Anda di halaman 1dari 17

Peran perawat dalam pemberian obat

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah patofisiologi

Dosen pengampuh : DEDE NUR AZIZ MUSLIM, S.Kep., Ners,. M. Kep

Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh

DENI MERDANI SEPTIAN

191FK01031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perawat mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam dunia kesehatan
karena ia merupakan perantara dokter yang berhubungan langsung dengan pasien dan
membantu atau melayani berbagai kebutuhan pasien, salah satunya adalah dalam
terapi medis dan cara pemberian obat kepada pasien. Perawat adalah mata rantai
terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Dia yang lebih mengetahui
tentang keadaan pasien sampai pada keluhan-keluhan pasien.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Pengobatan atau medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan
terapeutik atau menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara,
antara lain berdasarkan bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan oleh tubuh
manusia.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian
obat menjadi tugas perawat yang paling penting. Tidak semua pasien tahu tentang
obat dan cara kerja obat, ini disebabkan adanya beberapa factor diantaranya gangguan
visual, pendengaran, intelektual, atau motorik yang mungkin membuat pasien sukar
untuk minum obat. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab bahwa obat itu benar
diminum atau tidak. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien dalam terapi medis dan cara pemberian obat yang tepat.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1    Peran Perawat

             Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.

(Kozier Barbara, 1995:21).

             Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan

diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap

peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

            Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan.

Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

 Pada peran ini perawat diharapkan mampu :

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau

masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat

sederhana sampai pada masalah yang kompleks.


2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus

memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

b. Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Tugas

perawat antara lain :

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain

yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang

sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.

Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,

sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

            Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan

termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan

kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

c. Sebagai educator.

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.


d. Sebagai koordinator.

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan

kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Sebagai kolaborator.

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri

dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan.

f. Sebagai Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi

tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal

yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan

dukungan emosional dan intelektual. Peran perawat antara lain :

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk

meningkatkan kemampuan adaptasinya.

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan.

g. Sebagai pembaharu.

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang

sistematisdan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.2     Fungsi Perawat ( PK ST. Carolus 1983 )


a.       Fungsi Pokok

Membantu individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam

melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi

kematian dengan tenang sesuai dengan martabat manusia yang pada hakekatnya dapat

mereka laksanakan tanpa bantuan.

b.       Fungsi Tambahan

Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana

pengobatan yang ditentukan oleh dokter.

c.       Fungsi Kolaboratif

Sebagai anggota tim kesehatan, bekerja sama saling membantu dalam merencanakan

dan melaksanakan program kesehatan secara keseluruhan yang meliputi pencegahan

penyakit, peningkatkan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

Didalam menjalankan fungsinya maka seorang perawat kesehtan kerja

melakukan 2  kelompok pekerjaan yang besar yaitu :                                                   

 Penatalaksanaan kasus adalah dalam menerapkan proses keperawatan dan prinsip-

prinsip kesehatan masyarakat pada pekerja dan tempat kerja. Dengan kata lain

penatalaksanaan kasus adalah penerapan standar pelayanan klinis keperawatan pada

tenaga kerja.

 Penatalaksanaan program adalah penerapan fungsi-fungsi administrasi pada

program-program kesehatan dan keselamatan kerja.

Menurut kozier (1991) mengemukakan fungsi perawat :

1. Fungsi Mandiri (Independen)
            Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana

perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan

sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.

2. Fungsi Ketergantungan (Dependen)

            Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau

instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.

Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat

primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Kolaboratif (Interdependen)

            Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan

diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk

pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini

tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun

lainnya.

2.3 Peran perawat dalam pemberian obat

A. Peran perawat dalam pemberian obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar

memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah

(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat

tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki

oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun

pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat

yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa

tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam

memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat,

hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan

prinsip 12 benar, yaitu:

1. Benar Klien

• Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang

identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.

• Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

• Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

• Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

• Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan

• Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat

• Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal

tiga kali:

1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,

2. Sebelum menuang/menghisap obat

3. Setelah menuang/ mengisap obat

• Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah

• Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut


• Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat

• Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

• Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang

bersangkutan.

• Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan

diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan

dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien

(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh

perawat lain.

• Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

• Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua

kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat

dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.

• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai

waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu

paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.

• Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau

bersama makanan

• Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi

mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.

• Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan

untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

• Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.

• Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat

peroral

• Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral

• Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai

obat oral telah ditelan.

• rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;

2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;

3. bukal (diantara gusi dan pipi)

4. topikal ( dipakai pada kulit ) ;

5. inhalasi ( semprot aerosol ) ;

6. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;

7. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.

            Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta

respon klien terhadap pengobatan.

7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan

pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat

seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan

terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian
obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat

dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.

8. Hak klien untuk menolak

            Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus

memberikan Inform consent dalam pemberian obat.

9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

Perawat selalu memer

10. Benar evaluasi

Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. Benar reaksi terhadap makanan

            Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu

harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang

diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya

ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

12. Benar reaksi dengan obat lain

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol

penggunaan pada penyakit kronis

Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat

Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek

terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek

obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian

obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan
tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan

dengan tindakan perawatan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam

mengevaluasi keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan

langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan.

Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung kepada pasien tentang

keefektifitasan obat yang diberikan.

C.  Peran dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat

Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap

kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus

mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang

dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan

memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,

menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter. Perawat

harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah mengenai tanda-

tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat.

Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa pasien

dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran

penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data

tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat

kesehatan.

D.  Peran Perawat dalam Menyimpan, Menyiapkan, dan, Pencatatan

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :


1.                  Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu

bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan

cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin,

supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin

tifoid antara 2 - 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.

2.                  Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat

umum dan terkunci.

3.                  Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat

baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan

warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya

rusak.

Persiapan :

  Cuci tangan sebelum menyiapkan obat

   Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat

   Periksa perintah pengobatan

   Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali

   Periksa tanggal kadaluarsa

   Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain

   Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atauahli Farmasi

   uang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit,buka obat

disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien

   Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus

berada pada garis dosis yang diminta

  Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau

berikan bersama-sama dengan makanan


Pencatatan :

  Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor.

Lengkapi laporan peristiwa

  Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan

inisial Anda.

   Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat

  Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.

E.  Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan

pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang

berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat

secara umum, sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung

jawab perawat tetapi tanggung jawab dokter.


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

 Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan

diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar

memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah

(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat

tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki

oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika

membutuhkan pengobatan.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan sudah seharusnya kita memahami dan

mengaplikasikan langsung pada saat proses keperawatan mengenai peran perawat

dalam pengobatan agar terciptanya keperawatan professional.

DAFTAR PUSTAKA

Ramdan P Yusup.2012.Pengetahuan Dasar Obat Untuk Perawan.Bandung:LCN Press

Entrepreneur

http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/

(Diakses Pada Tanggal 3 Juni 2014).


http://suharbara.wordpress.com/2012/05/01/peranan-perawat-dalam-pemberian-obat/

(Diakses Pada Tanggal 3 Juni 2014).

Anda mungkin juga menyukai