Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RUANGAN YUDISTIRA RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI JAMBI

Disusun Oleh :
Kelompok Cancer

Tri Husnul Lastari, S. Kep 202191036


Ika Wahyu Lestari, S. Kep 202191037
Eka April Zuliana, S. Kep 202191038
Puspita Lestari, S. Kep 202191024
Meutia Septiani, S. Kep 202191041
Nurul Arifah Madani , S. Kep 202191042
Yusuf Hamdan Al Basra, S. Kep 202191043
Dodi Heriansah, S. Kep 202191044
Ainun Indah Moenallia, S. Kep 202191045
Putri Restu Sulistianti, S. Kep 202191046
Ranti Esyianti Kala, S. Kep 202191047
Indah Sari Wahyuni, S. Kep 202191048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2021

1
2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai
penulis dapat menyelesaikan laporan seminar kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran di RSJ Daerah Provinsi
Jambi”. Shalawat serta salam tidak lupa pula penyusun kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan sebagai pelaporan hasil dari hasil
pemberian asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran di
RSJ Daerah Prov. Jambi. Penulisan laporan ini berkat bimbingan, arahan, serta
bantuan dari dosen pembimbing dan pembimbing klinik sehingga laporan ini
dapat terselesaikan hingga akhir.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan
keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, Oktober 2021

Kelompok Cancer

ii
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 6
D. Ruang Lingkup.......................................................................... 7
E. Manfaat Penulisan..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Halusinasi.................................................................................. 9
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................... 19

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Identitas Klien .......................................................................... 25
B. Alasan Masuk............................................................................ 25
C. Faktor Predisposisi.................................................................... 26
D. Pemeriksaan Fisik..................................................................... 27
E. Psikososial................................................................................. 27
F. Status Mental............................................................................. 29
G. Kebutuhan Persiapan Pulang..................................................... 31
H. Mekanisme Koping................................................................... 33
I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan.............................................. 34
J. Aspek Medis.............................................................................. 35
K. Analisa Data.............................................................................. 35
L. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 36
M. Intervensi................................................................................... 37

iii
4

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................................. 49
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 52
C. Perencanaan............................................................................... 54
D. Tindakan.................................................................................... 54
E. Evaluasi..................................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 58
B. Saran.......................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental spiritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang

mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan

dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa

(Undang-Undang RI No 18 thn 2014).

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan

penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial

(Depkes, RI, 2012). Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur

psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya

(Maramis, 2010).

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai

dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas

(halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif

(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan

aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut:

gejala positif (waham, halusinasi, perubahan arus pikir, perubahan

1
2

perilaku) dan gejala negatif (sikap masa bodoh (apatis), pembicaraan terhenti

tiba – tiba (blocking), menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial),

menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari – hari (Keliat, 2011). Menurut

WHO (2017), penderita gangguan jiwa di dunia terdapat sekitar 21 juta

terkena skizofrenia. Menurut laporan nasional hasil Riset Kesehatan Dasar

(2018), prevalensi rumah tangga dengan anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa berat pada penduduk di Indonesia sebesar 7,0 per mil.

Dalam jurnal keperawatan Yudistira (2021) Skizofrenia bersifat

kronis yang dialami sekitar 1% penduduk. Beberapa gejala serius serta pola

dari perjalanan penyakit yang sifatnya kronis ini mengakibatkan munculnya

disabilitas individu dengan skizofrenia. Sekitar 80% pasien yang dirawat di

rumah sakit jiwa, ialah pasien dengan skizofrenia Menurut hasil riset pasien

skizofrenia dapat sembuh 25%, dapat mandiri 25%, butuh bantuan 25%,

kondisi berat 25%. Skizofrenia ialah gangguan jiwa bersifat berat dengan

gejala penurunan/ tidak mampu dalam berkomunikasi, gangguan dalam

realitas (halusinasi,dan waham), memiliki afek yang tidak wajar/tumpul,

gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak), serta mengalami kesukaran

melakukan aktivitas sehari-hari.

Bedasarkan data rekapitulasi laporan kesehatan jiwa dinas kesehatan

Provisnsi Jambi Tahun 2020 berdasarkan data kabupaten/kota di Provinsi

Jambi kasus yang tertinggi adalah Kota Jambi 1.106 pasien (16,4%)

sedangkan kasus terendah adalah Kabupaten Muaro Jambi 219 pasien (3,3%).

( Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2020).


3

Tabel 1.1 Data Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan


Diagnosa Keperawatan Aktual Tahun 2020

Diagnosa Keperawatan
No Ruangan
Halusinasi Waham PK HDR Isos DPD RBD
1. Epsilon 22 1 3 1 0 0 3
2. Srikandi 10 3 0 0 0 0 0
3. Arimbi 23 1 1 1 0 1 1
4. Beta 26 1 1 0 0 1 1
5. Arjuna 20 0 1 0 0 2 0
6. Yudistira 23 0 0 0 0 0 0
7. Gama 15 0 0 0 2 2 0
8. Shinta 6 0 1 0 0 4 0
9. Delta 18 0 0 1 0 0 0
10. Omega 9 0 1 0 0 0 0
11. Pega 11 2 0 0 0 1 0
183 8 8 3 2 11 5
Sumber : Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi, 2020

Bedasarkan Tabel 1.1 Pasien dengan diagnosa keperawatan aktual

terbanyak adalah pada rungan Bera 26 pasien sedangkan yang terendah

adalah rungan Shinta yaitu 6 pasien.

Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia

luar) (Kusumawati & Hartono, 2010). Bentuk halusinasi terdapat beberapa

macam yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecap, pencium, dan

halusinasi perabaan (Dermawan & Rusdi, 2013).

Halusinasi pendengaran adalah gangguan persepsi dimana pasien

mempersepsikan sesuatu hal yang tidak terjadi (Hidayati & Rochmawati,

2014). Seseorang yang berhalusinasi mungkin tidak memiliki cara untuk

mengetahui apakah persepsi ini adalah nyata, dan biasanya pasien tidak

mengecek ulang pengalamannya. Ketidakmampuan untuk memandang

realitas secara akurat membuat hidup menjadi sulit, oleh karena itu halusinasi

dapat dianggap sebagai masalah yang membutuhkan solusi (Stuart, 2016).


4

Dampak yang ditimbulkan pasien yang mengalami halusinasi adalah

kehilangan kontrol, dimana pasien mengalami panik dan perilakunya

dikendalikan oleh halusinasinya, dalam situasi ini pasien dapat melakukan

bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak

lingkungan. Langkah yang digunakan untuk memperkecil dampak yang

ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi dengan segera dan tepat

dimana langkah pertama adalah dengan membina hubungan saling percaya

melalui komunikasi dengan pasien halusinasi (Dermawan & Rusdi, 2013).

Menurut Stuart, Keliat, dan Pasaribu (2016) dalam jurnal

keperawatan Satria Fajrullah (2019) halusinasi merupakan distrosi persepsi

yang tidak nyata dan terjadi pada respons neurobiologis maladaptive.

Halusinasi yang dialami oleh individu dapat disebabkan melalui faktor

presdisposisi dan presipitasi. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Stuart,

Keliat, & Pasaribu (2016) penyebab munculnya halusinasi ada dua yaitu

faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi terdiri dari (1) faktor

biologis yang berhubungan dengan perkembangan sistem saraf yang tidak

normla, (2) Faktor psikologis seperti pola asuh orang tua, kondisi keluarga

dan lingkungan, (3) Faktor sosial budaya seperti kondisi ekonomi, konflik

sosial, serta kehidupan yang terisolasi disertai stres. Sedangkan faktor lainnya

yaitu presipitasi yakni (1) faktor biologi yang terkait dalam gangguan

komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses informasi, (2)

Faktor lingkungan yang mana terjadi tingkat stresor lingkungan di luar batas

toleransi individu, (3) Koping yang dapat menentukan seseorang dalam

mentoleransi stresor.
5

Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah

dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali

halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat

halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih klien mengontrol halusinasi

dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara menghardik

halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang

terjadwal dan menggunakan obat secara teratur (Azizah, 2016)

Perawat harus mampu mengontrol halusinasi sesuai dengan peran

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dari pengkajian sampai

evaluasi. Tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat di RSJ Provinsi

Jambi berupa membina hubungan saling percaya, menghardik halusinasi,

mengkonsumsi obat dengan teratur, mengontrol dengan bercakap-cakap, dan

melakukan aktivitas secara terjadwal.

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan diatas

didapatkan bahwa pasien halusinasi akan merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus

suara. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih

rinci untuk mengelola pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

penglihatan. Penulis akan menuangkan dalam sebuah laporan kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.A dengan Gangguan Persepsi

Sensori Halusinasi Penglihatan di Ruang Yudistira RSJ Provinsi Jambi ”


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat disimpulkan

rumusan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.A

dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan di Ruang

Yudistira RSJ Provinsi Jambi ”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.A dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi penglihatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan jiwa pada Tn.A dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan jiwa pada Tn.A dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi penglihatan.

c. Menyusun intervensi keperawatan jiwa pada Tn.A dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi penglihatan.

d. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan jiwa pada Tn.A

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan jiwa pada Tn.A dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

f. Melakukan dokumentasi asuhan keparawatan jiwa pada Tn.A dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.


7

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup materi

Materi yang dibahas dalam studi kasus ini adalah keperawatan jiwa

terhadap pasien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi

penglihatan di Ruang Yudistira RSJ Provinsi Jambi.

2. Responden

Responden pada studi kasus ini adalah satu pasien dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi penglihatan di Ruang Yudistira RSJ Provinsi

Jambi

3. Tempat

Studi kasus dilakukan di Ruang Yudistira RSJ Provinsi Jambi.

4. Waktu

Waktu pelaksanaan studi kasus dilakukan pada Bulan Oktober 2021 yang

dimulai dari studi pendahuluan, pelaksanaan studi kasus sampai dengan

laporan hasil.

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan

untuk memberikan informasi di bidang keperawatan terutama dengan

ilmu keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi penglihatan.

a. Bagi Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat membantu dalam mengenal,


8

mengontrol, dan mengurangi gangguan persepsi sensori halusinasi

penglihatan yang dialami pasien.

b. Bagi Keluarga Pasien

Diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan masukan pada keluarga

pasien dalam mendukung dan mengontrol anggota keluarga dengan

masalah gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

c. Bagi Perawat Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi Jambi

Diharapkan dapat memberikan gambaran hasil dari asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi penglihatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang

dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa stimulus

yang nyata (Keliat, 2011). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang

sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, halusinasi sering

diidentifikasikan dengan skizofrenia (Azizah, 2016). Halusinasi

merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam

jumlah dan pola dari stimulus yang datang (diprakarsai dari internal dan

eksternal) disertai dengan respons menurun atau dilebih-lebihkan atau

kerusakan respons pada rangsangan tersebut (Sutejo, 2017).

Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien

mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang dipikirannya

dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Prabowo, 2014). Halusinasi

pendengaran yaitu klien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan

dengan stimulasi nyata dan orang lain tidak mendengarnya. Bisikan atau

suara yang dialami klien dapat berupa fantasi atau sesuatu yang

menyenangkan maupun suatu ancaman bagi klien (Dermawan & Rusdi,

2013). Halusinasi pendengaran seperti mendengar suara yang

9
10

membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan

untuk melakukan sesuatu (kadang- kadang hal yang berbahaya). Perilaku

yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau

tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-

kamit, dan ada gerakan tangan (Nanda Nic-Noc, 2015)

2. Rentang Respon Neurobiologi

Rentang respon neurobiologi menurut Stuart (2016) adalah:

Respons adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Menarik diri Sulit berespons

Perilaku sesuai Reaksi emosi Perilaku disorganisasi

Hubungan sosial Perilaku tidak biasa Isolasi sosial

Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologi


Sumber: (Stuart, 2016).

3. Penyebab Halusinasi

Faktor penyebab halusinasi menurut Yosep (2014), yaitu:

a. Predisposisi

1) Faktor perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih

rentan terhadap stress.


11

2) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak

percaya pada lingkungannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh

akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmiliter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan

acetylcholin dan dopamin

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat

dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

5) Faktor genetik dan pola asuh

Penulisan menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.


12

b. Faktor presipitasi

1) Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri,

kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak

dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut

Rawlins dan Heacock (dalam Yosep 2010) mencoba memecahkan

masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang

individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-

psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima

dimensi yaitu:

a) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur

dalam waktu yang lama.

b) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyabab halusinasi itu terjadi. Isi dari

halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.

Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga

dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap

ketakutan tersebut.
13

c) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk

melawan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku

klien.

d) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal atau

comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di

alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan

halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk

memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan

harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut,

sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau

orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek

penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien

dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang

menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,

serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu

berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak

berlangsung.

e) Dimensi spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang


14

berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama

sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan

bangun sangat siang. Saat terbangun merasa lemah dalam

upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang

lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

4. Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi yang dialami pasien bisa berbeda intensitas dan

keparahannya. Semakin berat fase halusinasinya, pasien semakin berat

mengalami ansietas dan makin dikendaikan oleh halusinasinya. Berikut 4

fase halusinasi menurut Sutejo (2017):

a. Fase I Comforting (Halusinasi menyenangkan)

Pasien mengalami perasaan yang mendalam seperti ansietas,

kesepian, rasa bersalah, takut sehingga mencoba untuk berfokus pada

pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu menganali

bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali

kesadaran jika ansietas dapat ditangani. Gejala yang dapat terlihat

seperti tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir

tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat jika sedang

asyik dan diam serta asyik sendiri (non psikotik).

b. Fase II Condeming (Halusinasi menjadi menjijikkan)

Pengalaman sensori yang menjijikan, pasien mulai lepas

kendali dan mungkin mencoba mengambil jarak dirinya dengan

sumber yang dipersepsikan, menarik diri dari orang lain, merasa

kehilangan kontrol, tingkat kecemasan berat. Gejala yang dapat


15

terlihat seperti meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom akibat

ansietas, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman

sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusiansi dan

realita, menyalahkan, menarik diri dengan orang lain dan konsentrasi

terhadap pengalaman sensori kerja (non psikotik).

Wicaksono (2017), teknik distraksi sangat berpengaruh pada

pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama halusinasi

pendengaran yang dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian

pasien dan menurunkan tingkat kewaspadaan pasien ke hal lain

sehingga stimulus sensori yang menyenangkan dapat merangsang

sekresi endorphin dan sudah berhasil dilakukan, ditandai dengan klien

mampu mengontrol rasa takut saat halusinasi muncul. Teknik distraksi

tersebut antara lain teknik menghardik, melakukan kegiatan secara

terjadwal dan bercakap-cakap dengan orang lain.

c. Fase III Controling (Pengalaman sensori jadi berkuasa)

Pasien berhenti melakukan perlawanan terhadap halusinasi

dan menyerah pada halusinasi tersebut, isi halusinasi menjadi

menarik, pasien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika

sensori halusiansi berhenti. Gejala yang dapat terlihat seperti kemauan

yang dikendalikan halusinasi akan diikuti, kesukaran berhubungan

dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit,

adanya tanda-tanda fisik ansietas berat: berkeringat, tremor, dan tidak

mampu mematuhi perintah, dan isi halusinasi menjadi atraktif

(psikotik).
16

d. Fase IV Conquering (Umumnya menjadi melebur dalam

halusinasinya)

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien

mengikuti perintah halusinasinya, halusinasi berakhir dari beberapa

jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Gejala yang dapat

terlihat seperti perilaku eror akibat panik, potensi kuat suicide atau

homicide aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku

kekerasan, agitasi, menarik diri, atau katatonik, dan tidak mampu

merespon lebih dari satu orang (psikotik).

5. Jenis Halusinasi

Jenis Halusinasi Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari

beberapa jenis dengan karakteristik tertentu, diantaranya

a. Halusinasi pendengaran (audotorik)

Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara

orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan

apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi pengelihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran

cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan

bayangan yang menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau

busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
17

d. Halusinasi peraba (taktil)

Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak

tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatorik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk,

amis, dan menjijikan

f. Halusinasi sinestetik

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti

darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau

pembentuan urine

6. Tanda dan Gejala

Gangguan jiwa yaitu suatu pola perilaku yang secara klinis bermakna yang

berhubungan dengan distress/penderitaan dan menimbulkan gangguan

pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (keliat,2011). Adapun

tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut Menurut

(Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan

masalah halusinasi, antara lain:

a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

d. Disorientasi

e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi


18

f. Cepat berubah pikiran

g. Alur pikiran kacau

h. Respon yang tidak sesuai

i. Menarik diri

j. Sering melamun

7. Penatalaksanaan halusinasi

a. Psikofarmakologis

Dengan pemberian oabat-obatan yang lazim digunakan pada gejala

halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien skizoprenia

adalah obat-obatan anti psikosis, karena skizofrenia merupakan salah

satu jenis gangguan psikosis (erlina, 2010). Pada klien halusinasi terapi

medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ),

Trihexyphenidyl (THP) (Azizah dkk, 2016)

b. Terapi kejang listrik (ECT)

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

melewatkan aliran listrik melaui elecrode yang dipasang pada satu atau

dua temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik

c. Terapi kelompok

1) Terapi group (kelompok terapeutik)

2) Terapi aktivitas kelompok (adjuntive group activity therapy)

3) TAK stimulus persepsi: Halusinasi

Sesi 1 : Mengenal halusinasi

Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik

Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap


19

Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

d. Terapi lingkungan (Prabowo, 2014)

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien

dan keluarga. Selama wawancara pengkajian, perawat mengumpulkan

baik data subyektif maupun obyektif termasuk observasi yang dilakukan

selama wawancara (O’Brien dkk, 2014). Pengkajian dapat mencakup:

a. Keluhan atau masalah utama

b. Status kesehatan fisik, mental, dan emosional

c. Riwayat pribadi dan keluarga

d. Sistem dukungan dalam keluarga, kelompok sosial, atau komunitas

e. Kegiatan sehari-hari

f. Kebiasaan dan keyakinan kesehatan

g. Pemakaian obat yang diresepkan

h. Pola koping

i. Keyakinan dan nilai spiritual

Selanjutnya pada proses pengkajian, hal penting yang perlu didapatkan adalah:

a. Jenis halusinasi

Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk

mengetahui jenis dari halusinasi yang diderita oleh klien. Halusinasi

yang dialami klien dapat berupa halusinasi pendengaran, halusinasi

penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi


20

penciuman, halusinasi pengecapan dan halusinasi peradaban.

b. Isi halusinasi

Data yang didapatkan dari wawancara ditujukan untuk mengetahui

halusinasi yang dialami klien. Data tentang isi halusinasi dapat

diketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi. Misalnya:

melihat sapi yang sedang mengamuk, padahal sesungguhnya adalah

pamannya yang sedang bekerja di ladang. Bisa juga mendengar suara

yang menyuruh untuk melakukan sesuatu, sedangkan sesungguhnya hal

tersebut tidak ada.

c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya

halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi?

Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-kali saja?

Situasi terjadinya, apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian

tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada

waktu terjadinya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan

halusinasinya.

d. Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.

Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau

dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan

kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat

juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.


21

2. Diagnosa Keperawatan

Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan

diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan wawancara dan

gejala gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Sebelum

membuat diagnosis keperawatan, dapat membuat analisis data terlebih

dahulu untuk menentukan masalah dan etiologi berdasarkan data yang

ditemukan pada saat wawancara dan observasi pasien.

Langkah selanjutnya adalah membuat analisis serta rumusan masalah

dengan membuat pohon masalah.

Risiko Perilaku Kekerasan Akibat

Gangguan persepsi sensori:


Halusinasi Pendengaran Masalah Utama

Isolasi Sosial Penyebab

Gambar 2.Pohon Masalah Diagnosis


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Sumber: (Yosep 2014)

Menurut SDKI (2017), diagnosis keperawatan yang muncul adalah:

a. Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi pendengaran

b. Risiko Perilaku Kekerasan

c. Isolasi Sosial
22

3. Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Intervensi Tindakan
Hasil
1 Gangguan Observasi - Monitor perilaku yang
pesepsi mengindikasi halusinasi
sensori: - Monitor dan sesuaikan
halusinasi Setelah di lakukan tingkat aktivitas dan
penglihatan tindakan keperawatan stimulasi lingkungan
dalam …x…jam - Monitor isi halusinasi (mis.
diharapkan pasien Kekerasan atau
mampu mengelola dan membahayakan diri)
meningkatkan respon,
perilaku pada Terapeutik - Pertahankan lingkungan yang
perubahan terhadap aman
stimulus dengan - Lakukan tindakan
kriteria hasil : keselamatan ketika tidak
- Perilaku halusinasi dapat mengontrol perilaku
pasien: menurun (mis. Limit setting,
- Verbalisasi panca pembatasan wilayah,
indera pasien pengekangan fisik, seklusi)
merasakan - Diskusikan perasaan dan
sesuatu: menurun respons terhadap halusinasi
- Distorsi sensori - Hindari perdebatan tentang
pasien: menurun validalitas halusinasi
- Perilaku melamun:
menurun Edukasi - Anjurkan memonitor sendiri
- Perilaku mondar- situasi terjadinya halusinasi
mandir pasien: - Anjurkan bicara pada orang
menurun yang dipercaya untuk
- Konsentrasi pasien memberi dukungan dan
terhadap sesuatu: umpan balik korektif
meningkat terhadap halusinasi
- Orientasi terhadap - Anjurkan melakukan
lingkungan: distraksi (mis. Mendengarkan
meningkat Kolaborasi musik, melakukan aktivitas
(SLKI, 2019) dan tehnik relaksasi)
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu
- Libatkan keluarga dalam
mengontrol halusinasi pasien
23

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di

rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan

yang masih dibutuhkkan dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini (Keliat

dkk, 2011).

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut PPNI (2016) evaluasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori

antara lain

1) Subyektif

a) Pasien tidak lagi mendengar bisikan atau melihat bayangan

b) Pasien tidak lagi merasakan sesuatu melalui indera peraba,

penciuman ataupun pengecap

c) Pasien tidak lagi menyatakan kesal

2) Obyektif

a) Pasien tidak mengalami distorsi sensori

b) Pasien merespon dengan sesuatu

c) Pasien tidak tanpak bersikap seolah-olah melihat, mendengar,

mengecap, meraba atau mencium sesuatu

d) Pasien mau berbaur

e) Pasien tanpak focus saat di ajak berinteraksi

f) Pasien berkonsentrasi dengan baik

g) Pasien tidak tanpak tidak mengalami disorientasi waktu, tempat


24

orang atau suasana

h) Pasien tidak tanpak curiga

i) Pasien tidak tanpak melihat ke suatu arah

j) Pasien tidak tanpak mondar-mandiri

k) Pasien tidak tanpak berbicara sendiri


25

BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruang Rawat : Yudistira

Tanggal Dirawat : Rabu, 09 September 2021

A. Identitas Klien

Inisial Klien : Tn. A

Umur : 34Tahun

Informan : Klien dan Rekam Medis

Tgl. pengkajian : Senin, 18 Oktober 2021

No. MR : 083478

Alamat : Jln. Darma Pala RT 06 kel. Talang Bakung

Kec. Palmerah

B. Alasan Masuk

Klien baru masuk IGD RS Jiwa Prov. Jambi tanggal 05 September 2021 09.00

WIB diantar oleh keluarga yang pertama kalinya dengan keluhan gelisah sejak

1 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan gejala emosi labil, mengamuk,

merusak alat-alat rumah tangga, marah tanpa sebab, memukul orang tua dan

kakak klien. Klien juga sering berbicara sendiri, melihat bayangan hitam. 1

hari sebelum masuk rumah sakit, klien banyak diam tetapi saat diajak berbicara

klien cenderung mengikuti kemauan sendiri, merasa paling benar dan

pengertian kadang ada kadang tidak Keluarga sempat membawa klien

25
26

berobat kedukun namun tidak berhasil sehingga keluarga memutuskan untu

membawa klien ke rumah sakit jiwa.

C. Faktor Predisposisi

1. Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Keluarga mengatakan klien belum pernah dirawat di rumah sakit jiwa

sebelumnya, tetapi keluarga mengatakan pada akhir tahun lalu bulan

Desember tahun 2020 klien pernah memperlihatkan tanda-tanda gangguan

jiwa saat klien masih bekerja di kota Jambi.

2. Pengobatan Sebelumnya.

Klien tidak pernah melakukan pengobatan sebelumya.

3. Trauma

Klien tidak pernah mengalami penolakan baik dalam lingkungan keluarga

maupun masyarakat. Klien tidak m e n g a l a m i , mendapatkan atau

menyaksikan adanya kekerasan didalam keluarga, dan klien tidak pernah

terlibat atau melakukan tindakan kekerasan sebelumnya.

4. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota yang mengalami gangguan jiwa

5. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan

Klien mengatakan tidak tahan dengan perlakuan abangnya kepada keluarga.

Klien mengatakan sering melihat keluarganya diperlakukan kasar oleh

abangnya.
27

D. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda vital:

TD : 120/80 mmHg N : 88x/menit

P : 20 x/menit S : 36,8 °C

2. Ukuran :

TB: 152 cm BB: 38 kg

3. Keluhan fisik :

Klien tidak adan mengeluhkan sakit fisik, secara keseluruhan kondisi fisik

klien tampak baik dan tidak ada tanda-tanda abnormal.

E. Psikososial

1. GENOGRAM

Genogram (minimal 3 generasi)

Keterangan ;
: Perempuan : Pasien
c
: Laki-laki -------- : Tinggal satu rumah
c
28

2. Konsep Diri

a. Citra Tubuh

Klien mengatakan menyukai seluruh yang ada pada dirinya, tidak ada

anggota tubuh yang istimewa dan yang tidak disukai.

b. Identitas diri

Klien mengakui dirinya sebagai seorang laki-laki. Klien mengatakan puas

menjadi seorang laki-laki. Klien anak kedua dari 3 bersaudara.

c. Peran

Klien merupakan seorang anak dan anak kedua dari tiga bersaudara.

d. Ideal diri

Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup

seperti orang lain dan dapat bekerja kembali.

e. Harga diri

Klien mengatakan merasa putus asa, klien merasa tidak percaya diri

dan kadang merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa hanya

bisa menyusahkan keluarganya, karena klien tidak bisa melakukan

apapun untuk membantu keluarganya. Klien mengatakn tidak bisa

bekerja karena kondisinya saat ini. Klien mudah curiga dan mudah

marah sehingga sulit untuk berhadapan dengan orang lain. Karena

klien susah untuk mengontrol perasaan dan perilakunya.

3. Hubungan Sosial

a. Orang terdekat

Klien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah

ibunya. Jika ada masalah klien bercerita kepada ibunya.


29

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakna tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok di sekita

rumah klien hanya berdiam diri di dalam rumah.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan orang

sekitar karena klien merasa dirinya diasingkan dan tidak diharapkan.

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan ia meyakini agama Islam sebagai agamanya. Klien

meyakini adanya Tuhan yaitu Allah SWT.

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan sebagai umat Islam harus mematuhi dan

melaksanakan kewajiban dalam beribadah. Klien mengetahui bahwa

jika tidak melaksanakan ibadah, klien akan berdosa. Klien

mengatakan ada sholat 5 waktu.

F. Status Mental

1. Penampilan

Klien berpakaian kurang rapi. Rambut acak-acakan dan kusam. Gigi

terlihat kotor dan bau mulut.

2. Pembicaran

Klien berbicara dengan keras dan cepat

3. Aktivitas Motorik

Klien tampak tegang ketika bercerita


30

4. Alam Perasaan

Klien tampak ketakutan

5. Afek

Klien menunjukkan emosi kesal/marah

6. Interaksi Selama Wawancara

Kontak mata klien tajam

7. Persepsi

Klien mengatakan melihat bayangan hitam yang besar di dalam kamar

mandi. Frekuensinya tidak menentu bisa 2-3 kali dan biasanya bayangan

terlihat pada sore atau malam hari. Jika bayangan itu muncul klien akan

merasa ketakutan dan hanya menutupkan matanya saja. Klien tampak

sering ketakutan. Klien mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara

menghilangkan bayangan-bayangan yang di lihatnya. Klien tampak sering

menyendiri dan duduk di sudut ruangan.

Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi :

penglihatan

8. Proses Pikir

Pada saat interaksi, pembicaraan klien sering berbelit-belit tetapi

sampai pada tujuan. Terkadang ucapan klien lari dari pembahasan. klien

tampak gelisah, klien sering menundukkan kepala, kontak mata kurang.

Masalah Keperawatan: Gangguan proses pikir

9. Isi pikir

Saat dilakukan pengkajian, klien tidak ada waham, baik agama, somatik,

kebesaran, curiga, sisip psikis, siar pikir maupun kontrol pikir. Klien
31

mengatakan ingin menjalani kehidupan semestinya. Klien mengatakan

tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya dan alasan diantar ke

rumah sakit.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

10. Tingkat Kesadaran

Klien tidak mengalami gangguan kesadaran. Orientasi waktu, tempat

dan orang cukup jelas. Klen bisa menceritakan alamat rumahnya.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

11. Memori

Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan. Klien

dapat menceritakan pengalaman hidupnya.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mengalami gangguan berhitung sederhana.

13. Kemampuan Penilaian

Klien tidak mampu mengambil keputusan yang sederhana seperti

memutuskan klien memilih aktivitas antara makan atau makan terlebih

dahulu.

14. Daya tilik diri

Klien tidak mengingkari penyakitnya dan mengatakan dia sakit karena

terlalu memendam masalah dan perasaannya.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


32

1. Makan

Klien mengatakan ia makan 3 x sehari yaitu pagi, siang dan malam. Klien

makan dengan nasi biasa dan ditambah lauk dan sayur. Klien mengatakan

tidak ada pantangan makanan. Klien makan menggunakan tangan. Klien

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Klien makan dengan rapi dan

tidak berantakan. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak

menghabiskan makanan sesuai porsi yang telah diberikan.

Masalah Keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Defekasi atau berkemih

Dari hasil observasi klien pergi dan menggunakan WC sebagai tempat untuk

BAB dan BAK. Pasien mampu membersihkan diri dan lingkungan setelah

BAK dan BAB. Pasien tampak mampu dalam merapikan pakaian setalah

BAB dan BAK. Klien tidak ada keluhan dalam BAB dan BAK

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

3. Mandi

Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan rajin mandi, tetapi malas menyisir

rambut dan berdandan. Gosok gigi ada, gigi bersih dan mulut tidak bau

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri.

4. Pakaian

Klien terlihat tidak rapi, menyisir rambut bila diingatkan. Klien ganti pakaian 1

kali sehari. Klien mampu memilih dan mengenakan pakaian sendiri. Klien

tidak memakai alas kaki.

Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri

5. Istirahat
33

Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Jiwa klien lebih banyak tidur. Kien

tidur siang ± 3 jam dan malam ± 8 jam. Klien sebelum tidur tidak ada

mencuci muka, gosok gigi. Setelah bangun tidur klien mandi, sikat

gigi dan sarapan.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

6. Penggunaan obat

Klien mengatakan tidak tahu nama obat dan manfaat obat yang diminumnya.

Obat berbentuk tablet dan langsung diminum setelah makan. Klien

mengatakan saat pulang nanti akan rutin dan patuh minum obat secara

teratur.

Masalah Keperawatan: Kurang pengetahuan

7. Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan jika klien boleh pulang klien akan melakukan program rawat

jalan dengan rajin control. Klien mempunyai sistem pendukung yaitu

keluarga yang akan memberi dukungan dan mengingatkan klien dalam

minum obat serta mendapat pelayanan kesehatan.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

8. Aktivitas di Dalam Rumah

Klien mengatakan saat dirumah klien biasanya membantu membersihkan dan

melakukan pekerjaan rumah.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

9. Aktivitas di Luar Rumah

Klien mengatakan jarang mengikuti aktivitas diluar rumah. Pasien keluar

rumah untuk membeli keperluan sehari-hari. Biasanya klien berjalan kaki.


34

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang digunakan oleh klien adalah adaptif dan

maladaptif. Koping maladaptif klien lebih banyak diam dan suka memendam

permasalahannya sendiri. Klien sering menarik diri dalam lingkungan dan

lebih memilih menyendiri. Koping adaptif klien tidak mencederai orang lain

ketika marah.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengatakan mendapat dukungan dari keluarga untuk sembuh.

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan dengan

lingkungannya

3. Masalah dengan pendidikan

Klien hanya tamat SMA dan tidak melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi.

4. Masalah dengan pekerjaan

Tidak ada masalah, klien tidak bekerja. Klien sehari-hari bekerja sebagai

ibu rumah tangga dan tidak pernah bekerja untuk mencari nafkah.

5. Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan tidak ada masalah didalam lingkungan rumah, klien

tinggal bersama ibu, saudara laki-laki, suami dan anaknya.

6. Masalah dengan ekonomi


35

Keluarga memiliki tanggungan 1 orang anak. Suami klien bekerja sebagai

buruh dan saudara laki-laki atau abangnya mempunyai pangkas rambut.

Pendapatan keluarga mencukupi kebutuhan, walau kadang hanya pas-

pasan.

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Rumah klien berada dekat dengan puskesmas tempatnya kontrol berobat. Suami,

ibu dan kakak klien mau menjemputkan obat atau mengantar untuk control ke

puskesmas

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

J. Aspek Medis

Diagnosa Medis : Skizoafektif tipe campuran

Therapy Medis : Obat-obatan :

1. Risperidon 2 x 3 mg /hari

2. Lorazepam 1x1 ml /hari

K. Analisa Data

No Data Etilogi Masalah


1 Ds : Gangguan Gangguan
1. Klien mengatakan melihat penglihatan Perilaku
bayangan hitam yang Kekerasan :
besar di dalam kamar Halusinasi
mandi Penglihatan
2. Klien mengatakan
bayangan muncul saat
klien sendirian dengan
frekuensi tidak menentu
bisa 2-3 kali
3. Klien mengatakan
bayangan terlihat padda
sore dan malam hari
4. Klien mengatakan tidak
tahu cara menghilangkan
baying-bayangan yang
36

dilihat
Do :
1. Klien tampak ketakutan
2. Klien tampak sering
menyendiri
3. Klien tampak sering
duduk di sudut ruangan

2 Ds : Curiga pada Resiko Perilaku


1. Klien mengatakan dibawa orang lain Kekerasan
kerumah sakit karena
melihat bayang-bayangan
hitam, kemudian marah-
marah, merusak alat-alat
rumah tangga dan
memukul orangtua dan
kakak klien
2. Klien mengatakan kesal
kepada saudaranya yang
sering berperilaku kasar
kepada keluarga nya
Do :
1. Wajah klien tampak
tegang ketika bercerita
2. Klien berbicara dengan
keras dan cepat
3. Kontak mata tajam
4. Klien menunjukkan emosi
kesal/marah
3 Ds : Perubahan Harga Diri
1. Klien mengatakan merasa peran sosial Rendah
putus asa
2. Klien merasa tidak
berharaga bagi kelurga
dan hanya menyusahkan
orang lain
3. Klien mengatakan tidak
bisa membantu kelurga
karena kondisinya klien
tidak dapat berkerja.
Do :
1. Klien tidak berinteraksi
dengan orang lain di
sekitar
2. Klien tampak berdiam diri
3. Klien sering duduk di
sudut kamar/ruangan
37

L. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan sensori persepsi : Halusisnasi Penglihatan

2. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Harga Diri Rendah


37

M. Intervensi

No Hari/Tanggal SDKI SLKI SIKI


1 Senin, 18 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan Manajemen halusinasi
oktober 2021 sensosri b.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
penglihatan diharapkan persepsi sensori 1. Monitor perilaku yang mengidentifikasi
membaik dengan kriteria hasil : halusinasi
1. verbalisasi melihat bayangan 2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas
menurun dan stimulasi lingkungan
2. distorsi sensori menurun 3. Monitor isi halusinasi (mis.kekerasan
3. perilaku halusinasi menurun atau membahayakan)
Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan yang aman
2. Lakukan tindakan keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol perilaku (mis.
Limit setting, pembatasan wilayah,
pengekangan fisik, seklusi)
Edukasi :
1. Anjurkan memonitor sendirin situasi
terjadinya halusinasi
2. Anjurkan bicara pada orang yang
dipercaya untuk member dukungan dan
umpan balik kotektif terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan distraksi (mis.
Mendengarkan music, melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
4. Ajarkan pasien dan keluarga cara
mengontor halusinasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat abtipsikotik
dan antiansietas, jika perlu

37
38
39

FORMAT CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : TN.A


RUANG : YUDISTIRA

HARI/ DIAGNOSA CATATAN


PARAF
TANGGAL/JAM KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Senin, 18/10/ 2021 Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan Strategi
15.00 WIB Halusinasi Penglihatan pelaksanaa (SP) I Pasien
Halusinasi
1) Mendiskusikan dengan
klien tentang halusinasi
yang dialami, tanyakan
apakah klien melihat
sesuatu
2) Mendiskusikan dengan
klien, tanyakan kapan
terjadinya halusinasi
3) Mendiskusikan apa yang
dirasakan beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaan senang, sedih,
takut, cemas
4) Mendiskusikan dengan
klien untuk mengatasi
perasaan tersebut
5) Menjelaskan cara
mengontrol Halusinasi:
menghardik, minum obat,
bercakapcakap, kegiatan
terjadwal
6) 6) Melatih cara
menghardik halusinasi
Selasa, 19/10/ 2021 Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan Strategi
15.00 WIB Halusinasi Penglihatan pelaksanaa (SP) I Pasien
Halusinasi
1) Mendiskusikan dengan
klien tentang halusinasi
yang dialami, tanyakan
apakah klien melihat
sesuatu
2) Mendiskusikan dengan
klien, tanyakan kapan
terjadinya halusinasi
3) Mendiskusikan apa yang
dirasakan beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaan senang, sedih,
takut, cemas
4) Mendiskusikan dengan
40

klien untuk mengatasi


perasaan tersebut
5) Menjelaskan cara
mengontrol Halusinasi:
menghardik, minum obat,
bercakapcakap, kegiatan
terjadwal
6) Melatih cara menghardik
halusinasi
Rabu, 20/10/2021 Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan SP II
09.00 WIB Halusinasi Penglihatan Pasien Halusinasi
1) Mengevaluasi kegiatan
menghardik, beri pujian
2) Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan minum
obat mulai dari dosis, cara,
frekuensi
3) Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat
Kamis, 21/10/2021 Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan SP II
09.00 WIB Halusinasi Penglihatan Pasien Halusinasi
1) Mengevaluasi kegiatan
menghardik, beri pujian
2) Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan minum
obat mulai dari dosis, cara,
frekuensi
3) Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat
Jum’at, 22/10/ 2021 Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan SP III
09.00 WIB Halusinasi Penglihatan Pasien Halusinasi
1) Mengevaluasi kegiatan
menghardik dan minum
obat, beri pujian
2) Menjelaskan cara
bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3) Memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap
Sabtu, 23 Oktober Gangguan Persepsi Sensori : Catatan Keperawatan SP III
2021 Halusinasi Penglihatan Pasien Halusinasi
16.00 WIB 1) Mengevaluasi kegiatan
menghardik dan minum
41

obat, beri pujian


2) Menjelaskan cara
bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3) Memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap
42

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

NAMA KLIEN : TN.A


RUANGAN : YUDISTIRA

Tanggal/ Diagnosa Tanggal/


No Tujuan Implementasi Keperawatan Rasional Tindakan
Jam Keperawatan Paraf
1 Senin, Gangguan Klien dapat 1. Membina hubungan saling percaya antara 1. Klien menyatakan
18/10/ sensori mengenal perawat dan klien mengalami
2021 persepsi : Halusinasinya 2. berdiskusikan dengan klien tentnag Halusinasi
15.00 WIB Halusinasi dan latihan Halusinasi yang dialami 2. Klien menyebutkan
penglihatan menghardik a. Menanyakan apakah mengalami Halusinasi yang
Halusinasi sesuatu (Halusinasi penglihatan) dialami
penglihatan b. Mengatakan bahwa perawat akan a. Isi
membantu klien . b. Waktu
3. Mengklarifikasi tentang adanya c. Frekuensi
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan d. Situasi dan
klien : kondisi yang
4. Isi,waktu, frekuensi terjadinya halusinasi menimbulkan
5. Mendiskusikan dengan klien apa yang Halusinasi
dirasakan jika terjadi Halusinasi dan beri 3. Klien menyatakan
kesempatan untuk mengungkapkan yang dilakukan saat
perasaannya . a. Marah b. Takut c. Sedih Halusinasi muncul
d. Senang e. Cemas f. Jengkel 4. Klien
6. Mendiskusikan dengan klien apa yang menyampaikan apa
dilakukan untuk mengatasi perasan yang dilakukan
tersebut . a. Jika cara yang digunakan untuk mengatasi
adaptif beri pujian . b. Jika cara yang perasaan tersebut .
digunakan maladaptif diskusikan kerugian 5. Klien
cara tersebut . menyampaikan
7. Mendiskusikan tentang dampak yang akan dampak yang akan
dialaminya bila klien menikmati dialaminya bila
43

Halusinasinya . klien menikmati


8. Menjelaskan cara mengontrol Halusinasi : Halusinasinya
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan 6. Klien mampu
kegiatan mengenal cara baru
9. Melatih cara mengontrol Halusinasi untuk mengontrol
dengan menghardik : Halusinasi
a. Katakan pada diri sendiri nahwa “ini
tidak nyata !, saya tidak mau dengar “
b. Masukan pada jadual kegiatan untuk
latihan menghardik , beri pujian .
2 Selasa, Gangguan Klien dapat 1. Membina hubungan saling percaya antara 1. Klien menyatakan
19/10/ sensori mengenal perawat dan klien mengalami
2021 persepsi : Halusinasinya 2. Mendiskusikan dengan klien tentnag Halusinasi
15.00 WIB Halusinasi dan latihan Halusinasi yang dialami 2. .Klien
(penglihatan) menghardik a. Tanyakan apakah mengalami sesuatu menyebutkan
Halusinasi (Halusinasi dengar) Halusinasi yang
b. Katakan bahwa perawat percaya klien dialami
mengalami hal yang sama . a. Isi
c. Katakan bahwa ada klien lain yang b. Waktu
mengalami hal yang sama . c. Frekuensi
d. Katakan bahwa perawat akan d. Situasi dan
membantu klien . kondisi yang
3. Mengklarifikasikan tentang adanya menimbulkan
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan Halusinasi
klien : 3. Klien menyatakan
Isi,waktu, frekuensi terjadinya halusinasi yang dilakukan saat
4. Mendiskusikan dengan klien apa yang Halusinasi muncul
dirasakan jika terjadi Halusinasi dan beri 4. Klien
kesempatan untuk mengungkapkan menyampaikan apa
perasaannya . yang dilakukan
a. Marah untuk mengatasi
b. Takut perasaan tersebut .
c. Sedih 5. Klien
44

d. Senang menyampaikan
e. Cemas dampak yang akan
5. Mendiskusikan dengan klien apa yang dialaminya bila
dilakukan untuk mengatasi perasan klien menikmati
tersebut . a. Jika cara yang digunakan Halusinasinya
adaptif beri pujian . b. Jika cara yang 6. Klien mampu
digunakan maladaptif diskusikan kerugian mengenal cara baru
cara tersebut . untuk mengontrol
6. Mendiskusikan tentang dampak yang akan Halusinasi
dialaminya bila klien menikmati
Halusinasinya .
7. Menjelaskan cara mengontrol Halusinasi :
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
8. Melatih cara mengontrol Halusinasi
dengan menghardik :
a. Katakan pada diri sendiri nahwa “ini
tidak nyata !, saya tidak mau dengar“
b. Masukan pada jadual kegiatan untuk
latihan menghardik, beri pujian .
3 Rabu, Gangguan Klien dapat 1. Mengevaluasi kegiatan mengahardik . beri 1. Klien mampu
20/10/2021 sensori mengontrol pujian menyampaikan
09.00 WIB persepsi : dengan obat 2. Melatih cara mengontrol Halusinasi kemampuan
Halusinasi dengan obat, jelaskan menghardik
penglihatan a. Jenis 2. Klien mampu
b. Guna menyampaikan
c. Dosis /praktekan cara
d. Frekuensi obat .
e. Cara 3. Klien mampu
f. Kontinuitas minum obat merencanakan
3. Memasukkan pada jadual kegaitan untuk /jadwal kegiatan
latihan menghardik dan minum obat.
45

4 Kamis, Gangguan Klien dapat 1. Mengevaluasi kegiatan menghardik dan 1. Klien mampu
21/10/2021 sensori mengontrol minum obat . beri pujian menyampaikan
09.00 WIB persepsi : dengan 2. Menjelaskan cara bercakap-cakap dan kemampuan
Halusinasi bercakap- melakukan kegiatan untuk mengontrol menghardik dan
penglihatan cakap Halusinasi : minum obat.
3. Menjelaskan cara bercakap-cakap dan 2. Klien mampu
melakukan kegiatan untuk mengontrol menyampaikan
Halusinasi : a. Meminta orang lain untuk /praktekan cara
bercakap-cakap . b. Menyampaikan bercakap-cakap .
manfaat bercakap-cakap
5 Jum’at, Gangguan Klien dapat 1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mampu
22/10/ sensori mengontrol menghardik dan minum obat dan menyampaikan
2021 persepsi : dengan bercakap-cakap . beri pujian kemampuan
09.00 WIB Halusinasi melakukan 2. Melatih cara mengontrol Halusinasi menghardik,
penglihatan aktifitas dengan melakukan kegiatan harian (mulai minum obat dan
terjadwal . 2 kegiatan ) : a. Diskusikan dengan klien bercakapcakap .
kegiatan yang dapat dilakukan b. 2. Klien mampu
Anjurkan klien memilih dua untuk dilatih menyampaikan dan
c. Latih dua cara yang dipilih d. Latih dua praktekan aktifitas
cara yang terpilih . yang dapat
3. Memasukan jadwal kegiatan untuk latihan dilakukan.
menghardik, minum obat, bercakap-cakap 3. Klien mampu
dan kegiatan harian . merencanakan /
jadwal aktifititas
46

6 Sabtu, 23 Gangguan Klien dapat 1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mampu


Oktober sensori mengontrol menghardik dan minum obat dan menyampaikan
2021 persepsi : dengan bercakap-cakap . beri pujian kemampuan
16.00 WIB Halusinasi melakukan 2. Latih cara mengontrol Halusinasi dengan menghardik,
penglihatan aktifitas melakukan kegiatan harian (mulai 2 minum obat dan
terjadwal . kegiatan ) : bercakapcakap . ‘
a. Diskusikan dengan klien kegiatan 2. Klien mampu
yang dapat dilakukan menyampaikan dan
b. Anjurkan klien memilih dua untuk praktekan aktifitas
dilatih yang dapat
c. Latih dua cara yang dipilih dilakukan.
d. Latih dua cara yang terpilih . 3. Klien mampu
3. Memasukkan jadwal kegiatan untuk merencanakan /
latihan menghardik, minum obat, jadwal aktifititas
bercakap-cakap dan kegiatan harian .
4. Mengevaluasi kegiatan latihan
menghardik dan obat dan bercakap-cakap
dan kegiatan harian . beri pujian
5. Melatih kegiatan harian .
6. Menilai kemampuan yang telah mandiri .
7. Menilai apakah Halusinasi terkontrol .
FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

NAMA KLIEN : TN.A


RUANGAN : YUDISTIRA

HARI/
DIAGNOSA
TANGGAL/ EVALUASI KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN
JAM
Senin, Gangguan Sensori Subjektif (S):
18 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan namanya A .
2021 Penglihatan (SP 1) 2) Klien mengatakan mau
18.00 berkenalan.
3) Klien mengatakan melihat
bayangan hitam.
Objektif (O) :
1) Saat ditanya nama klien
menyebutkan namanya
2) Klien mau berjabat tangan.
3) Klien tampak sering melamun.
Analisa (A) : Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
Planning (P) :
1) Lanjutkan intervensi selanjutnya
SP I Halusinasi yaitu menghardik .
2) Latihan cara mengontrol
Halusinasi satu yang diajarkan
perawat
Selasa, Gangguan Sensori Subjektif (S):
19 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan namanya A .
2021 Penglihatan (SP 1) 2) Klien mengatakan mau berkenalan
18.00 3) Klien mengatakan melihat
bayangan hitam menyerupai orang
berbadan besar
Objektif (O) :
1) Saat ditanya nama klien
menyebutkan namanya
2) Klien mau berjabat tangan.
3) Klien tampak sering melamun.
Analisa (A) : Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Penglihatan .
Planning (P) :
1) Mengevaluasi SP I Halusinasi
yaitu menghardik .
2) Latihan cara mengontrol
Halusinasi, bagaimana halusinasi
dapat terjadi, isi dan waktu
47

timbulnya serta frekuensi


terjadinya halusinasi.
Rabu, Gangguan Sensori S:
20 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan masih ada
2021 Penglihatan (SP 2) bayangan yang tidak ada
13.00 wujudnya.
2) Klien mengatakan mau belajar
cara mengontrol halusinasi.
3) Klien mengatakan senang belajar
menghardik .
O:
1) Klien mampu mengenal
halusinasinya.
2) Klien tampak memperagakan cara
menghardik yang diajarkan
perawat .
3) Klien mampu mempraktekkan cara
menghardik Halusinasi.
A : Gangguan sensori
Persepsi : Halusinasi pendengaran
P : -Lakukan SP 2 Mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan teman atau orang lain
Kamis, Gangguan Sensori S:
21 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan masih ada
2021 Penglihatan (SP 2) bisikan yang tidak ada wujudnya.
13.00 2) Klien mengatakan mau belajar
cara mengontrol halusinasi.
3) Klien mengatakan senang belajar
menghardik .
O:
1. Klien mampu mengenal
halusinasinya.
2. Klien tampak memperagakan cara
menghardik yang diajarkan
perawat .
3. Klien mampu mempraktekkan cara
menghardik Halusinasi.
A : Gangguan sensori
Persepsi : Halusinasi pendengaran
P : -Mengevaluasi SP 2 Mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan teman atau orang lain.
-Secara obyektif klien mampu
menyebutkan cara pertama mengontrol
halusinasi, klien mampu
mempraktikkan menghardik dan
bercakap-cakap dengan temannya.
48

Jum’at, Gangguan Sensori S:


22 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan akan teratur
2021 Penglihatan (SP 3) dalam meminum obat
13.00 2) Klien mengatakan senang belajar
aturan minum obat .
O:
1) Klien tampak bingung saat
dijelaskan tentang obat.
2) Klien tampak belum bisa
menyebutkan beberapa guna obat
dosis dan frekuensi .
A : Gangguan sensori
Persepsi : Halusinasi pendengaran
P:
-Lakukan SP 3 mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
Sabtu, Gangguan Sensori S:
23 Oktober Persepsi : Halusinasi 1) Klien mengatakan akan teratur
2021 Penglihatan (SP 3) dalam meminum obat
18.00 2) Klien mengatakan senang belajar
aturan minum obat .
O:
1) Klien tampak bingung saat
dijelaskan tentang obat.
2) Klien tampak belum bisa
menyebutkan beberapa guna obat
dosis dan frekuensi .
A : Gangguan sensori
Persepsi : Halusinasi pendengaran
P:
1) Mengevaluasi SP 3yaitu jadwal
kegiatan harian pasien
2) Mengevaluasi latihan cara
menghardik 2x dalam sehari .
3) Mengevaluasi kegiatan bercakap-
cakap dengan teman
4) Mengingatkan dan bantu klien
minum obat secara teratur dengan
dosis
a. Chlorpromazine : 2x100 mg
b. Haloperidol : 2x5 mg
c. Trihexyphenidyl : 2 x 2 mg
49
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan

yang penulis dapatkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

dalam asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose Gangguan

persepsi sensori: Halusinasi penglihatan di Ruangan Yudistira Tn.A

di RSJ PROV. JAMBI Pembahasan yang penulis lakukan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi

keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data di dapatkan hasil kondisi pasien yang

menutup diri pada saat perkenalan.

1. Keluhan Utama

Pasien masuk diantar oleh keluarga yang pertama kalinya dengan

keluhan gelisah sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit dengan

gejala emosi labil, mengamuk, merusak alat-alat rumah tangga, marah

tanpa sebab memukul orang tua dan kakak pasien. Pasien juga berbicara

sendiri, melihat bayangan hitam. Satu hari Sebelum Masuk Rumah Sakit

pasien banyak diam, tetapi saat di ajak berbicara pasien cenderung

mengikuti kemaun sendiri, merasa paling benar. Keluarga sempat

membawa pasien berobat ke dukun namun tidak berhasil sehingga

keluarga memutuskan membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa.

Pada tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan Halusinasi
50

yang dituliskan pada tinjauan pustaka menurut SDKI (2017) perilaku

pasien yang terkait dengan Halusinasi adalah sebagai berikut :

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif

1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

2. Merasakan sesuatu melalui objektif

3. Distorsi sensori

4. Respons tidak sesuai

5. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau

mencium perabaan, penciuman, perabaan, atau pengecapan sesuatu

Gejala dan Tanda Minor Subjektif

1. Menyatakan kesal Objektif

2. Menyendiri

3. Melamun

4. konsentrasi buruk

5. Melihat ke satu arah

6. Mondar-mandir

7. Bicara sendiri

Dalam tinjauan kasus didapatkan tanda dan gejala yang muncul pada

pasien A adalah Klien tampak menyendiri, pasien suka melamun,

kosentrasi pasien buruk, pasien suka melihat ke satu arah, bicara sendiri,

dan suka mondar-mandir .

1. Tidak Mampu mengikuti perintah dari perawat, didapatkan data pada

tinjauan kasus bahwa pasien dapat mengikuti perintah perawat seperti

menghardik halusinasinya bila halusinasi muncul kembali dan

bercakap-cakap dengan teman bila halusinasinya muncul.


51

2. Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata, karena

pasien meyakini bahwa saat pasien memukul ayahnya itu adalah karna

ulah makhluk ghoib yang merasukinya dan mengambil alih tubuhnya

sehingga pasien melukai ayahnya.

3. Respon Verbal yang lambat pada pasien, tidak didapatkan adanya

respon verbal yang lambat, pasien tamak terlalu cepat berbicara

sehingga kalimat yang diucapkan pasien sulit dimengerti dan berubah-

ubah topik.

2. Faktor Predisposisi

Pada tinjauan teori didapatkan faktor yang mempengaruhi

terjadinya halusinasi penglihatan. pasien juga tidak pernah mengalami

penolakan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, pasien

pernah menyaksikan adanya kekerasan didalam keluarganya. Pasien tidak

tahan dengan perlakuan abangnya kepada keluarga dan sering melihat

keluarga nya diperlakukan kasar.

3. Konsep Diri

Dalam tinjauan pustaka yang didapatkan pada ideal diri pasien

dengan halusinasi klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup

seperti orang lain. Dalam tinjauan kasus didapatkan pengkajian tentang

ideal diri dan harga diri klien mengatakan merasa putus asa, tidak percaya

diri dan kadang merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa hanya

bisa menyusahkan keluarganya, karena klien tidak bisa melakukan apapun

untuk membantu keluarganya. Klien mengatakan tidak bisa bekerja karena


52

kondisinya saat ini. Klien mudah curiga dan mudah marah sehingga sulit

untuk berhadapan dengan orang lain.

Karena klien susah untuk mengontrol perasaan dan perilakunya.

pasien mengatakan bahwa pasien ingin segera sembuh dan membantu

ekonomi keluarganya karena pasien merasa malu di usia yang ke 34 tahun

ini pasien tidak mampu melakukan apa-apa sebagai anak laki- laki

dikeluarganya.

Menurut penulis hal tersebut tidak sesuai dan mengalami

kesenjangan karena pasien dapat memikirkan untuk membantu ekonomi

keluarganya bila pasien sudah sembuh.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dari tinjauan kasus yang

didapatkan dari pasien maka didapatkan data fokus pada pasien berupa alasan

pasien masuk dalam rumah sakit karena gelisah sejak 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit dengan gejala emosi labil, mengamuk, merusak alat-alat

rumah tangga, marah tanpa sebab, memukul orang tua dan kakak klien. Klien

jugasering berbicara sendiri, melihat bayangan hitam. 1 hari sebelum masuk

rumah sakit, klien banyak diam tetapi saat diajak berbicara klien cenderung

mengikuti kemauan sendiri, merasa paling benar dan pengertian kadang ada

kadang tidak Keluarga sempat membawa klien berobat kedukun namun tidak

berhasil sehingga keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit

jiwa. Sehingga dari hal tersebut maka munculah diagnosa keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan, hal ini sesuai dengan


53

teori menurut SDKI (2017) bahwa batasan karakteristik keperawatan pasien

dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi adalah Perubahan presepsi

terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang di sertai dengan

respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi

Dari pohon masalah didapatkan masalah keperawatan didapatkan

masalah keperawatan sebagai berikut :

1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan, muncul karena

pasien mengatakan sering berbicara sendiri, melihat bayangan hitam.

2. Resiko Perilaku Kekerasan, muncul karena pasien dibawa ke RSJ Kota

Jambi karena emosi labil, mengamuk, merusak alat-alat rumah tangga,

marah tanpa sebab, memukul orang tua dan kakak klien.

3. Harga diri rendah , muncul karena pasien tidak percaya diri dan kadang

merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa hanya bisa

menyusahkan keluarganya, karena klien tidak bisa melakukan apapun

untuk membantu keluarganya

Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan adalah sebagai berikut :

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan

2. Resiko perilaku kekerasan

3. Harga diri rendah

Penulis mengambil 1 masalah utama yang ditetapkan untuk dilakukan

rencana dan tindakan keperawatan yaitu Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Penglihatan.
54

C. Intervensi Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan setelah dilakukan

interaksi diharapkan pasien dapat menunjukan tanda- tanda: verbalisasi

Melihat bayangan menurun, prilaku halusinasi menurun, menarik diri

menurun, respon stimulus membaik, orientasi membaik. sesuai dengan

dengan teori dalam buku SLKI (2017).Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Penglihatan setelah dilakukan interaksi diharapkan pasien dapat menyebutkan

waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi terjadinya halusinasi

dengan perawat juga dapat menjelaskan respon yang dilakukan pasien bila

halusinasi muncul dan setelah dilakukan interaksi dengan pasien diharapkan

pasien mampu mengontrol Halusinasi dengan menghardik Halusinasinya.

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi penglihatan diharapkan setelah

dilakukan interaksi dengan pasien maka pasien dapat melakukan aktivitas

yang lain seperti bercakap-cakap dengan teman sekitarnya.Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi penglihatan diharapkan setelah dilakukan interaksi

dengan pasien maka pasien dapat melakukan aktivitas yang terjadwal seperti

menggambar atau membersihkan kamar tidur.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan telah disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan pada situasi yang nyata, implementasi sering kali jauh berbeda

dengan rencana yang tertulis dalam tindakan keperawatan yang biasa

dilakukan perawat setelah melakukan rencana. Sebelum melakukan tindakan


55

yang sudah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah

rencana tindakan masih dibutuhkan dan sesuai dengan keadaan pasien saat

ini. Sesuai dengan teori, pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan

hendaknya perawat membuat kontrak atau janji terlebih dahulu dengan pasien

yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang

diharapkan oleh perawat kepada pasien, kemudian didokumentasikan semua

tindakan yang telah dilaksanakan serta hasil respon pasien dalam tindakan

keperawatan yang telah diberikan.

Pada tanggal 19 september 2021 dilakukan tindakan SP 1 yang

mencakup membiha hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien

dan mengidentifikasi jenis halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi,

respon, isi halusinasi serta mengajarkan cara menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian, dan kemudian mengajarkan pasien untuk bercakap-

cakap dengan orang lain untuk mengalihkan halusinasi yang dimilikinya.

Dalam pertemuan pertama pasien mampu dan mau melakukan BHSP dengan

perawat, seperti mengatakan nama, usianya dan alasannya pasien masuk

rumah sakit. Seperti pasien tidak sadar telah memukul ayahnya yang sedang

sholat dengan tangan karena pasien merasa bahwa ada yang mengambil alih

tubuhnya seperti makhluk ghoib serta pasien juga diajarkan oleh perawat

untuk menghardik halusinasi yang dialaminya. Pada pelaksanaan SP 1 pasien

tidak mengalami hambatan yeng terjadi saat hasil wawancara respon pasien

secara verbal sangat kooperatif mampu menyebutkan dan menjelaskan

bagaimana halusinasinya dapat terjadi, isi dan waktu timbulnya halusinasi

serta frekuensi terjadinya halusinasi.


56

Pada tanggal 20 september 2021 dilakukan tindakan SP 2 yang isinya

mencakup mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan

carabercakap-cakap dengan teman atau orang lain, dan menganjurkan pasien

untuk memasukkan jadwal cara menghardik halusinasi dan cara mengontrol

halusinasi. Didalam pelaksanaan pasien mampu mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan teman, saat halusinasi muncul, secara

obyektif pasien mampu menyebutkan cara pertama mengontrol halusinasi,

pasien mampu mempraktekkan menghardik dan bercakap-cakap dengan

temannya.

Pada tanggal 21 september 2021 dialukan SP 3 yang isinya mencakup

mengevaluasi latihan bercakap-cakap dengan teman serta melatih pasien

dalam mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan harian yang

biasanya pasien lakukan, serta menganjurkan pasien untuk menulis dan

memasukkan kegiatannya. Saat halusinasi muncul pasien mampu

mengatasinya dengan cara melakukan kegiatan harian yang biasanya

dilakukan oleh pasien. Secara obyekif pasien tampak antusias dalam

melakukan kegiatan harian. Untuk asumsi penulis pasien mampu

mempraktekkan cara melakukan kegiatan terjadwal sesuai dengan apa yang

diajarkan perawat.

E. Evaluasi

Belum dapat dilaksanakan karena merupakan kasus semu. Sedangkan

pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan
57

pasien dan masalahnya secara langsung.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi SP 1 pasien dapat mengerti jenis, isi,

waktu, frekuensi, situasi yang dapat menimbulkan halusinasi pasien, respon

pasien terhadap halusinasi, pasien mampu menghardik halusinasi yang

dialaminya, pasien mampu memasukkan cara menghardik halusinasinya.

Pasien cukup kooperatif dan mampu berlatih apa yang di ajarkan oleh

perawat.

Untuk SP 2 pasien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,

pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

teman atau orang lain, pasien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian. Pasien cukup kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh

perawat.

Dalam SP 3 pasien juga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan

kegiatan harian, dan pasien juga dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal

harian. Pasien kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh

perawat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya

kerjasama yang baik antara pasien dan perawat. Hasil evaluasi pada Tn. S

sudah selesai dengan harapan masalah teratasi.

Pada tinjauan teori evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-

menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan SOAP.

Pada tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui

keadaan pasien dan masalah secara langsung, dilakukan setiap hari selama
58

pasien di rawat di ruang jiwa.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian kelompok yang lakukan pada Tn.A di Ruang

Yudhistira Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Jambi dengan Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi Penglihatan, dapat disimpulkan :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif pada kasus

Tn. A yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dimana

terdapat kesamaan antara teori dan kasus. Data subjektif yang ditemukan

pada Tn.A adalah klien mengatakan melihat bayangan hitam, klien sering

berbicara sendiri dan klien mengatakan ada orang yang ingin

membunuhnya.

2. Diagnosa Keperawatan, diagnosa utama yang ditemukan pada saat

melakukan pengkajian pada Tn.A adalah Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Penglihatan.

3. Intervensi Keperawatan yang dilakukan pada Tn.A dapat mengenal

halusinasinya dan klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara

mendiskusikan dengan klien tentang halusinasi yang dialaminya meliputi

isi, frekuensi, jenis, waktu dan perasaan saat halusinasi muncul.

Selanjutnya adalah mengajarkan kepada klien cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan

kegiatan terjadwal dan minum obat secara teratur.


59

4. Implementasi Keperawatan yang dilakukan pada Tn.A selama 6 hari

yaitu membantu klien mengenal halusinasinya, mengajarkan klien cara

mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, bercakap-cakap

dengan orang lain, melakukan kegiatan terjadwal dan minum obat secara

teratur.

5. Evaluasi Keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn.A didapatkan

hasil bahwa :

a. Klien mampu menyebutkan apa yang dialaminya

b. Klien dapat memasukkan menghardik ke jadwal hariannya

c. Klien belum masih belum meminum semua obatnya tapi sudah

memasukkan minum obat ke daftar hariannya

d. Klien mampu mekakukan jadwal hariannya yang telah dibuat

B. Saran

1. Bagi Perawat

2. Bagi perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi khususnya di

Ruangan Yudhistira untuk tetap melayani dan menangani klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan secara optimal.

Perawat harus terus menjalin komunikasi terapeutik sehingga klien dapat

mengungkapkan semua permasalahannya dan mau mengikuti terapi yang

diberikan selama dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Jambi

sehingga tercapainya keberhasilan dalam proses keperawatan


60

3. Bagi Kelompok

Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dalam

memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta

bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi penglihatan.

Anda mungkin juga menyukai