BRONKOPNEUMONIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Oleh
191FK01031
Tingkat 3C
2021
• Etiologi
• Bakteri
• Virus
• Riwayat kejang
• Merintih
• Demam ≥
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Faktor predisposisi
• Usia/umur
• Genetic.
• Faktor pencetus
• Gizi buruk/kurang
• Polusi udara
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selam 48 jam.
Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi
pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).
• Patways
• Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi
• Sistem pernafasan
Terdapatnya bakteri yang menyebabkan peradangan pada bronkus yang
mengakibatkan penumpukan sekret yang menghambat jalan nafas. Tanda
dan gejala yang timbul Pernafasan cepat dan dangkal, bunyi pernafasan
cuping hidung, terdapatnya bunyi nafas tambahan pada paru yaitu ronchi,
weezing.
• Sistem pencernaan
• Sistem termoregulasi
• Komplikasi
• Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
• Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
• Penatalaksanaan
• Farmakologi
• Pemberian antibiotik
KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR
atau
TAB ANAK SIRUP per 5 ml (40 mg
BERAT BADAN
(20 mg Tmp + 200 mg Tmp + 200 mg Smz)
Smz)
2 bln-<4 bln (4-6 2.5 ml
1
kg) (1/2 sendok takar)
4 bln - <12 5 ml
bln (6 -< 10 2 (1 sendok takar)
kg)
12 bln - <5 tahun 7.5 ml
2½
(10 -<16 kg) (1 ½ sendok takar)
3 tahun - <5 tahun 10 ml
3
(16 – 19 kg) (2 sendok takar)
TaTabel : 2.1 Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua
Klasifikasi yang Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai
AMPISILIN
UMUR Dosis : 50 mg per kg BB GENTAMISIN
Atau Tambahkan 4,0 ml aquadest Dosis : 7,5 per kg
BERAT dalam 1 vial 1000 mg sehingga BB sediaan 80 mg /
BADAN menjadi 1000 mg / 5 ml atau 2 ml
200 mg/ml
2 bulan - < 4
bulan (4 - < 6 1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
kg)
4 bulan - < 9
bulan (6 - < 8 1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
kg)
9 bulan - <12
bulan (8 - < 2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
10 kg)
12 bulan - <3
tahun (10 - < 3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
14 kg)
3 tahun - < 5
tahun (14 -19 3.75 ml = 750 mg 3 ml = 120 mg
kg)
Tabel : 2.2 Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak
Dapat Menelan Obat Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis
Melalui Intravena
• Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi
PARACETAMOL
UMUR atau TABLET TABLET SIRUP 120 mg/ 5
BERAT BADAN 500 mg 100 mg ml
2 bulan - <6 bulan 2.5 ml
½ 1/2
(4 - <7 kg) ( ½ sendok takar)
6 bulan - < 3
5 ml ( 1 sendok
tahun (7 – < 14 ¼ 1
takar)
kg)
3 tahun - < 5 tahun 7.5 ml
½ 2
(14 - < 19 kg) ( 1 ½ sendok takar)
• Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
• Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225% 350cc / 24 jam
• Non Farmakologi
• Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator
• Pengkajian
• Keluhan Utama
• Bronchopneumonia Virus
• Riwayat Imunisasi
• Pemeriksaan Fisik
• Kepala-leher
• Mata
• Hidung
• Mulut
• Thorax
• Abdomen
• Kulit
• Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt >
2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung
kuku sianosis.
• Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Radiologi
• Hematologi
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Kultur sputum
Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri
pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak paru.
• Diagnosa Keperawatan
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
• Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret banyak
• Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output berlebihan
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake menurun/kurang
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
• Rencana Keperawatan
pernafasan
R? Mengembangkan dada
pernafasan dalam
rentan normal
R? Mengembangkan dada
R? Mengembangkan dada
pernafasan Setelah
Manaje
rentan normal
dilakukan men
tindakan Nutrisi
Bersihan Setelah
Latihan
I.03119
jalan batuk keperawatan
dilakukan
nafas selama 2x24 1.Identif
tindakan efektif jam
berhubun ikasi
I.01000diharapkan
gan keperawatan masalah status
6 Defisit nutrisi
dengan selama 2x24 nutrisi
kurang dari
jam 1.Observasi
R/
diharapkan kemampuankebutuhan tubuh
banyak dapat Mengeta
batuk teratasi
D.0001
dengan kriteria hui
masalah R/ hasil Status status
keperawatan mengetahuiNutrisi
• Adanya kekuran
ketidakefektifan efektif atau peningkata gan
tidak n berat
badan nutrisi
bersihan jalan
2.Monitor sesuai
nafas dapat dengan 2.Idnetif
adanya tujuan ikasi
teratasi dengan
retensi • Berat badan
kriteria hasil : ideal sesuai alergi
sputum
dengan dan
• Suara nafas
tinggi
bersih R/ intoleran
badan
• Sekret bisa
mengetahui si
keluar
kebersihan makana
• Tidak
ada jalan nafas n
suara
3.monitor R/
tambah
an
input dan Mengeta
output hui
cairan alergi
pasien
R/
mengetahui 3.Identif
kecukupan ikasi
cairan kalori
pasien dan
jenis
4.atur posisi
nutrien
semi fowler
atau fowler R/
mengeta
R?
hui
Mengemba
jumlah
ngkan dada
kalori
5.kolaborasi
dan
pemberian
jenis
terapi
nutrien
nebulizer
4.Monit
R/
or
Membersih
asupan
kan jalan
makana
nafas
n
R/
Mengeta
hui
asupan
makana
n pasien
5.Kolab
orasi
dengan
ahli gizi
R/untuk
menentu
kan
jumlah
kalori
yag
dibutuh
kan
• Implementasi Keperawatan
Berdasarkan Implementasi yang dilakukan pada anak selama
pengelolahan kasus adalah sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan
pola nafas b/d hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi ,
mengatur peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien
mengektensikan kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan menghitung
frekuensi napas dan irama napas. Setelah dilakukan implementasi masih terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-
tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung, memonitor
suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev, Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan implementasi didapatkan
tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i, CRT < 2 detik, kulit tampak
membiru.
Implementasi untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah,
Implementasi yang dilakukan pada anak selama pengelolahan kasus adalah
sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
penumpukan sekret di jalan nafas Implementasi yang dilakukan adalah
memonitor aliran O2, mengauskultasi suara nafas dan mencatat adanya suara
tambahan, mengekstensikan kepala, memperhatikan gerakan dada saat inspirasi-
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7.5 mg. Setelah dilakukan tindakan di
dapatkan sekret dijalan nafas sudah berkurang, pasien masih sesak, tarikan
dinding dada masih ada, tampak penggunaan otot bantu pernafasan, T 38,6 o C,
HR 100 x/i, P 35 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi , mengatur peralatan
oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien dengan ekstensi
kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan menghitung frekuensi napas
dan irama napas. Setelah dilakukan implementasi didapatkan masih terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-
tanda vital T 38,6o C, HR 100 x/i, P 35 x/i.
Implementasi untuk diagnosa ketiga gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan nadi, suhu dan
pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat di dahi, ketiak dan lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi di dapatkan anak masih demam, ada penurunan suhu
tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,4o C, HR 93 x/i, P 30 x/i. Terpasang
IVFD KA-EN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv.
memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut
jantung, memonitor suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan
implementasi didapatkan tanda-tanda vital T 38,6o C, HR 100 x/i, P 35 x/i, CRT <
2 detik.
Implementasi untuk diagnosa keempat hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah, nadi, suhu
dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat di dahi, ketiak dan lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi di dapatkan anak masih demam, ada penurunan suhu
tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,6 o C, HR 100 x/i, P 35 x/i.
Terpasang IVFD KA-EN 1B 8 tts/i. Ampicillin 4 x 150 g iv, Gentamicin 2 x 14 g
iv
• Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka didapatkan hasil
progres kesehatan anak sebagai berikut; pada diagnosa keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8 Januari
2017, Pukul 19.00.
Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.
Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5. Jakarta:
EGC.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi & Klasifikasi.
Ed. 10. Jakarta: EGC.