Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM HEPAR BBL

Disusun oleh :

IQSHALLIANDRO PUTRA GAGOWA

ARUM PUSPITA SARI

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas rahmat dan kuasa-nya saya
dapat menyelesaikan makalah gastrointestinal. Dengan tepat waktu.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak akan terlaksana
sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak yang turut berperan dalam
penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada semua orang yang sudah membantu kelompok kami dan terima kasih juga untuk para
pihak yang sudah terlibat langsung.

Dalam penyusunan makalah ini dirasakan masih banyak kekurangaan. Baik dalam
sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-kata. Saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun cerminan kami dalam penyusunan makalah berikutnya, dan akhirnya kepada Tuhan
yang Maha Esa juga kami serahkan semuannya. Semoga makalah ini bisa bermafaat khususnya bagi
kelompok saya dan umumnya bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4

BAB II ISI...............................................................................................................................................5

A. PATOFISIOLOGI..............................................................................................................................5

B. FUNGSI HATI...................................................................................................................................5

C. Masalah Hati pada Bblr.......................................................................................................................6

D. penyebab yang dapat membuat gangguan hati pada bayi....................................................................7

E. Jenis-Jenis Masalah pada Hati bblr.....................................................................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................9

A. KESIMPULAN..................................................................................................................................9

B. SARAN...............................................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan tubuh karena sistem
imun spesifik dan non spesifik belum matang dengan sempurna sehingga periode neonatal
dini merupakan masa yang sangat rentan bagi pencernaan usus bayi. Saat berada di
intrauterin ibu, janin berada dalam kondisi yang steril dan mendapat pasokan sitokin namun
setelah lahir, mukosa bayi mulai terpapar dengan lingkungan hidupnya seperti susu formula,
bakteri patogen, dan pengobatan antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan flora
normal di ususnya maka dari itu, bayi membutuhkan sistem imunitas seperti strutur vili di
mukosa usus halus untuk memberikan perlindungan dari invasi patogen dan antigen yang
berbahaya terutama di saluran pencernaan Dalam memaksimalkan fungsinya, vili akan
bertambah panjang guna memperluas absorpsi. Vili yang rusak dan kurang panjang akan
berdampak pada penurunan absorpsi nutrien dan menurunya sistem imunitas penting
sehingga akan menimbulkan penyakit infeksi seperti diare. maka dari itu, diperlukan suatu
faktor pertumbuhan yang fungsinya untuk meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan
supaya vili bertambah panjang sehingga kejadian diare pada bayi dapat dikurangi.
BAB II

ISI

A. PATOFISIOLOGI

Pada bayi baru lahir, produksi haemoglobin dihasilkan oleh hati janin sampai usia bayi
sekitar 5 bulan. Asupan besi ibu selama hamil sangat mempengaruhi simpanan zat besi di
dalam hati janin. Pada bayi baru lahir hati juga berfungsi pada proses konjugasi bilirubin,
bilirubin ini diubah menjadi urobilinogen kemudian diekresikan dalam bentuk urin dan
sterkobilin yang diekskresikan dalam bentuk feses. Bayi baru lahir hati juga mempunyai
kapasitas fungsional untuk merubah bilirubin, sehingga kadang terjadi hiperbilirubinemia
fisiologis. Hati juga merupakan tempat ikatan albumin (albumin binding) yang sifatnya
adekuat, kecuali jika bayi mengalami asfiksia atau stress dingin (cold stress) ikatan ini akan
menuru

B. FUNGSI HATI

Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan
matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah. Setelah segera lahir, hati
menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan
kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu
yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasihati
pada neonatus juga belum sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis
lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.

metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam empedu. Hati juga memiliki
fungsi ekskresi (aliran empedu) dan detoksifikasi obat/toksin. Bidan harus hati-hati dalam
memberikan obat kepada neonatus dengan memperhatikan dosis obat. Bila menemukan bayi
kuning lebih dari 2 minggudan feses berbentuk dempul ada kemungkinan terjadi atresia
bilier yang memerlukan operasi segera sebelum 8 minggu. Bilirubin saat lahir 9 antara 1,8-
2,8 mg/dl yang dapat meningkat sampai 5 pada hari ke 3 atau ke-4 karena imaturasi sel hati.

C. Masalah Hati pada Bbl

Karena masalah hati pada bayi perlu dideteksi dan diberi penanganan sesegera mungkin,
orangtua perlu tahu bagaimana cara mendeteksi apakah hati bayi bermasalah atau tidak.
Berikut beberapa tanda hati bayi bermasalah secara umum:

1. Urine Berwarna Gelap Pekat

Normalnya, urine bayi memiliki warna kuning pucat atau bening. Namun, jika bayi
memiliki masalah pada organ hati, urinenya akan berwarna gelap dan pekat. Hal ini
disebabkan oleh adanya penumpukan bilirubin pada aliran darah, sehingga tersaring dan
menjadi urine.

2. Feses Berwarna Pucat


Jika feses bayi berwarna pucat atau abu-abu, ada kemungkinan ia mengalami masalah
dengan organ hati. Kondisi ini terjadi karena tidak normalnya saluran empedu atau tidak ada
penyaringan dari hati ke usus. Hal itu membuat bilirubin bisa masuk ke saluran pencernaan,
sehingga feses berwarna tidak normal.

3. Hati Membengkak

Gejala khas lainnya ketika ada masalah pada organ hati bayi adalah pembengkakan hati.
Kondisi ini umumnya akan mulai muncul beberapa minggu pertama setelah ia lahir.
Tandanya perut bagian atas akan mengeras, dan hal ini akan terdeteksi lewat pemeriksaan
rutin.

4. Pembengkakan Perut

Selain mengeras, perut bayi yang hatinya bermasalah juga akan membesar secara tidak
wajar, atau disebut asites. Kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan cairan di rongga
perut. Penyebabnya adalah pelebaran pembuluh darah dan ketidakseimbangan elektrolit
dalam tubuh.

5. Sakit Kuning (Jaundice)

Bayi yang mengalami penguningan, khususnya di area kulit dan mata, bisa jadi tanda ada
masalah pada organ hatinya. Pada kasus yang tidak berat, kondisi ini dapat terjadi selama
dua sampai tiga hari pertama kehidupannya ini akan membaik setelah dua minggu
kemudian. Namun, jika kondisi ini bertahan selama lebih dari dua minggu, dokter biasanya
akan melakukan tes bilirubin untuk pemeriksaan lebih lanjut.

6. Muntah Darah

Gejala yang cukup berbahaya adalah Si Kecil mengeluarkan darah dari muntah. Hal ini
menjadi tanda bahwa masalah pada hati sudah memengaruhi saluran gastrointestinal bagian
atas. Kondisi ini juga biasanya disertai dengan berat badan bertambah meski ia kehilangan
selera makan, dan urine yang berwarna kuning. 

D. penyebab yang dapat membuat gangguan hati pada bayi.

1. Infeksi
Virus dan parasit tertentu dapat memberi efek negatif pada fungsi hati. Ini dapat
menyebabkan peradangan hati, dan bayi Anda mungkin memiliki risiko mengembangkan
Hepatitis A, B atauC.

2. Sistem Imun Abnormal


Ada penyakit khusus yang mempengaruhi hati dan dapat menyebabkan masalah hati pada
bayi Anda. Beberapa penyakit termasuk hepatitis autoimun dan sirosis bilier primer.

3. Genetika
Jika bayi Anda mewarisi gen abnormal dari salah satu atau kedua orang tua, ia berisiko
lebih besar mengalami masalah hati. Beberapa penyakit hati yang diinduksi secara genetik
adalah penyakit Wilson, Hemochromatosis.
4. Kanker
Jika bayi Anda mengalami pertumbuhan kanker di hati atau saluran empedu, risiko
kerusakan hati tinggi

E. Jenis-Jenis Masalah pada Hati bbl

1. Penyakit kuning
Salah satu penyakit hati yang kerap dialami oleh bayi ialah penyakit kuning. Penyakit ini
membuat kulit dan mata bayi bisa menjadi pucat dan kekuningan. Perubahan warna kulit
terjadi karena tingginya tingkat bilirubin dalam aliran darah. Tandanya mungkin menderita
demam tinggi disertai menggigil dan muntah.

2. Cholestasi

Aliran empedu terbatas mengalir melalui hati dan hati dapat menjadi sangat terpengaruh.

3. Pembesaran Hati
Jika dokter mendiagnosa bayi dengan pembesaran hati atau hepatomegali, bayi mungkin
akan menangis lebih sering karena sakit perut yang intens.

4. Varises Esofagus
Pembuluh darah yang melebar di dinding esofagus rentan mengalami perdarahan.

5. Asites
Bayi mungkin mengalami penumpukan cairan mendadak di rongga perut dan perutnya
membengkak.

6. Muntah darah
Gangguan hati juga dapat ditandai dengan adanya muntah darah bila kondisi tersebut
mempengaruhi saluran GI bagian atas (gastrointestinal). Selain muntah darah bisa juga
ditandai dengan feses berdarah, kehilangan selera makan, mual, berat badan bertambah, dan
air seni kuning.
Asuhan keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pemeriksaan fisik
1. Penilaian apgar Prosedur:
2. Kaji warna kulit
3. Hitung frekuensi jantung
4. Kaji kemampuan refleks
5. Kaji tonus otot
6. Kaji kemampuan bernafas
7. Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian
8. Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu: (1) Adaptasi baik
skor 7-10
9. Asfiksia ringan-sedang skor 4-6
10. Asfiksia berat skor 0-3.
Penilaian dapat dilakukan pada menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.

Tabel penilaian Apgar Score

Komponen Skor
Tonus otot Lemah, Ekstremitas Gerakan
0
lumpuh 1 flexi
agak 2
aktif

1) Pemeri
Warna Kulit
Pernafasan Biru/ pucat
Tidak ada Tubuh merah,
Lambat Seluruh
Menangis
ksaan
Ekstremitas tubuh merah
kuat cairan
Pucat

Frekuensi Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt


Jantung

Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis

amnion Prosedur:
a) Kaji jumlah cairan amnion
b) Lakukan penilaian jumlah cairan tersebut dengan kategori: >2000 ml,
bayi mengalami polihidramnion dan <500 ml bayi mengalami
oligohidramnion.
2) Pemeriksaan plasenta Prosedur:
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran, nekrosis, berat dan
jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
3) Pemeriksaan tali pusat Prosedur:
a) Kaji keadaan tali pusat, seperti adanya vena atau arteri, adanya tali
simpul atau kelainan lainnya
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
4) Pengukuran berat badan
a) Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan bayi
b) Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori sebagai
berikut:
(1) Normal: 2500 - 4000 gram
(2) Prematur: < 2500 gram
(3) Makrosomia: > 4000 gram.
5) Pengukuran panjang badan
a) Ukur panjang badan dengan menggunakan meteran
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian, dengan kategori maksimal
adalah 45-50 cm.
6) Pemeriksaan kepala Prosedur:
a) Ukur lingkar kepala
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika
diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada, bayi mengalami
hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi
tersebut mengalami mikrosefalus
b) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan
punggung
c) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada
saat lahir, apakah asimetri atau tidak
d) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma
e) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegas sehingga bentul kepala nampak asimetris, dengan palpasi teraba
fluktuasi
f) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari
tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, kemudian fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanel
anterior menutup pada usia 12-18 bulan
7) Pemeriksaan mata Prosedur:
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-
lahan sehingga mata bayi akan terbuka
b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau sensitivitas terhadap
cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema palpebra, perdarahan
konjungtiva, dll.

8) Pemeriksaan telinga Prosedur:


a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan membunyikan bel atau suara
apakah terjadi refleks terkejut atau tidak
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
9) Pemeriksaan hidung dan mulut Prosedur:
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola napas, jika bayi bernapas
melalui mulut, kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena
adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan gangguan pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks menghisap dengan
mengamati saat bayi menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah terjadi penumpukan pigmen
yang tidak sempurna.
10) Pemeriksaan leher Prosedur:
a) Kaji adanya pembengkakan dan benjolan
b) Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan pergerakan, kemungkinan terjadi
kelainan di tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma, dll.
11) Pemeriksaan dada dan punggung Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan bentuk (simteris atau tidak)
b) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ikutus kordis dengan
menentukan posisi jantung
c) Kaji frkuensi, suara jantung dan bunyi napas dengan auskultasi stetoskop.
12) Pemeriksaan abdomen Prosedur:
a) Kaji bentuk abdomen, jika membuncit kemungkinan disebabkan
hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi
13) Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan tulang belakang seperti skoliosis, meningokel, spina bifida
dengan cara bayi diletakkan dalam posisi tengkurap,
kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang
b) Kaji adanya kelemahan tau kelumpuhan dengan cara melihat posisi kedua kaki,
adanya equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah
terdapat polidaktili.
14) Pemeriksaan genetalia Prosedur:
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia mayora, lubang uretra dan
lubang vagina terpisah atau tidak
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung
penis atau defek sepanjang penis dan epispadia merupakan kelainan defek
pada dorsum penis.
15) Pemeriksaan anus dan rektum Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya
b) Kaji adanya mekonium. Jika dalam waktu 48 jam belum keluar kemungkinan
meconium plug syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.
16) Pemeriksaan kulit Prosedur:
a) Kaji adanya verniks kaseosa yang ,merupakan zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus dipunggung bayi, jumlahnya lebih
banyak pada bayi kurang bulan daripada cukup bulan.
2. Diagnosis Keperawatan

a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus yang


berlebihan, posisi yang tidak tepat.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan temperatur berhubungan dengan kontrol
temperature yang immature, perubahan lingkungan eksternal.
c. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya
pertahanan imunologi, factor lingkungan, penyakit maternal
d. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keterbatasan
masukan oral, regurgitasi berlebihan
f. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
g. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan penurunan
asupan cairan.
Tujuan/ kriteria hasil:
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
adalah:
1. Bayi akan mempertahankan jalan nafas yang paten
2. Bayi akan mempertahankan temperature tubuh yang stabil
3. Bayi tidak mengalami injuri
4. Bayi akan menerima nutrisi secara adekuat
3. Perencanaan keperawatan
a. Mempertahankan jalan nafas: bersih/paten

1)Segera setelah lahir bersihkan muka bayi dari lendir dan darah untuk
mencegah terhalangnyajalan udara
2)Suction mulut dan nasofaring, waktu menghisap 5 detik, berhenti, hisap lagi
(beri kesempatan untuk reoksigenasi)
3)Posisikan bayi miring kekanan, untuk mencegah aspirasi
4)Pakaikan pakaian yang cukup longgar
5)Observasi tanda-tanda vital dan tanda gejala distress pernapasan

b.Mempertahankan temperature tubuh stabil


1)Segera setelah lahir, keringkan tubuh dan kepala neonatus
2)Angkat selimut lembab dan diapers
3)Selimuti bayi dengan selimut hangatdan bertopi yang sudah dihangatkan
4)Fasilitas kontak dini dengan ibu
5)Letakkan bayi pada suhu hangat (suhu kamar) : 24- 25,5⁰C dan kelembaban
pada ruang persalinan antara 60% sampai 65% (untuk menurunkan kecepatan
evaporasi saat melahirkan)
6)Tempatkan box bayi diluar garis jendela ataupun AC
7)Angkat dinding penghalang penghangat, atau mengurangi kontak dengan
udara
8)Gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus terbuka untuk tindakan
prosedur atau selama dikeringkan setelah mandi
9)Hindari neonatus dari permukaan yang dingin, seperti dinding gedung atau
jendela
10) Jangan mandikan neonatus sampai suhu stabil 37⁰C setelah 6 jam
kelahiran
11) Observasi tanda-tanda vital
c. Mencegah terjadinya infeksi
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
2) Gunakan sarung jika kontak dengan sekret tubuh
3) Berikan profilaksis pada mata: eritromicin 0,5% atau tertrasiklin 1% untuk
mencegah penyakit mata karena klamidia. Obat mata perlu diberikan pada
jam pertama setelah persalinan yang lanzim dipakai adalah larutan perak
nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah lahir
4) Cek mata setiap hari untuk mengobservasi kemungkinan infeksi/inflamasi
5) Lakukan perawatan tali pusat:
(b) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara
dan tutupi dengan kain bersih secara longgar (kontroversial: pemberian
antiseptic)
(c)Lipatlah popok dibawah tali pusat
(d) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinta, cuci dengan sabun dengan air
bersih, dan keringkan betul-betul
(e)Kaji terhadap bau, warna dan cairan
(f) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah,
berikan imunisasi BCG, polio oral , dan Hepatitis B

d. Mencegah terjadinya trauma


1) Beri identitas yang jelas
2) Pasang segera setelah lahir alat pengenal (tebal, tahan air, tepi halus,
tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas)
3) Informasi pada alat pengenal: nama (bayi dan ibunya), tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit
4) Disetiap tempat tidur harus diberikan tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, dan nomor identifikasi.
5) Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatann
dokumentasi
6) Diskusikan dengan orang tua tentang keamanan bayi, khususnya ibu
7) Pertahankan terhindar dari injuri
8) Hindari penggunaan thermometer rektal
9) Jangan meninggalkan bayi tanpa pengawasan dalam tempat tidur terbuka
10)Jangan meletakkan benda tajam dekat bayi
11)Kuku bayi pendek dan tidak tajam
12)Hati-hati dalam menggendongbayi
13)Hati-hati/ awasi saat sibling erdekatan dengan bayi

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keterbatasan


masukan oral, regurgitasi berlebihan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kirteria Hasil:

1) Berkemih 2-6 x dengan haluaran 15-60 ml/kgBB/hari dari hari kedua


kehidupan
2) Menghasilkan urine bebas kristal asam urat
3) Turgor kulit lembab

Rencana Tindakan:
1) Catat pengeluaran berkemih pertama dan selanjutnya
2) Lakukan pemberian makan oral, perhatikan jumlah yang ditelan, dimakan
dan dimuntahkan
3) Pantau masukan dan haluaran cairan. Perhatikan warna dan konsentrasi
urine dan adanya kristal berwarna persik pada popok
4) Kaji tingkat hidrasi bayi
5) Kurangi stress dingin
6) Palpasi adanya distensi kandung kemih

f. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada bayi baru lahir selama 2 x
24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda – tanda hipoglikemia
2) Penurunan BB kurang dari 5 – 10 % BB lahir
3) ASI keluar banyak, sekitar 350 cc/24 jam
4) Tidak ada bengkak dan nyeri di payudara ibu
5) Ibu dapat memberikan ASI atau menyusui dengan benar
Rencana tindakan :
1) Kaji payudara ibu
2) Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi
3) Observasi refleks menghisap bayi
4) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen
5) Timbang bayi saat menerima dalam ruang perawatan dan setelah itu
setiap hari
6) Monitor intake dan output
7) Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar
8) Anjurkan kepada ibu bayi untuk memberikan ASI nya sesuka bayi jangan
dibatasi
9) Anjurkan kepada ibu bayi untuk menyusui secara bergantian pada
payudara kiri dan kanan
10) Anjurkan kepadaa ibu banyak mengkonsumsi sayur
– sayuran hijau dan buah – buahan

g.Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan


h.ketidakadekuatan masukan cairan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
resiko konstipasi tidak terjadi Kriteria Hasil:
Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam setelah kelahiran Rencana
Tindakan:
1)Auskultasi bising usus
2)Pantau frekuensi dan jumlah pemberianmakan, frekuensi berkemih,
turgor kulit dan berat badan
3)Observasi adanya gangguan motilitas yang di hubungkan dengan konstipasi
4)Kolaborasikan dengan dokter dalam pemeriksaan diagnostik (sinar x
abdomen)
4. Pelaksanaan Keperawatan
a.Mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif
b.Mempertahankan pola napas yang efektif
c.Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan
d.Mempertahankan temperatur tubuh yang efektif
e.Mencegah terjadinya infeksi
f. Mencegah terjadinya cedera dan memberikan keamanan pada lingkungan bayi

g. Mengkaji hidrasi dan tanda-tanda dehidrasi


h. Mencegah terjadinya konstipasi

5. Evaluasi Keperawatan

a. Bersihan jalan napas efektif


b. Gangguan pertukaran gas teratasi
c. Kebutuhan nutrisi adekuat
d. Perubahan temperatur tubuh tidak terjadi
e. Infeksi tidak terjadi
f. Cedera tidak terjadi
g. Kebutuhan cairan adekuat
h. Konstipasi tidak terjadi
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Hati adalah organ vital pada manusia yang terletak disebelah kananatas rongga perut bawah diafragma.

Hati kelenjar terbesar dalam tubuhmanusia dengan berat ± 1,5 kg (Junqueira dkk.,2007) . Berfungsi

sebagai penawar racun, sintesis protein, perombakan sel darah merah, metabolismelemak, karbohidrat,

dan lain sebagainya. Sel-sel hati dapat rusak atau hancurdan seluruh fungsi hati dapat terganggu akibat

berbagai penyakit, antara lain:infeksi, alkohol, obat-obatan, dan pertumbuhan baru (John, 216:2002).Satu

tes fungsi hepar mempunyai nilai diagnostik kecil biladilakukan secara terpisah. Pemilihan tes yang

coock harus selalu dilakukandan pemilihan tes fungsi hepar secara biokimia tergantung atas tujuan

penyelidikan. Mungkin tes hepar paling sering digunakan dalam diagnosa banding ikterus yang secara

klinis tak jelas asalnya dan dalam menilai sisafungsi pada penyakit kronis. Pemakaian tes fungsi hepar

lain yang seringadalah untuk deteksi dan pengukuran kelemahan fungsi pada penyakit heparkronis yang

telah diketahui atau dicurigai, juga walaupun tak ada iktrus(Baron, 230:1990).

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya

bisa lebih baik lagi,atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai