Anda di halaman 1dari 6

Hijrah, Titik Awal Kejayaan Islam

Khutbah I
 
‫ص ْحبِ ِه‬ ‫و‬ ِِ‫ وعلَى آل‬،‫اهلل‬
‫ه‬ ِ ‫الساَل م علَى سيِّ ِدنَا حُم َّم ٍد رسو ِل‬ َّ ‫و‬ ‫ة‬
ُ ‫الص‬
‫َّاَل‬ ‫و‬ ، ِ ‫اَحْل م ُد‬
‫هلل‬
َ َ َ َ ُْ َ َ َ َ ُ َ َ َْ
َّ ‫ َوَأ ْش َه ُد‬،ُ‫ك لَه‬
‫َأن َسيِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا‬ َ ْ‫ َوَأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬،ُ‫َو َم ْن َوااَل ه‬
،ُ‫ اَل نَيِب َّ َب ْع َده‬،ُ‫َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬
‫وه‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬
ْ ‫ت‬
َ ‫اَّل‬‫ِإ‬ : ِِ‫اهلل الْ َقاِئ ِل يف حُمْ َك ِم كِتَاب‬
‫ه‬ ِ ‫ فَِإيِّن ُأو ِصي ُكم و َن ْف ِسي بَِت ْقوى‬،‫ََّأما بع ُد‬
ُ ُُ َ ْ َْ ْ ْ َْ
ُ ‫ ِإ ْذ مُهَا يِف الْغَا ِر ِإ ْذ َي ُق‬، ِ ‫ين َك َفُروا ثَايِن َ ا ْثَننْي‬ ِ َّ
‫ول‬ َ ‫َأخَر َجهُ الذ‬ ْ ‫صَرهُ اللَّهُ ِإ ْذ‬ َ َ‫َف َق ْد ن‬
‫ود مَلْ َتَر ْو َها‬ ٍ ‫ فََأْنز َل اللَّه س ِكينته علَي ِه وَأيَّ َده جِب ن‬،‫احبِ ِه اَل حَت ز ْن ِإ َّن اللَّه معنا‬
ُُ ُ َ ْ َ ُ ََ َ ُ َ ََ َ َ ِ ‫لِص‬
َْ َ
‫يم‬ ِ ‫ واللَّه ع ِزيز ح‬،‫الس ْفلَى و َكلِمةُ اللَّ ِه ِهي الْع ْليا‬
‫ك‬ ُّ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ف‬َ ‫ك‬
َ ‫ين‬ ِ َّ‫وجعل َكلِمةَ ال‬
‫ذ‬
ٌ َ ٌ َ ُ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ََ َ
)40 :‫(سورة التوبة‬
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama diri khatib pribadi,
untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati
dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan
penuh ketabahan dan kesabaran.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya masa lalu adalah lembaran-lembaran sejarah yang menyimpan
segudang pelajaran dan hikmah. Hijrah dalam catatan sejarah masa lampau, terdapat
pelita yang menyinari jalan orang yang ingin mencari dan menggenggam kebenaran di
masa-masa berikutnya.
 
Lembaran sejarah umat Islam tempo dulu telah mencatat masa-masa kejayaan dan
kegemilangan yang diraih kaum muslimin. Namun demikian banyak peristiwa
mengharukan turut mewarnai perjalanan hidup mereka. Begitu pula pengorbanan,
kegigihan dalam menegakkan agama Allah, peperangan melawan musuh-musuh Allah
dan lain sebagainya, turut juga menghiasi sepak terjang perjuangan mereka.
 
Di antara sekian banyak peristiwa bersejarah dan paling berpengaruh bagi
perkembangan dakwah Islamiyyah adalah hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari Makkah menuju Madinah Munawwarah. Kita sebagai kaum muslimin
yang hidup pada masa kemunduran umat Islam saat ini, seharusnya menjadikan
peristiwa hijrah sebagai momentum untuk bangkit dari keterpurukan dalam berbagai
bidang. Peristiwa hijrah seyogyanya menjadi pelecut bagi kita untuk meraih kembali
kejayaan dan kegemilangan yang selama beberapa abad terakhir ini direbut oleh
bangsa-bangsa lain.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,           
Semenjak dimulainya dakwah Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersama keluarga dan para sahabatnya seringkali menghadapi berbagai macam
rintangan dan ancaman dari orang-orang kafir di Makkah. Namun mereka tetap tabah
dan tegar menebarkan dakwah dengan penuh kesabaran. Sampai akhirnya
Allah ta’ala memberikan pertolongan dan kemudahan, yaitu dengan perintah hijrah
dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa hijrah itu merupakan akhir dari masa yang
penuh rintangan dan kesulitan serta titik awal dari masa keemasan dan kegemilangan
bagi dakwah Islam. Dari titik itu, cahaya kebenaran Islam semakin bersinar terang,
menyinari kegelapan dan melampaui segala macam penghalang.
 
Pada masa-masa setelah hijrah, dengan dipimpin langsung Rasulullah shallallhu
‘alaihi wa sallam, umat Islam berjuang menegakkan keadilan, memberantas
kekufuran dan membasmi kezaliman. Sehingga yang terjadi kemudian, Allah
menyempurnakan kenikmatan-Nya kepada umat Islam. Makkah berhasil mereka
taklukkan dan umat manusia berbondong-bondong masuk Islam. Tidak ada yang
sulit jika Allah menghendaki kemudahan. Dakwah yang pada awalnya menemukan
banyak kendala, dengan optimisme, keteguhan, ketegaran, ketabahan dan kesabaran,
pada akhirnya titik terang keberhasilan bisa ditemukan. Ini menjadi teladan bagi kita
bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, asalkan kita terus berusaha dan tetap
optimis serta senantiasa menjaga asa.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ketika Muhammad diangkat menjadi utusan Allah, di awal-awal dakwah, beliau
diperintahkan Allah untuk menyampaikan dakwah tanpa peperangan. Beliau
berdakwah secara terang-terangan, setelah sebelumnya diperintahkan berdakwah
secara sembunyi-sembunyi. Suatu ketika beliau berjalan di tengah-tengah beberapa
orang musyrik Arab yang sedang berkumpul di suatu tempat seraya mengatakan:
 
‫َّاس ُق ْولُْوا اَل إلهَ َإاَّل اهللُ ُت ْفلِ ُح ْوا‬
ُ ‫َأيُّ َها الن‬ 
 
“Wahai umat manusia, katakanlah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, niscaya kalian akan beruntung.”
 
Beliau menyeru kepada sikap adil, berbuat baik dan akhlak-akhlak mulia lainnya, dan
mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dakwah beliau disambut beberapa orang
yang akhirnya masuk Islam, seperti sahabat Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Bilal dan
lain-lain. Akan tetapi sebagian besar masyarakat ketika itu masih tetap dalam
kekufuran. Orang-orang kafir yang menolak dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam inilah yang secara membabi buta menyakiti, menyiksa, mengolok-olok dan
menghina Rasulullah dan para sahabatnya. Ketika penyiksaan demi penyiksaan yang
dilakukan orang-orang kafir semakin bertambah berat, beberapa sahabat memutuskan
untuk berhijrah ke Habasyah atas perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka berjumlah sekitar delapan puluh orang, di antaranya adalah Utsman bin Affan
dan Ja’far bin Abi Thalib.
 
Hadirin rahimakumullah,
Dalam satu kesempatan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan
beberapa orang suku Khazraj dari kota Yatsrib yang sedang mengunjungi
Ka’bah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kesempatan itu
untuk mendakwahkan Islam kepada mereka dan mereka pun menyatakan diri masuk
Islam. Bahkan pada tahun berikutnya jumlah orang-orang suku khazraj yang masuk
Islam semakin bertambah. Akhirnya Rasulullah mengutus dua sahabat beliau,
Abdullah bin Ummi Maktum dan Mush’ab bin ‘Umair radliyallahu ‘anhuma untuk
pergi bersama mereka ke kota Yatsrib untuk mengajarkan al-Qur’an kepada mereka
dan mendakwahkan Islam kepada beberapa orang dari suku Khazraj yang belum
masuk Islam.
 
Ketika jumlah kaum muslimin yang siap menegakkan agama Allah di Yatsrib
semakin bertambah banyak, Allah memerintahkan umat Islam di Makkah untuk
berhijrah menuju kota Yatsrib atau yang dikenal kemudian dengan sebutan kota
Madinah. Para sahabat Nabi lalu berbondong-bondong melaksanakan perintah-Nya.
Kemudian Nabi pun berhijrah dari Makkah, tanah air beliau dan kota yang paling
beliau cintai menuju Madinah. Beliau dengan ditemani sahabat Abu
Bakr radliyallahu ‘anhu menaklukkan berbagai rintangan dan halangan dalam
perjalanan hijrah menuju Kota Yatsrib, setelah beliau mendakwahkan Islam dan
mengajak kepada tauhid serta mencegah dari kemusyrikan di Makkah selama tiga
belas tahun terhitung sejak beliau diangkat menjadi Rasul.
           
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat tidaklah melarikan diri dari orang-
orang musyrik. Bukan pula bentuk sikap putus asa dari kondisi yang terjadi. Hijrah
beliau juga tidak bertujuan untuk mencari ketenaran, pangkat dan kekuasaan di Kota
Madinah. Sama sekali tujuannya bukan itu. Karena sewaktu di Makkah, beliau pernah
didatangi oleh para pemuka dan pimpinan Makkah seraya mengatakan kepada beliau:
 
“Jika dakwah Islam yang engkau lakukan bertujuan mendapatkan harta benda, maka
kami akan mengumpulkan harta benda kami untukmu sehingga engkau menjadi orang
yang paling kaya di antara kami, dan jika engkau bertujuan memperoleh kekuasaan
maka kami akan menjadikanmu sebagai penguasa.”
 
Namun Rasulullah tidak terpesona dan terperdaya oleh bujuk rayu mereka. Karena
dakwah beliau memang tidak bertujuan untuk mendapatkan itu semua. Yang beliau
harapkan hanyalah ridha Allah semata. Ini adalah puncak keteladanan bagi kita
semua, khususnya bagi para da’i yang ingin mengabdikan hidupnya untuk berdakwah.
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Hijrah Rasulullah juga tidak bertujuan untuk mencari ketenangan dan kenyamanan
hidup di Madinah. Keyakinan beliau adalah bahwa apa yang beliau bawa merupakan
dakwah kebenaran dan risalah petunjuk yang harus dilaksanakan sesuai perintah
Allah. Karenanya, ketika paman beliau Abu Thalib datang meminta beliau untuk tidak
menghalang-halangi orang-orang kafir menyembah berhala-berhala mereka,
beliau mengatakan dengan tegas:
 
‫س يِف مَيِْييِن َواْل َق َمَر يِف يَ َسا ِري َعلَى َأ ْن َأْتُر َك َه َذا‬
َ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ ‫ا‬ ‫و‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫ض‬
َ ‫و‬َ ‫و‬ ْ ‫ل‬
َ ‫م‬
ُّ ‫ع‬
َ ‫ا‬‫ي‬
َ
ِ
‫واهلل‬
ِ
ُ‫ك ُد ْونَه‬ َ ‫اَألمَر َما َتَر ْكتُهُ َحىَّت يُظْ ِهَرهُ اهللُ َْأو َْأهل‬
ْ
 
“Demi Allah wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan
kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah yang aku
lakukan, pasti aku tidak akan mau meninggalkannya sampai Allah memenangkannya
atau aku binasa karenanya.”
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Peristiwa Hijrah Rasulullah dan para sahabatnya adalah petunjuk bagi kita bahwa
kemusyrikan, kekufuran, kezaliman dan kebatilan, sekuat dan sebesar apapun, pasti
pada akhirnya akan terperosok ke dalam jurang kehancuran. Sebaliknya, kebenaran
pasti suatu saat akan menemukan jalan kesuksesan dan pasti akan berhasil
mengibarkan panji-panji kemenangan. Karena Allah ta’ala telah menjanjikan
kemenangan gemilang kepada kaum mu’minin dan telah menjadikan di balik
kesukaran pasti terdapat jalan keluar, dan di balik setiap kesulitan pasti ada
kemudahan. Allah ta’ala berfirman:
 
:‫اد (سورة غافر‬ ُّ ‫ين َآمنُوا يِف احْلَيَ ِاة‬ ِ َّ‫ِإنَّا لَنْنصر رسلَنا وال‬
ُ ‫وم اَأْل ْش َه‬
ُ ‫الد ْنيَا َو َي ْو َم َي ُق‬ ‫ذ‬
َ َ َ ُ ُ ُُ َ
)51
 
Maknanya: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat” (Surat Ghafir: 51)
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Akhirnya, kita berdoa semoga di tahun baru ini kita lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Selamat tahun baru Islam 1442 H.
ٍ‫ُك ُّل َع ٍام وَأْنتُم خِب َرْي‬
ْ َ
 
َّ ‫ ِإنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬،ُ‫اسَت ْغ ِفُر ْوه‬
.‫الر ِحْي ُم‬ ِ ‫َأُقو ُل َقويِل ٰه َذا و‬
ْ َ‫ ف‬،‫َأسَت ْغفُر اهللَ يِل ْ َولَ ُك ْم‬
ْ َ ْ ْ ْ
 

Khutbah II
 
‫ َو َعلَى آلِِه‬،‫صطََفى‬ ٍ ِ
ْ ‫ُأسلِّ ُم َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد الْ ُم‬ ‫و‬
َ َْ َ‫ي‬ِّ
‫ل‬ ‫ُأص‬
َ ‫و‬ ،‫ى‬ ‫ف‬
َ ‫ك‬
َ ‫و‬
َ
ِ ‫اَحْل م ُد‬
‫هلل‬ َْ
ِ ‫ ُأو ِصي ُكم و َن ْف ِسي بَِت ْقوى‬،‫ َفيا َأيُّها الْمسلِمو َن‬،‫ ََّأما بع ُد‬ ،‫وَأصحابِِه َأه ِل الْوفَا‬
‫اهلل‬ َ ْ َ ْ ْ ْ ُْ ْ ُ َ َ َْ َ ْ َْ َ
‫الساَل ِم َعلَى‬ ‫َأن اهللَ ََأمَر ُك ْم بِ َْأم ٍر َع ِظْي ٍم‪ََ ،‬أمَر ُك ْم بِالصَّاَل ِة َو َّ‬ ‫الْ َعلِ ِّي الْ َع ِظْي ِم َو ْاعلَ ُم ْوا َّ‬
‫صلُّوا‬ ‫ال‪ِ :‬إ َّن اللَّه وماَل ِئ َكته يصلُّو َن علَى النَّيِب ‪ ،‬يا َأيُّها الَّ ِ‬ ‫نَبِيِّ ِه الْ َك ِرمْيِ‬
‫ين َآمنُوا َ‬ ‫َ‬ ‫ذ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل َسيِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َك َما‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬‫ل‬
‫ّ‬‫علَي ِه وسلِّموا تَسلِيما‪ ،‬اَل ٰ‬
‫َْ َ َ ُ ْ ً ُ َ‬
‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْبَر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل َسيِّ ِدنَا ِإْبَر ِاهْي َم َوبَا ِر ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد‬ ‫صلَّْي َ‬‫َ‬
‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْبَر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل َسيِّ ِدنَا‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬
‫َو َعلَى آل َسيِّدنَا حُمَ َّمد َك َما بَ َار ْك َ‬
‫ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‬ ‫ِ‬
‫ِإ ْبَراهْي َم‪ ،‬يِف ْ الْ َعالَ ِمنْي َ ِإنَّ َ‬
‫‪ ‬‬
‫اَأْلحيَ ِاء ِمْن ُه ْم‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫اَللّ ُه َّم‪ ‬ا ْغف ْر لْل ُم ْسلمنْي َ َوالْ ُم ْسل َمات والْ ُمْؤ مننْي َ َوالْ ُمْؤ منَات ْ‬
‫ٰ‬
‫ات‪ ،‬اللهم ْادفَ ْع َعنَّا الْبَاَل ءَ َوالْغَاَل ءَ َوالْ َوبَاءَ َوالْ َف ْح َشاءَ َوالْ ُمْن َكَر َوالَْب ْغ َي‬ ‫واَأْلمو ِ‬
‫َ َْ‬
‫َّداِئ َد َوالْ ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَ َهَر ِمْن َها َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن َبلَ ِدنَا َه َذا‬ ‫ف الْ ُم ْختَلِ َفةَ َوالش َ‬ ‫السُي ْو َ‬
‫َو ُّ‬
‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْيٌر‬ ‫ِ‬
‫اصةً َو ِم ْن بُْل َد ِان الْ ُم ْسل ِمنْي َ َع َّامةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫َخ َّ‬
‫‪ ‬‬
‫ويْن َهى َع ِن ال َف ْح َش ِاء‬ ‫ِ ِإ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫إن اهللَ يَْأ ُمُر بالْ َع ْدل َواإْل ْح َسان َو ْيتَاء ذي الْ ُق ْرىَب َ‬
‫ِعباد‪ِ  ‬‬
‫اهلل‪َّ ،‬‬ ‫ََ‬
‫الب ْغ ِي‪ ،‬يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُر ْو َن‪ .‬فَاذ ُكُروا اهللَ الْ َع ِظْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َولَ ِذ ْكُر‬
‫َوالْ ُمْن َك ِر َو َ‬
‫ِ‬
‫اهلل َأ ْكَبُر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai