Anda di halaman 1dari 4

AKM dan GLS

Sebagaimana kita ketahui, Asesmen Nasional akan mulai diterapkan pada tahun 2021.
Salah satu komponen dari Asesmen Nasional adalah AKM yang mengukur kompetensi literasi
dan numerasi. AKM mengukur kompetensi mendasar yang diperlukan setiap individu agar
dapat hidup secara produktif di masyarakat. AKM tidak berbasis mata pelajaran, namun
memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk berhasil pada berbagai mata
pelajaran. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan literasi dalam AKM adalah literasi membaca.

Berdasarkan dokumen-dokumen tentang AKM, literasi membaca, dimaknai sebagai


“kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis
teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga
Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.”
Hasil AKM diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif sesuai dengan tingkat kompetensi siswa.

Soal-soal AKM dirancang sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa kompetensi


literasi diperlukan di semua disiplin ilmu dan mata pelajaran
(https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/an). Ada dua jenis teks yang berbeda, yakni teks fiksi dan
teks informasi. Selain itu, konteks yang digunakan dalam kedua jenis teks tersebut adalah
personal, sosial budaya, dan saintifik. Tidak kalah pentingnya adalah 3 (tiga) tingkat proses
kognitif, yakni menemukan informasi, melakukan interpretasi dan integrasi, dan melakukan
evaluasi dan refleksi terhadap teks yang dibaca. Tabel di bawah ini menunjukkan kompetensi
literasi yang diukur melalui AKM.
13
LITERASI MEMBACA DALAM AKM

Konten Teks informasi, teks yang bertujuan untuk memberikan fakta,


data, dan informasi dalam rangka pengembangan wawasan
serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.

Teks fiksi, teks yang bertujuan untuk memberikan


pengalaman mendapatkan hiburan, menikmati cerita, dan
melakukan perenungan kepada pembaca.

Tingkat proses kognitif Menemukan informasi, mencari, mengakses serta


menemukan informasi tersurat dari wacana.

Interpretasi dan integrasi, memahami informasi tersurat


maupun tersirat, memadukan interpretasi antar bagian
teks untuk menghasilkan inferensi.

Evaluasi dan refleksi, menilai kredibilitas, kesesuaian


maupun keterpercayaan teks serta mampu mengaitkan isi
teks dengan hal lain di luar teks.

Konteks Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.

Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar


individu, budaya dan isu kemasyarakatan

Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang
telah dilakukan maupun futuristic

Informasi di tabel di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai kompetensi literasi


dalam tiga proses kognitif, siswa perlu dipajankan secara ekstensif terhadap berbagai jenis
teks yang menggunakan konteks bervariasi dalam pembelajaran di berbagai mata pelajaran.
Buku teks saja tidak cukup, namun perlu disediakan berbagai sumber bacaan yang
memungkinkan pengembangan ketiga tingkat proses kognitif. Patut kita akui bahwa selama ini
sumber bacaan otentik seperti novel, biografi, majalah, atau buku-buku yang bersifat
informasional belum banyak dieksplorasi sebagai bahan pembelajaran di mata pelajaran
nonbahasa. Menurut Robb (2003), buku teks cenderung lebih banyak berisi fakta dan kurang
menghadirkan ‘suara’ yang
14
biasanya hadir dalam sumber bacaan otentik yang beredar di pasaran. Dampaknya, buku teks
kurang mendorong kesempatan untuk intepretasi, evaluasi dan refleksi. Di sisi lain, buku-buku
komersil mungkin saja mengandung fakta yang kurang benar atau bersifat subjektif. Justru di
sinilah pentingnya strategi literasi diajarkan agar siswa bisa membaca kritis dan mampu
menemukan fakta-fakta yang kurang akurat atau opini yang bisa diperdebatkan di kelas.
Kompetensi mengevaluasi teks dan merefleksikannya memerlukan stimulus bacaan yang
menghadirkan berbagai perspekstif tentang isu-isu tertentu.

Tiga kegiatan pelaksanaan GLS di sekolah merupakan dasar untuk membangun dan
mengembangkan budaya literasi sekolah, dimulai dari Kegiatan Pembiasaan, Kegiatan
Pengembangan, dan Kegiatan Pembelajaran. Tiga kegiatan GLS ini menjadi wadah yang dapat
dimanfaatkan guru untuk merancang program-program membaca agar literasi menjadi
kompetensi yang dicapai melalui praktik sehari-hari di sekolah, baik di dalam maupun di luar
kelas. Berdasarkan Disain Induk GLS (2018), keterkaitan antara ketiga kegiatan GLS ini
direpresentasikan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 Keterkaitan Antar Kegiatan GLS
15

Anda mungkin juga menyukai