Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang etnik keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi konsep dan keyakinan sehat sakit anggota keluarga. Faktor
kebudayaan mengatur persepsi, penilaian gejala, definisi sehat sakit, prognosis,
terapi serta promosi kesehatan individu. Faktor kebudayaan menentukan
pentingnya berbagai domain pengaruh, domain ini membentuk penjelasan sehat
dan sakit masyarakat, bahwa apa yang mereka pikir harus mereka lakukan
mengenai kesehatan (Kleinmann, 1998 dalam Friedman, dkk 2010).
Konsep budaya barat meyakini bahwa sehat sakit merupakan fenomena
yang alamiah yang ini berlawanan dengan fenomena budaya timur, yang dimana
budaya timur lebih percaya bahwa konsep sehat sakit itu dipengaruhi oleh
penyebab sosial atau supranatural (Courtney, 1995 dalam Friedman, dkk 2010).
Salah satu yang dipercayai oleh masyarakat budaya timur adalah tentang praktik
perdukunan.
Dukun merupakan istilah yang dapat mengembalikan alam pikiran manusia
pada masa lampau ketika manusia hidup di alam kepercayaan animisme (Birx,
2006). Dukun juga dikenal sebagai seorang paranormal. Paranormal adalah orang
yang mengaku mengetahui ilmu ghaib dan memberi tahu kepada manusia tentang
kejadian yang terjadi di alam semesta (Syamsudin, 2008).
Latar belakang kepercayaan dan budaya masyarakat membantu
meningkatkan kepercayaan masyarakat pada seorang dukun. Dukun diyakini dan
dipercayai memiliki kemampuan dan keahlian dalam menolong dan
menyembuhkan orang. Masyarakat mendatangi dan mempercayai dukun sebagai
orang yang memiliki “kesaktian” maka masyarakat telah meyakini bahwa
seorang dukun dan segala ilmu yang dimilikinya telah memiliki kompetensi di
bidangnya (Nurdin, 2012).

1
Ada kepercayaan dan keyakinan masyarakat yang kuat bahwa seorang dukun memiliki
kemampuan yang lebih dalam mengarahkan atau memberi petunjuk, memprediksi,
memberikan pertolongan, dan bahkan menyembuhkan orang yang datang meminta bantuan
atau pertolongan, mayoritas masyarakat yang datang ke dukun memiliki latar belakang
budaya yang beda, dan dukun memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai macam latar belakang klien (Nurdin, 2012).
Fenomena kepercayaaan sehingga masyarakat mendatangi dukun merupakan tradisi
peninggalan sejarah animisme yang masih melekat pada kehidupan masyarakat sampai
sekarang (Muchtarom, 2002). Alasan masyarakat dalam memilih pengobatan dukun adalah
karena budaya, ekonomi, pendidikan dan akses yang jauh untuk pergi ke pelayanan
kesehatan.
Budaya dalam masyarakat sudah menjadi kebiasaan dalam mencari pengobatan
kepada dukun, masyarakat mengaku bahwa untuk mendatangi dukun adalah sebuah adat
istiadat yang diturunkan dari nenek moyang mereka, dan mereka percaya bahwa penyakit
merek berasal dari alam ghaib atau dari sesuatu yang sudah mereka langgar. Ekonomi yang
rendah juga mempengaruhi masyarakat karena terbatasnya biaya untuk sekedar
memeriksakan penyakitnya dan membeli obat. Pendidikan menjadi masalah ketidaktahuan
masyarakat dalam mencari pengobatan karena kurangnya informasi atau pengetahuan yang
mereka dapat tentang penyakitnya (Friedman dkk, 2010). Jadi yang mempengaruhi
masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional (dukun) adalah budaya, ekonomi,
pendidikan dan akses yang jauh.
Sifat masyarakat desa yang homogen yang juga terlihat pada sistem kepercayaannya.
Sistem kepercayaan masyarakat tersebut sebagian besar dengan menganut sistem
kepercayaan yang bersifat hukum alam, yaitu mempercayai hal-hal yang berhubungan
dengan mistis dan ghaib, sehingga masyarakat desa masih mempercayai adanya kekuatan
mistik yang berasal dari alam. Salah satu perantara yang menghubungkan masyarakat desa
dengan kekuatan mistik adalah seseorang yang disebut sebagai ”dukun”. Pengertian “dukun”
secara umum adalah orang yang memiliki kemampuan supranatural (Hakim dkk, 2013).
Pengaruh budaya yang sudah ada pada masyarakat merupakan salah satu alasan utama
masyarakat di pedesaan memilih alternatif lain mengapa orang lebih cenderung pergi kepada
”dukun” dari pada ke dokter dalam masalah kesehatan. Mitos merupakan budaya yang
meskipun telah ada pada masyarakat masa lampau tetapi tidak dapat ditinggalkan
sepenuhnya oleh budaya masyarakat sekarang ini (Hakim dkk, 2013). Kebanyakan
masyarakat yang melakukan pengobatan adalah dari kalangan ekonomi menengah kebawah
karena selain murah juga mudah sehingga pengobatan alternatif seperti ini jadi pilihan yang
normal karena keterbatasan biaya dan akses untuk pergi ke dokter. alasan biaya sebagai
alasan yang paling mendasar dalam pemilihan pengobatan melalui dukun (Hakim dkk,
2013).
Perilaku masyarakat yang masih mempercayai dukun juga tidak terlepas dari tingkat
pendidikan yang ada dikalangan masyarakat dan rendahnya tingkat pengetahuan mendorong
masyarakat untuk percaya terhadap hal-hal yang tidak rasional yang berkembang di
masyarakat, sehingga fenomena seperti ini sangat mudah diterima tanpa adanya
pertimbangan yang matang (Hakim dkk, 2013). Pendidikan berperan dalam perilaku
masyarakat untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan masyarakat memahami arti
kesehatan dirinya dan lingkungannya. Pemaknaan kesehatan bagi masyarakat tentu tidak
lepas dari pendidikan yang mereka terima, baik yang diterima lewat sekolah, lewat institusi
kesehatan (dinas kesehatan, puskesmas) maupun lewat lembaga keagamaan (Hakim dkk,
2013).
Akses terhadap fasilitas kesehatan dalam situasi dan kondisi geografis yang ada
merupakan tantangan yang cukup besar didalam pemberian pelayanan kesehatan secara
merata. Tanpa akses yang mudah dijangkau sangat menyulitkan masyarakat terutama untuk
masyarakat yang berpenghasilan rendah (Nainggolan dkk, 2016).
Penulis menganalisis faktor ekonomi, budaya, pendidikan, akses dan pengetahuan
apakah kelima faktor tersebut mempengaruhi masyarakat atau untuk berobat ke dukun dan
peneliti tidak bermaksud untuk mengubah pikiran atau kebiasaan masyarakat dalam memilih
berobat ke dukun, karena berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun. Dukun
mengatakan bahwa seperti penyakit kista, perut membesar dll nya masyarakat percaya
bahwa dukun bisa mengobati penyakitnya dan masyarakat juga sudah mendapatkan bukti
dari orang yang sudah pernah berobat ke dukun tersebut.
Sehingga untuk para tenaga kesehatan tidak perlu mengubah kebiasaan masyarakat
yang berobat ke dukun jika ada pengaruh dari 5 faktor tersebut karena tidak ada salahnya
jika berobat ke dukun dan hanya memberikan edukasi saja kepada masyarakat bahwa
pentingnya untuk sering memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan.
Di pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Paloan Kabupaten Landak,
berdasarkan hasil observasi peneliti serta didukung wawancara dengan beberapa masyarakat
masih didapatkan bahwa hampir rata-rata masyarakat yang tinggal disekitar daerah itu masih
percaya dengan pengobatan dukun dan mereka beranggapan bahwa dukun itu mampu
mengobati segala penyakit nya, dan penyakit mereka sebagian besar dianggap karena ada
gangguan dari mahluk gaib atau dari alam itu sendiri. Disamping itu masyarakat disitu masih
memegang teguh kebudayaan mereka yang sudah dari lama mereka percaya sesuai dengan
adat istiadat. Di pedesaan itu kebanyakan tingkat pendidikan nya adalah SD, berpendapatan
rendah ± Rp. 500.000/bulan, dan jarak untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan juga
cukup jauh untuk dijangkau dengan berjalan kaki.
Alasan penulis mengambil judul ini karena berdasarkan fenomena sekarang masih
banyaknya masyarakat yang memilih pengobatan ke dukun, padahal disetiap wilayah atau
desa sudah tersebar tempat pelayanan kesehatan. Disini penulis ingin mengetahui apakah
faktor budaya, ekonomi, pendidikan, akses dan pengetahuan mempengaruhi pemikiran
masyarakat atau tidak dalam memilih pengobatan ke dukun tanpa membuat masyarakat
merubah pemikiran masyarakat dalam pemilihan pengobatan mereka dalam berobat ke
dukun.
Menurut penulis tidak ada salahnya dalam memilih berobat ke dukun, karena tidak ada
salanya jika tujuan nya untuk sembuh karena berdasarkan penelitian Hakim,dkk (2013),
menjelaskan bahwa ada yang berobat kedukun karena sudah lama berobat medis merasa
tidak sembuh. Hal ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat. Jadi disini penulis
hanya mencari apakah diantara 5 faktor ini mempengaruhi atau tidak dalam mencari
pengobatan ke dukun dan tidak ada dampak negatif jika berobat ke dukun, karena sama-
sama menyembuhkan pasien dari penyakitnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keluarga dalam memilih
pengobatan ke dukun?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mereview faktor-faktor yang mempengaruhi
keluarga dalam mencari pengobatan ke dukun.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengaruh antara faktor ekonomi dengan pemilihan pengobatan ke
dukun
b) Untuk mengetahui pengaruh antara faktor pendidikan dengan pemilihan pengobatan
ke dukun
c) Untuk mengetahui pengaruh antara faktor akses dengan pemilihan pengobatan ke
dukun
d) Untuk mengetahui pengaruh antara faktor pengetahuan dengan pemilihan
pengobatan ke dukun
e) Untuk mengetahui faktor budaya dalam mencari pengobatan ke dukun
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Artikel ilmiah ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat untuk dapat lebih
bisa memilih pengobatan dan mengetahui pentingnya kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya
kunjungan kerumah sakit bukan hanya saat sakit tetapi juga saat sehat untuk
meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Bagi Pendidikan
Artikel ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi
mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang
berhubungan dengan judul penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai