorang dari wali Sanga)
menggunakan instrumen musik Jawa gamelan, sebagai salah satu sarana untuk menarik perhatian
masyarakat,agar mau datang untuk menghadiri dan menikmati pagelaran karawitannya. Pagelaran
karawitan ini menggunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suara sangat merdu, yaitu kyai
Nogowilogo dan kyai Guntur madu.

Selain memainkan alat gamelannya, saat pagelaran Sunan Kalijaga juga melakukan khotbah dan
pembacaan ayat ayat suci Al-Quran. Selama khotbahnya, Sunan Kalijaga, memberikan kesempatan bagi
masyarakat yang berkeinginan memeluk agama Islam. Mereka diwajibkan mengucapkan kalimat
syahadat, sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam. Pada saat itu ribuan orang Jawa beralih
ajaran agama Islam dengan mengucapkan syahadatain. Oleh karena itu, penggunaan istilah sekaten
menjadi populer.

Di Yogyakarta dan Surakarta, Sekaten menjadi lambang kekuatan dan keberanian pendiri kerajaan
Mataram Islam. Tepat oada Maulid nabi Muhammad Saw. (12 Rabiul awal),semua pusaka kerajaan
dibersihkan secara khusus. Setelah itu, di arak mengikuti jalan jalan kota untuk dipertunjukkan Kepada
masyarakat luas. Perayaan Sekaten itu diadakan setiap satu tahun sekali,yang dikenal dengan sebutan
Muludan.

Selikuran

Dikeraton Surakarta dan Yogyakarta setiap tanggal 21 Ramadhan diadakan upacara selikuran
berasal dari kata selikur atau dua puluh satu. Upacara selikuran kegiatan untuk menyambut datangnya
Lailatul qodar, salah satu malam di bulan suci Ramadhan di mana ribuan malaikat turun ke bumi
membawa rahmat.

Megengan dan Dandangan


Di Semarang, Jawa tengah setiap menjelang bulan suci Ramadhan diselenggarakan upacara
Megengan. Megengan adalah upacara menyambut datangnya bulan suci Ramadhan oleh bupati dan
rakyatnya. Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug sebagai tanda jatuhnya tanggal 1 Ramadhan
yaitu dimulainya puasa Ramadhan. Upacara serupa juga dilaksanakan di Kudus, Jawa Tengah. Jika di
Semarang disebut Megengan, di Kudus disebut Dandangan.

Halal Bihalal

Istilah halal bihalal berasal dari bahasa arab ( Halla atau Halal ) Tetapi tradisi halal bihalal itu sendiri
adalah tradisi khas bangsa indonesia, Bukan berasal dari timur tenggah . Bahkan , bisa jadi ketika arti
kata ini di tanyakan kepada orang arab , mereka akan kebingungan dalam menjawabnya.

Tujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturohim dan mempererat tali
persaudaraan . Sampai saat ini, tradisi ini masih dilakukan disemua lapisan masyarakat.

Tabot atau Tabuik

Tabot atau Tabuik adalah upacara tradisional masyarakat bengkulu dan padang untuk mengenang
kisah kepahlawanan dan kematian hasan dan husein bin ali bin abi thalib , cucu nabi muhammad saw.

Kupatan ( Bakdo kupat)

Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat ( mengakui kesalahan ) dan menjadi simbol untuk saling
memaafkan.

Dugderan di semarang

Dugderan di semarang merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat semarang , jawa
tengah . Tradisi dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa . Dugderan biasanya
diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari balai kota semarang.

Budaya tumpeng

Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk pauknya dalam bentuk ketucut . Nasi tumpeng
umumnya berupa nasi kuning atau nasi uduk. Tumpeng biasa disajikan diatas tampah dan dialasi daun
pisang.

B. Adat Melayu

Kehidupan orang Melayu (Riau) selalu di warnai dengan upacara adat sebagai warisan tradisi
nenek moyang mereka. Masuknya agama Islam, sedikit banyak mempengaruhi dalam pelaksanaan
upacara tersebut. Misalnya, kelahiran anak hingga masuk usia lebih dewasa.

Anak yang baru lahir, jika bayi itu laki laki segera di azankan , sedangkan bayi itu perempuan
diiqomatkan. Khusus bayi perempuan, lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain. Hal itu
dimaksudkan agar anak tersebut memiliki kata kata Semanis madu.Beberapa hari setelah dilahirkan,
diadakan acara akikah sesuai ajaran Islam. Bayi laki laki disembelihkan dua ekor kambing, sedangkan
bayi perempuan diakikahi dengan satu ekor kambing. Selain di akikahi, juga dilakukan pemotongan
rambut sekaligus pemberian nama kepada bayi tersebut.

Ketika bayi berusia 3 bulan , diadakan upacara yang disebut mengayun bidak. Bagi bayi perempuan,
diadakan pelubangan di telinganya atau disebut batindik untuk dipasang perhiasan. Pada usia emam
bulan, diadakan upacara turun tanah, yaitu ketika bayi itu menjejakkan kakinya pertama kali di tanah.

Pada usia anak masuk tujuh tahun, orang tuanya akan mengantarnya kepada guru ngaji untuk
belajar Alquran, bersilat, dan menari zapin. Pada saat itu tiba waktunya seorang anak dikhitan
(bersunat) ,baik laki laki maupun perempuan. Dalam acara bersunat, dimeriahkan dengan kesenian
hazal dan langgam. Khusus anak laki laki, khitan dilakukan setelah ia tamat (khatam) Al-Quran yang
ditandai dengan upacara berkhatam ngaji.

Kebanggaan bagi orang tua jika anak yang dikhitan sudah khatam dalam membaca Al-Qur'an.
Sebaliknya, aib bagi orang tua jika anak yang dikhitan tidak dapat khatam membaca Al-Qur'an.

Khitan merupakan tanda bahwa seorang anak laki laki dianggap telah memasuki usia dewasa.
Mereka mulai memisahkan diri dengan orang tua dengan cara tidur di surau atau masjid. Anak laki laki
yang sudah dewasa disebut bujang, sedang anak perempuan disebut dara

atau gadis.

C. Adat Sunda

Masyarakat Jawa Barat sebagai besar menganut agama Islam. Meskipun demikian, banyak banyak
adat yang berlaku. Sunda memiliki berbagai macam adat yang bernapaskan Islam, diantaranya setelah
kelahiran hingga menjelang dewasa.

Kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa yang didambakan oleh kedua orang tuanya. Di Sunda,
apabila bayi yang lahir laki laki, ia akan segera diazankan ditelinga kanan dan diiqomatkan di telinga
kiri. Apabila bayi itu perempuan, ia cukup diiqomatkan. Dengan harapan, bayi itu baru lahir sudah
mendengar kebesaran nama Allah SWT sehingga kelak menjadi anak yang saleh, bijaksana, pandai ,dan
taat menjalankan perintah agama. Kelahiran bayi ditandai dengan penyembelihan akikah sebagai rasa
syukur kepada Allah SWT.

Kedewasaan seseorang laki laki, ditandai dengan ucapan yang disebut khitan atau sunatan. Khitan
biasanya dilakukan ketika anak berusia 7-8 tahun. Anak yang akan dikhitan di suruh berendam terlebih
dahulu. Hal itu dimaksudkan agar pada saatnya dikhitan tidak banyak darah yang keluar. Kemudian,
anak yang akan di khitan mengenakan sarung. Khitan dilaksanakan di halaman rumah. Anak yang akan
di khitan, kedua kakinya diangkat oleh seorang lelaki dewasa. Hal itu untuk mempermudah tukang
sunat (paraji sunat) melakukan tugasnya. Setelah khitan selesai dilaksanakan, diadakan perayaan untuk
menghibur anak yang dikhitan.
2. Kesenian

A. Seni Musik

Seni musik musik Islam yang populer saat ini, antara lain kasidah, Hadrah dan gambus. Kasidah
berasal dari bahasa Arab"qasidah" artinya puisi yang lebih dari empat belas bait. Kasidah merupakan
jenis seni suara yang bernapaskan Islam. Lagu lagu yang di nyanyikan berisikan unsur unsur dakwah
islamiah dan nasihat nasihat yang sesuai ajaran Islam. Lagu lagu kasidah biasanya dibawakan dengan
irama gembira dan diiringi rebana . Rebana pada awalnya adalah instrumen yang mengiringi lagu lagu
keagamaan, seperti puji pujian terhadap Allah SWT, salawat kepada nabi Muhammad Saw, atau syair-
syair arab. Karena fungsi yang dimainkan itulah, alat ini disebut rebana. Rebana berasal dari kata
rebbana yang berarti wahai Tuhan kami (semua bentuk pujian kepada Allah SWT.

Hadrah adalah suatu kesenian dalam bentuk seni tari dan nyanyian yang bernapaskan Islam. Lagu
lagu yang digunakan adalah lagu lagu yang berisi ajaran Islam, sedangkan musiknya menggunakan
rebana dan Genjring. Hadrah biasanya dipentaskan dalam acara syukuran atas kelahiran anak, khitan,
pernikahan, atau hal hal yang berkaitan dengan kegiatan keislaman. Syair-syair yang dilantunkan dalam
Hadrah berisi nasihat nasihat atau piwulang piwulang luhur. Dalam beberapa acara, seperti khitanan
dan pernikahan, hadrah biasanya diselenggarakan dalam bentuk arak arakan. Hadrah merupakan
hiburan untuk menyemarakkan upacara yang berlangsung.

Di daerah Jakarta dan sekitarnya, Banten dan Cirebon kita serimg mendengarkan irama gambus
dengan syair-syair Arab yang berisi puji pujian kepada Allah dan solawat Nabi. Ansambel gambus
menggunakan kecapai petik, gambus, rbana kecil, dan marwas (marwis). Penyanyi melantunkan lagu
yang diambil dari kasidah berzanji atau dari syair lain. Populer juga disebut seni musik marwis.

Di Banyuwangi, ujung timur pulau Jawa terdapat kesenian kuntulan. Kuntulan merupakan
perpaduan antara seni musik dan tari asli Banyuwangi sebagai pengembang dari seni hadrah/seni
Padang pasir yang telah disesuaikan dengan seni tradisional gendrug Banyuwangi.

Di daerah Lombok, terdapat rampak rebana bernada lima. Rampak rebana bernada lima ini
merupakan sekumpulan rebana yang bernada lima yang telah diselaraskan. Rampak ini mendapatkan
pengaruh arakan gamelan Bali, bebonagan.

Di Semarang terdapat grup Nasida Ria, sebuah kelompok seni kasidah dengan semua anggotanya
perempuan. Lagu lagu yang di bawakan adalah pujian kepada Allah dan solawat Nabi, didendangkan
dalam syair berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia.

Di Jawa terkenal seni rebana atau seni terbangan. Grup terbangan sering dipakai untuk mengiringi
tari Rodat, arak-arakan khitan, dan pembacaan kasidah berzanji. Grup rebana terdiri atas empat orang
pembawa terbang bundar dan bisa ditambahkan dengan satu jidur, bedug,.
Di lingkungan Keraton Surakarta dan sekitarnya berkembang seni santriswaran. Santriswaran
adalah suatu grup musik dengan alat musik terbang, kendang, dan kemanak.

B. Seni Pertunjukan

Wayang

Kesenian wayang di Nusantara merupakan hasil karya seorang ulama yang terkenal, yaitu Sunan
Kalijaga. Wayang di manfaatkan Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah menyebarkan agama Islam di
Nusantara. Masyarakat Jawa Tengah, khususnya, menganggap kesenian wayang tidak sembarang
kesenian. Wayang mengandung nilai filosofis, religius, dan pendidikan.

Dengan kesenian wayang, sunan Kalijaga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Hal itu
membuat mereka tertarik untuk memeluk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri. Sunan
Kalijaga terkenal sebagai ulama yang kreatif dan pandai menarik simpati masyarakat. Beliau banyak
menciptakan cerita pewayangan yang bernapaskan Islam.

Wayang Golek Menak

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terdapat wayang golek menak. Wayang golek adalah
wayang yang terbuat dari kayu. Jadi semacam boneka kayu dengan pakaian khas. Wayang golek menak
adalah wayang golek yang mengambil cerita dari cerita menak. Cerita menak adalah cerita berbahasa
Jawa dan Sunda yang disadur dari hakikat Amir Hamzah. Isinya berupa cerita kepahlawanan Islam
dengan tokoh utama Amir Hamzah, salah satu paman Nabi yang gugur dalam perang Uhud

Zapin

Penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan seni pertunjukan, misal seni tari. Salah satu tarian
di Indonesia yang mengandung unsur keislaman adalah tari zapin. Tari zapin ini banyak di pertunjukan
di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Melayu, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara. Di Jambi
tari zapin bernama Dana Serah, dan Lampung bernama Bedana.

Tari zapin berasal dari Arab "Az Zafin", yang artinya langkah. Pada perkembangan selanjutnya tari
ini dikembangkan sesuai dengan kreasi masing-masing daerah. Hingga kini ada beberapa ragam tari
zapin yang ada di Indonesia.

Debus

Adalah suatu permainan dimana ada puncak acara, para penari menusukkan benda tajam ke
tubuhnya, tanpa meninggalkan bekas luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam
Alquran dan solawat Nabi. Tarian ini berkembang di Banten dan Minangkabau.

Seudati / Saman

Seudati, adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dari kata syaidati yang artinya
permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut Saman yang artinya delapan. Aslinya tarian ini
dimainkan oleh delapan orang penari. Para penari menyanyikan lagu yang isinya antara lain salawat
nabi.

Tari Menak

Di lingkungan Keraton Yogyakarta, terdapat tari Manak atau beksa menak. Tari Menak mirip wayang
orang. Bedanya kalau Wayang Orang cerita diambil dari Mahabarata sedangkan tari Menak diambil
dari serat menak.

3. Sistem Kalender Islam ( Nama-Nama Bulan dalam penanggalan jawa)

Menjelang tahun ketiga pemerintah Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha membenahi kalender
Islam. Perhitungan yang dipakai berdasarkan pada peredaran bulan (qomariah). Umar menempatkan 1
hijrah bertepatan dengan tanggal 14 September 622 Masehi. Sistem kalender ini berlaku di Indonesia
hingga saat ini.

Bukti perkembangan sistem penanggalan atau kalender yang paling nyata adalah sistem kalender
yang diciptakan Sultan Agung. Jika sebelumnya di gunakan kalender berdasarkan sistem matahari,maka
sebagai pengatur dari sistem kalender hijriah, diciptakan kalender dengan sistem peredaran bulan
(qomariah). Kalender Sultan Agung dimulai tepat pada tanggal 1 Muharam tahun 1043 H. Kalender
Sultan Agung dimulai tepat pada tanggal 1 sura tahun 1555 jawa (8 Agustus 1633). Bentuk akulturasi
antara penanggalan Islam dengan penanggalan Jawa dapat dilihat sebagai berikut:

Bulan Kalender Islam Kalender Jawa Bulan Kalender Islam Kalender Jawa

Ke Ke

1 Muharram Sura 7 Rjab Rejeb

2 Safar Sabar 8 Sya'ban Ruah

3 Rabiul Awwal Mulud 9 Ramadhan Pasa

4 Rabiul Akhir Bakda Mulud 10 Syawal Syawal

5 Jumadil Awwal Jumadil awal 11 Dzuulqa'idah Apit

6 Jumadil Akhir Jumadil Akhir 12 Dzulhijah Besar

4. Aksara
Tersebarnya Islam ke Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau
huruf-huruf Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan sebagai bahan ukiran.
Berkaitan dengan ini berkembanglah seni kaligrafi.

5. Arsitektur ( Seni Bangunan Masjid )

Berkembangnya agama Islam ke Indonesia telah mewariskan berbagai bentuk arsitektur / seni
bangun yang bercorak Islam.

Masjid

Di Indonesia, bentuk dasr bangunan masjid itu umumnya persegi atau bujur sangkar. Dibagian barat
terdapat bangunan menjorok yang merupakan ruangan pengimanan. Di ruang pengimanan itu seorang
imam memimpin salat berjamaah.

Terkait dengan bangunan masjid itu, di Indonesia dikenal istilah surau atau langgar. Langgar atau
surau adalah bangunan yang juga sebagai tempat shalat, tetapi ukurannya lebih kecil dan tidak
digunakan untuk sehat jumat.

Tampaknya ada ciri umum bangunan masjid yang berkembang dimasa kerajaan-kerajaan islam. Ciri
itu, antara lain beratap tumpang, seperti masjid Demak. Kalau kita, diamati masjid Demak jelas beratap
tumpang (bertingkat-tingkat dan gasal). Atap tumpang Masjid Demak berjumlah tiga tingkat. Contoh
lain, masjid yang beratap tumpang adalah masjid di Aceh dan Banten.

Menara

Pada kompleks bangunan masjid, umumnya ditemukan bangunan menara. Menara adalah tempat
Muazin mengumandangkan azan. Akan tetapi, untuk masjid-masjid di Indonesia pada periode awal,
jarang ada bangunan menara untuk tanda bahwa waktu salat sudah tiba biasanya dilakukan dengan
memukul bedug. Di masjid Kudus dan masjid Banten pada kompleks bangunan masjid terdapat
bangunan menara yang cukup menonjol.

Makam

Bentuk makam yang di Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan dan tradisi daerah masing-
masing. Begitu juga dengan nisan, bentuknya bermacam-macam. Makam para wali apalagi raja, batu
nisannya sangat mewah. Selain itu batu nisan yang mewah diberi bangunan cukup yang megah.
Misalnya, kompleks makam Sunan Kudus, sunan Muria, dan Sunan Giri. Makam makam para wali
tersebut biasanya suatu kompleks dengan masjid. Letak makam itu umumnya berada di belakang
masjid. Oleh karena itu, dikenal dengan istilah masjid makam, misalnya masjid makam di Demak dan
masjid makam Sunan Ampe.

Seni Ukir

Didalam agama Islam ada beberapa pandangan yang menyatakan bahwa melukis makhluk hidup,
binatang atau manusia tidak diperkenankan. Oleh karena itu, seni ukir dikembangkan ke arah seni hias.
Begitu juga kalau ingin membuat patung binatang atau manusia, harus disamarkan. Dengan demikian,
tidak jelas lagi wujud manusia atau binatang yang di maksud. Semua dapat disamar dengan hiasan
bentuk dedaunan dan bunga bungaan

6. Karya Sastra

Pada zaman Islam, di Indonesia juga berkembang karya sastra. Perkembangan seni sastra itu itu
cukup menonjol terutama di jawa dan Sumatera (di Tanah Melayu). Ada beberapa jenis karya sastra
yang berkembang pada waktu itu.

Syair

Syair merupakan karya sastra yang berupa sajak dan terdiri empat baris. Syair ini mirip dengan
pantun.

Hakikat

Hakikat adalah suatu karya sastra yang berisi cerita atau dongeng dan serimg dikaitkan dengan
tokoh sejarah. Contoh Hakiyat, antara lain Hakikat Raja-Raja Pasai, Hakikat Bayan Budiman, Hakiyat.

Babad

Babad adalah cerita sejarah, tetapi banyak bercampur mitos dan kepercayaan masyarakat yang
kandang tidak masuk akal

Contoh babad, antara lain Babad tanah Jawi, Babad Cirebon, dan Babad gianti.

Suluk

Suluk adalah karya sastra yang berisi taswuf. Contoh suluk, antara lain suluk Sunan Bonang, dan suluk
syarab al Asyiqin.

B. MENGAPRESIASI SENI BUDAYA LOKAL DAN UPACARA ADAT BERNAPASKAN ISLAM

Orang islam yang hidup pada abad ke-21 , memberi hukum pada seni budaya lokal dan upacara adat
yang bernapaskan islam tersebut berbeda-beda : sebagian mengharamkan dan sebagian
membolehkan . Orang yang mengharamkan mendasarkan alasan bahwa praktik seni dan upacara
tersebut termasuk bid'ah ( mengada-ada dalam agama ) dan banyak unsur syirik nya . Orang yang
membolehkan mendasarkan alasan bahwa praktik seni dan upacara tersebut hanyalah kreasi duniawi
yang dikaitkan dengan upacara-upacara keagamaan islam.

Anda mungkin juga menyukai