Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKOPNEUMONIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Oleh

Deni merdani Septian

191FK01031

Tingkat 3C

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021

• Konsep Dasar Bronchopneumonia


• Pengertian

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai


penyebaran bercak-bercak, teratur dalam area-area atau lebih yang berlokasi
di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth dalam
Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau


beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
(Whalley and wong dalam Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia adalah rekuensi komplikasi pulmonary, batuk


produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi
meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare dalam wijayaningsih,
2013).

Bronchopneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang


paruparu yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Sylvia Anderson dalam wijayaningsih, 2013).

• Etiologi

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh


penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :

• Bakteri

Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus,Hemoliticus Aureus,


Haemophilus influenza, Basilus Frienlander ( Klebsial Pneumonia),
Mycobakterium Tuberculosis.

• Virus

Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.


• Jamur

Citoplasma Capsulatum, CriptococusNepromas,Blastomices Dermatides,


Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma Pneumonia, Aspirasi
benda asing.
• Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan secara
sederhana berdasarkan gejala dan umur.

• Umur 2 bulan – 5 tahun:

• Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:

• Ada tanda bahaya umum

• Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

• Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat


inspirasi).

• Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan


napas cepat adalah:

• Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas


40x/ menit atau lebih.

• Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia


atau penyakit sangat berat.

• Umur < 2 bulan

• Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :

• Tidak mau minum atau memuntahkan semua

• Riwayat kejang

• Bergerak jika hanya dirangsang

• Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit )

• Napas lambat ( < 30 kali / menit )

• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat

• Merintih

• Demam ≥

• Hipotermia berat <


• Nanah yang banyak di mata

• Pusar kemerahan maluas ke dinding perut 2) Infeksi


bakteri lokal, apabila gejala :

• Pustul kulit

• Mata bernanah

• Pusar kemerahan atau bernanah

• Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda


di atas.

• Faktor Lain Penyebab Bronkopneumonia

Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain yang dapat menyebabkan


Bronchopneumonia :

• Faktor predisposisi

• Usia/umur

• Genetic.

• Faktor pencetus

• Gizi buruk/kurang

• Berat badan lahir rendah (BBLR)

• Tidak mendapatkan ASI yang memadai.

• Imunisasi yang tiak lengkap

• Polusi udara

• Kepadatan tempat tinggal


• Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan


oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :

• Stadium I (4-12 jam pertama / kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang


berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandiin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang intertisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

• Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selam 48 jam.

• Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih


mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisasisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

• Stadium IV / resolusi (7-1 hari)

Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi
pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).
• Patways
• Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi

Menurut Wijayaningsih (2013), perubahan respon tubuh yang di alami sepertii


:

• Sistem pernafasan
Terdapatnya bakteri yang menyebabkan peradangan pada bronkus yang
mengakibatkan penumpukan sekret yang menghambat jalan nafas. Tanda
dan gejala yang timbul Pernafasan cepat dan dangkal, bunyi pernafasan
cuping hidung, terdapatnya bunyi nafas tambahan pada paru yaitu ronchi,
weezing.

• Sistem pencernaan

Terdapat mual dan muntah disertai diare yang mengakibatkan kekurangan


cairan yang hebat.

• Sistem saraf pusat

Terjadinya penurunan suplai O2 dalam darah ke otak yang di tandai


dengan sianosis, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, yang
menyebabkan terjadinya hipoksia serta mengalami penurunan kesadaran.

• Sistem termoregulasi

Bakteri yang telah menyebar dan menyebab peradangan menginfeksi


sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadinya peningkatan suhu tubuh yang
tinggi yang akan menyebabkan kejang.

• Komplikasi

Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan


penyakit lain, yaitu :

• Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau


kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk hilang.

• Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam


rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

• Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
• Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

• Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

• Penatalaksanaan

• Farmakologi

Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :

• Pemberian antibiotik

KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR
atau
TAB ANAK SIRUP per 5 ml (40 mg
BERAT BADAN
(20 mg Tmp + 200 mg Tmp + 200 mg Smz)
Smz)
2 bln-<4 bln (4-6 2.5 ml
1
kg) (1/2 sendok takar)
4 bln - <12 5 ml
bln (6 -< 10 2 (1 sendok takar)
kg)
12 bln - <5 tahun 7.5 ml

(10 -<16 kg) (1 ½ sendok takar)
3 tahun - <5 tahun 10 ml
3
(16 – 19 kg) (2 sendok takar)
TaTabel : 2.1 Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua
Klasifikasi yang Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai

AMPISILIN
UMUR Dosis : 50 mg per kg BB GENTAMISIN
Atau Tambahkan 4,0 ml aquadest Dosis : 7,5 per kg
BERAT dalam 1 vial 1000 mg sehingga BB sediaan 80 mg /
BADAN menjadi 1000 mg / 5 ml atau 2 ml
200 mg/ml
2 bulan - < 4
bulan (4 - < 6 1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
kg)
4 bulan - < 9
bulan (6 - < 8 1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
kg)
9 bulan - <12
bulan (8 - < 2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
10 kg)
12 bulan - <3
tahun (10 - < 3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
14 kg)
3 tahun - < 5
tahun (14 -19 3.75 ml = 750 mg 3 ml = 120 mg
kg)

Tabel : 2.2 Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak
Dapat Menelan Obat Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis
Melalui Intravena
• Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi

PARACETAMOL
UMUR atau TABLET TABLET SIRUP 120 mg/ 5
BERAT BADAN 500 mg 100 mg ml
2 bulan - <6 bulan 2.5 ml
½ 1/2
(4 - <7 kg) ( ½ sendok takar)
6 bulan - < 3
5 ml ( 1 sendok
tahun (7 – < 14 ¼ 1
takar)
kg)
3 tahun - < 5 tahun 7.5 ml
½ 2
(14 - < 19 kg) ( 1 ½ sendok takar)

• Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
• Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225% 350cc / 24 jam
• Non Farmakologi

• Pasien Istirahat total

• Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala

• Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator

• Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan


batuk efektif ).

• Banyak minum air putih hangat

• Suction bila ada sumbatan jalan nafas

• Kompres hangat jika demam

• Diit pasien jenis ML ( makan lunak )


• Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronchopneumonia

• Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :

• Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia


sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan.

• Keluhan Utama

• Riwayat Kesehatan Sekarang

• Bronchopneumonia Virus

Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk


rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia
bakteri. Bronchopneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan
Bronchopneumonia bakteri dan mukuplasma.

• Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)

Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau


bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi,
batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.

• Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.
Riwayat penyakit campak / fertusis (pada Bronchopneumonia).
• Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat
dari kondisi penyakit.
• Riwayat psikososial dan perkembangan

Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami


gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan oleh
adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan,
sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup.

• Riwayat Imunisasi

Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-


HB-Hib 2.

• Pemeriksaan Fisik

• Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan


pembesaran Kelenjer getah bening.

• Mata

Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami


anemis konjungtiva.

• Hidung

Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami


nafas pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.

• Mulut

Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis


terutama pada bibir.

• Thorax

Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia,


hasil inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang
pendek dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi
terdengar sonor, auskultasi akan terdengar suara tambahan pada
paru yaitu ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan
terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan
takipneu.

• Abdomen

Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.

• Kulit

Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat


atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.

• Ekstremitas

Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt >
2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung
kuku sianosis.

• Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :

• Pemeriksaan Radiologi

Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus


berbercak-bercak infiltrasi

• Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi


cabangcabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang
diambil untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik
digunakan untuk mengidentifiksi dan mengangkat benda asing

• Hematologi

• Darah lengkap

• Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak


mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1
bulan normalnya11-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
• Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% -
50,3%, dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%

• Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami


peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .– 10 rb

• Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan normal yaitu


150 – 400 rb

• Eritrosit biasanya tidak mengalami gangguan dengan nilai


normal Laki – laki 4,7- 6,7 juta dan pada Perempuan 4,2– 5,4
juta

• Laju endap darah ( LED ) biasanya mengalami peningkatan normal


nya pada laki-laki 0 – 10 mm perempuan 0 -15 mm

• Analisa Gas Darah (AGD)

Biasanya pada pemeriksaan AGD pada pasien bronchopneumonia


ditemukan adanya kelainan. Pada nilai pH rendah
normalnya7,387,42, Bikarbonat (HCO3) akan mengalami
peningkatan kecuali ada kelainan metabolik normalnya 22-28 m/l,
Tekanan parsial oksigen akan mengalami penurunan nilai
normalnya 75-100 mm Hg, Tekanan (pCO2) akan mengalami
peningkatan nilai normalnya 38-42 mmHg, dan pada saturasi
oksigen akan mengalami penurunan nilai normalnya 94-100 %.

• Kultur darah

Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam darah, yang


mengakibatkan sistem imun menjadi rendah

• Kultur sputum
Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri
pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak paru.

• Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

• Diagnosa Keperawatan
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
• Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret banyak
• Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output berlebihan
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake menurun/kurang
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

• Rencana Keperawatan

SDKI SLK SIKI


I
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
an pola napas keperawatan selama 3x24 I.01011
berhubungan jam diharapkan masalah 1.Monitor pola nafas
dengan obstruksi keperawatan dapat teratasi R/ mengetahui tanda dan gejala
jalan napas dengan kriteria hasil : awal pola nafas tidak efektif
D.0005 - Menunjukkan jalan 2.Monitor bunyi nafas
nafas yang paten (klien tambahan
tidak merasa sesak, R/ mengetahui adanya sumbatan
irama nafas, frekuensi jalan nafas dan perkembangan
status kesehatan pasien
3.posisikan semi fowlwe
R/membantu pengenceran
sputum
4.Berikan oksigen
R/membantu kecukupan
oksigen
5.berikan minum hangat
R/membantu pengenceran
sputum
6. anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
R/membantu kecukupan
oksigen pasien
7.ajarkan teknik batuk efektif
R/agar mudah mengeluarkan
sputum

pernafasan

dalam rentan normal

Bersihan Setelah dilakukan


Latihan batuk efektif
jalan tindakan keperawatan I.010006
nafas selama 2x24
1.Observasi kemampuan batuk
berhubungan jam
dengan diharapkan masalah R/mengetahui efektif atau tidak
keperawatan 2.Monitor adanya retensi
sekret banyak ketidakefektifan bersihan sputum
D.0001 jalan nafas dapat teratasi
dengan kriteria hasil : R/mengetahui kebersihan jalan
• Suara nafas
nafas bersih
• Sekret 3.monitor input dan output
bisa keluar cairan
• Tidak ada suara
tambahan R/mengetahui kecukupan
cairan pasien

4.atur posisi semi fowler atau


fowler

R? Mengembangkan dada

5.kolaborasi pemberian terapi


nebulizer

R/Membersihkan jalan nafas

pernafasan dalam
rentan normal

Bersihan Setelah dilakukan


Latihan batuk efektif
jalan tindakan keperawatan I.010006
nafas selama 2x24 jam
1.Observasi kemampuan batuk
berhubungan diharapkan masalah
dengan keperawatan R/mengetahui efektif atau tidak
ketidakefektifan bersihan 2.Monitor adanya retensi
sekret banyak jalan nafas dapat teratasi sputum
D.0001 dengan kriteria hasil :
R/mengetahui kebersihan jalan
• Suara nafas
bersih nafas
• Sekret bisa
3.monitor input dan output
keluar
• Tidak ada suara cairan
tambahan
R/mengetahui kecukupan
cairan pasien

4.atur posisi semi fowler atau


fowler

R? Mengembangkan dada

5.kolaborasi pemberian terapi


nebulizer

R/Membersihkan jalan nafas


pernafasan dalam
rentan normal

Bersihan Setelah dilakukan


Latihan batuk efektif
jalan tindakan keperawatan I.010006
nafas selama 2x24 jam
1.Observasi kemampuan batuk
berhubungan diharapkan masalah
dengan keperawatan R/mengetahui efektif atau tidak
ketidakefektifan bersihan 2.Monitor adanya retensi
sekret banyak jalan nafas dapat teratasi sputum
D.0001 dengan kriteria hasil :
R/mengetahui kebersihan jalan
• Suara nafas
bersih nafas
• Sekret bisa
3.monitor input dan output
keluar
• Tidak ada suara cairan
tambahan
R/mengetahui kecukupan
cairan pasien

4.atur posisi semi fowler atau


fowler

R? Mengembangkan dada

5.kolaborasi pemberian terapi


nebulizer

R/Membersihkan jalan nafas

pernafasan Setelah
Manaje
rentan normal
dilakukan men

tindakan Nutrisi
Bersihan Setelah
Latihan
I.03119
jalan batuk keperawatan
dilakukan
nafas selama 2x24 1.Identif
tindakan efektif jam
berhubun ikasi
I.01000diharapkan
gan keperawatan masalah status
6 Defisit nutrisi
dengan selama 2x24 nutrisi
kurang dari
jam 1.Observasi
R/
diharapkan kemampuankebutuhan tubuh
banyak dapat Mengeta
batuk teratasi
D.0001
dengan kriteria hui
masalah R/ hasil Status status
keperawatan mengetahuiNutrisi
• Adanya kekuran
ketidakefektifan efektif atau peningkata gan
tidak n berat
badan nutrisi
bersihan jalan
2.Monitor sesuai
nafas dapat dengan 2.Idnetif
adanya tujuan ikasi
teratasi dengan
retensi • Berat badan
kriteria hasil : ideal sesuai alergi
sputum
dengan dan
• Suara nafas
tinggi
bersih R/ intoleran
badan
• Sekret bisa
mengetahui si
keluar
kebersihan makana
• Tidak
ada jalan nafas n
suara
3.monitor R/
tambah
an
input dan Mengeta
output hui
cairan alergi
pasien
R/
mengetahui 3.Identif
kecukupan ikasi
cairan kalori
pasien dan
jenis
4.atur posisi
nutrien
semi fowler
atau fowler R/
mengeta
R?
hui
Mengemba
jumlah
ngkan dada
kalori
5.kolaborasi
dan
pemberian
jenis
terapi
nutrien
nebulizer
4.Monit
R/
or
Membersih
asupan
kan jalan
makana
nafas
n

R/
Mengeta
hui
asupan
makana
n pasien
5.Kolab
orasi
dengan
ahli gizi

R/untuk
menentu
kan
jumlah
kalori
yag
dibutuh
kan

• Implementasi Keperawatan
Berdasarkan Implementasi yang dilakukan pada anak selama
pengelolahan kasus adalah sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan
pola nafas b/d hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi ,
mengatur peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien
mengektensikan kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan menghitung
frekuensi napas dan irama napas. Setelah dilakukan implementasi masih terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-
tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung, memonitor
suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev, Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan implementasi didapatkan
tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i, CRT < 2 detik, kulit tampak
membiru.
Implementasi untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah,
Implementasi yang dilakukan pada anak selama pengelolahan kasus adalah
sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
penumpukan sekret di jalan nafas Implementasi yang dilakukan adalah
memonitor aliran O2, mengauskultasi suara nafas dan mencatat adanya suara
tambahan, mengekstensikan kepala, memperhatikan gerakan dada saat inspirasi-
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7.5 mg. Setelah dilakukan tindakan di
dapatkan sekret dijalan nafas sudah berkurang, pasien masih sesak, tarikan
dinding dada masih ada, tampak penggunaan otot bantu pernafasan, T 38,6 o C,
HR 100 x/i, P 35 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi , mengatur peralatan
oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien dengan ekstensi
kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan menghitung frekuensi napas
dan irama napas. Setelah dilakukan implementasi didapatkan masih terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-
tanda vital T 38,6o C, HR 100 x/i, P 35 x/i.
Implementasi untuk diagnosa ketiga gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan nadi, suhu dan
pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat di dahi, ketiak dan lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi di dapatkan anak masih demam, ada penurunan suhu
tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,4o C, HR 93 x/i, P 30 x/i. Terpasang
IVFD KA-EN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv.
memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut
jantung, memonitor suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan
implementasi didapatkan tanda-tanda vital T 38,6o C, HR 100 x/i, P 35 x/i, CRT <
2 detik.
Implementasi untuk diagnosa keempat hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah, nadi, suhu
dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat di dahi, ketiak dan lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi di dapatkan anak masih demam, ada penurunan suhu
tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,6 o C, HR 100 x/i, P 35 x/i.
Terpasang IVFD KA-EN 1B 8 tts/i. Ampicillin 4 x 150 g iv, Gentamicin 2 x 14 g
iv

• Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka didapatkan hasil
progres kesehatan anak sebagai berikut; pada diagnosa keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8 Januari
2017, Pukul 19.00.

Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.

Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5. Jakarta:
EGC.

Bulechek, M. Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classifications (2016). Elseiver:


Singapore Pte Ltd.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.

Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi & Klasifikasi.
Ed. 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai