Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja
baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anakanak kecil dan
orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka
bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik
dan lain-lain. Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga
dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab
luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam
memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit dan
superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena
zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya
sama. Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya masih
sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat
banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar
memerlukan penanganan yang serius. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks
yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa 16 keadaan
yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas
permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan
luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa
untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu
penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan
fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa
karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik
ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan
permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan
tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi
dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka
bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko
nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki
atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat 17 diperlukan untuk mengenal perbedaan
dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar
berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehata n sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh
lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka
bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani
segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. World Health
Organization’s (WHO) melaporkan pada tahun 2004, angka kejadian luka bakar diseluruh dunia
rata-rata 110/100.000 orang tiap tahunnya dan diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka
bakar (Othman et al., 2010). Pada tahun 2015, sekitar 486.000 kejadian luka bakar yang terjadi di
Amerika Serikat, 40.000 diantaranya membutuhkan perawatan di rumah sakit dan 30.000 yang
perlu dirawat dipusat-pusat perawatan luka bakar (ABA, 2016). Di Indonesia belum ada angka
pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka
luka bakar tersebut semakin meningkat (Hasibuan et al., 2010).

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat disimpulkan rumusan

masalah yaitu :

1. bagaimana konsep dasar luka bakar?

2. bagaimana asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tn D. dengan diagnosa

medis Luka bakar di ruang bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

C. TujuanPenulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan medikal bedah pada

pasien Tn. D dengan diagnosa medis Luka bakar di ruang bedah RSUD Raden Mattaher

Provinsi Jambi

2. TujuanKhusus

1. melakukan pengkajian pada pasien Tn. D dengan diagnosa medis Luka bakar di ruang

bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

2. menegakkan rencana asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tn. D dengan

diagnosa medis Luka bakar di ruang bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

3. menyusun rencana asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tn. D dengan

diagnosa medis hisprung di ruang bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

4. melakukan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tn. D dengan diagnosa

medis hisprung di ruang bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

5. melakukan evaluasi asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Tn. D dengan

diagnosa medis hisprung di ruang bedah RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
B. RuangLingkup

1. Lingkupmateri

Materi yang dibahas dalam studi kasus ini adalah keperawatan medikal bedah

terhadap pasien yang mengalami luka bakar di RSUD RADEN MATTAHER

PROV. JAMBI

2. Responden

Responden pada studi kasus ini adalah satu pasien yang mengalami luka bakar di

RSUD RADEN MATTAHER PROV. JAMBI

3. Tempat

Studi kasus dilakukan di RSUD RADEN MATTAHER PROV. JAMBI

4. Waktu

Waktu pelaksanaan studi kasus dilakukan pada Bulan Februari 2022 yang dimulai

dari studi pendahuluan, pelaksanaan studi kasus sampai dengan laporan hasil.

C. ManfaatPenulisan

1. Manfaat teoritis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan untuk

memberikan informasi di bidang keperawatan terutama dengan ilmu keperawatan

medikal bedah pada pasien dengan luka bakar

2. Bagi Rumah sakit Memberikan masukan bagi tim kesehatan di rumah sakit

dalam memberikan Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar.

3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai penyambung Ilmu Asuhan Keperawatan

klien dengan luka bakar sehingga dapat menambah referensi dan acuan dalam
memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan luka bakar

4. Bagi kelompok Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman

bagi kelompok dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan klien

dengan luka bakar

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi.

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia,

listrik, maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik

berupa asam kuat dan basa kuat (Safriani, 2016).

2. Etiologi

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma yang memiliki morbiditas dan

mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai fase

awal hingga fase lanjut. Etiologi terjadinya luka bakar yaitu (Hardisman, 2016):

a. Scald Burns
Luka bakar yang disebabkan karena uap panas, biasanya terjadi karena air

panas dan sering terjadi dalam masyarakat. Air pada suhu 690C menyebabkan luka

bakar parsial atau dalam waktu dengan waktu hanya dalam 3 detik.

b. Flame Burns

Luka bakar yang disebabkan oleh kebakaran rumah seperti penggunaan

detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan

cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh

kompor atau pemanas ruangan.

c. Flash Burns

Luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propana, butana, minyak

destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar kain.


d. Contact Burns

Luka bakar yang disebabkan dari logam panas, plastik, gelas atau batu bara panas

seperti setrika, oven, dan bara kayu.

e. Chemical Burns

Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, yang bersifat asam kuat atau basa

kuat.

f. Electrical Burns

Luka bakar yang disebabkan oleh benda-benda yang dialiri arus listrik.

3. Manifestasi klinis

1. Manifestasi Klinis

a. Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang

terkena dan kedalaman luka :

1. Luka bakar derajat I

Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar

menjadi merah,nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab,

atau membengkak.Jika ditekan , daerah yang terbakar akan

memutih, belum terbentuk lepuh

Gambar 2.2 Lapisan yang terkena pada luka derajat I


2. Luka bakar derajat II

Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Terjadi kerusakan

epidermis dan dermis. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah,

atau keputihan dan terisi oleh cairan kental


yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan

terasa nyeri.

Gambar 2.3 Lapisan yang terkena pada luka derajat II

3. Luka bakar derajat III

Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.Seluruh

epidermis dan dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di

bawahnya (lemak atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih dan

lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.Kerusakan sel darah

merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar

berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan

rambut/ bulu ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.Jika

disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah

mengalami kerusakan.Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika

jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan

merembes dan pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan.


Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan

karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok.

Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak

sangat sedikit

Gambar 2.4 Lapisan yang terkena pada luka derajat III

b. Kedalaman Luka Bakar

1) Luka bakar derajat I

a) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis


b) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
c) Tidak dijumpai bulla
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
e) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II

Tampak bullae, dasar luka kemerahan (derajat IIA), dasar

pucat keputihan (derajat IIB), nyeri hebat terutama pada derajat

IIA. Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Derajat IIA dangkal (superficial)


(1) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat IIB dalam (deep)
(1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhanterjadi lebih dari sebulan.
3) Luka bakar derajat III

a) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang


lebih dalam.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
c) Tidak dijumpai bulae.
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar
e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian.
g) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.
Gambar 2.5 Klasifikasi luka bakar sesuai kedalamannya

c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka :

1) Luka bakar ringan/minor

a) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak

mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

2) Luka bakar sedang (moderate burn)

a) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka

bakar derajat III kurang dari 10 %

b) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun

atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang

dari 10 %
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun

dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan

perineum.

3) Luka bakar berat (major burn)

a) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10

tahun atau di atas usia 50 tahun

b) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan

pada butir pertama

c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan

perineum

d) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa

memperhitungkan luas luka bakar

e) Luka bakar listrik tegangan tinggi

f) Disertai trauma lainnya

g) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.


Manifestasi klinik luka bakar menurut Majid, 2013 yaitu :

Tabel 2.1 Manifestasi klinik


Kedalama
n Dan Bagian
Penampilan Perjalanan
Penyebab Kulit Gejala
Luka Kesembuhan
Luka Yang
Bakar Terkena

Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan


(Superfisial hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
): (supersensivitas ketika ditekan waktu satu
tersengat ), rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
matahari, mereda jika tanpa edema pengelupasan
terkena api didinginkan kulit
dengan
intensitas
rendah

Derajat Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan


Dua dan bagian hiperestesia, luka dalam waktu
(Partial- dermis sensitif terhadap berbintik-bintik 2-3 minggu,
Thickness) udara yang merah, pembentukan
: tersiram dingin epidermis retak, parut dan
air permukaan luka depigmentasi,
mendidih, basah, infeksi dapat
terbakar terdapat edema mengubahnya
oleh nyala menjadi derajat-
api tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
(Full- keseluruha nyeri, syok, bakar berwarna eskar,
Thickness) n dermis hematuria putih seperti diperlukan
: terbakar dan kadang- (adanya darah bahan pencangkokan
nyala api, kadang dalam urin) dan kulit atau , pembentukan
terkena jaringan kemungkinan gosong, kulit parut dan
cairan subkutan pula hemolisis retak dengan hilangnya
mendidih (destruksi sel bagian lemak kontur serta
dalam darah merah), yang tampak, fungsi kulit,
waktu yang kemungkinan terdapat edema hilangnya jari
lama, terdapat luka tangan atau
tersengat masuk dan ekstrenitas dapat
arus listrik keluar (pada terjadi
luka bakar
listrik)
d. Fase - Fase Luka Bakar

1) Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal

penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan

nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation

(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau

beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi

obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72

jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian

utama penderita pada


fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak

sistemik.

2) Fase sub akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi

adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga

sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :

a) Proses inflamasi dan infeksi.

b) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada Luka

telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur

atau organ -organ fungsional.

c) Keadaan hipermetabolisme.

3) Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi

parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ- organ fungsional.

Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut

yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur

e. Luas Luka Bakar

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas

permukaan tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA).


Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of

Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada

orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang

berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut

Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun

dan 1 tahun.

Gambar 2.6 Penilaian luas luka bakar dengan rule of nine / rule of
Wallace

Wallace membagi tubuh bagian 9 % atau kelipatan 9 yang


terkenal dengan nama rule of nine atau rule of Wallace, yaitu:
1) Kepala sampai leher :9%

2) Lengan kanan :9%

3) Lengan kiri :9%

4) Dada sampai prosessus sipoideus :9%

5) Prosessus sipoideus sampai umbilicus :9%

6) Punggung :9%
7) Bokong :9%

8) Genetalia :1%

9) Paha sampai kaki kanan depan :9%

10) Paha sampai kaki kanan belakang :9%

11) Paha sampai kaki kiri depan :9%

12) Paha sampai kaki kiri belakang :9%

Total : 100%

4. Patofisiologi

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari

suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat

hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat

koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa

saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang

dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka

bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis

dan keganasan organ dapat terjadi (Majid & Prayogi, 2013).

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka

bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit

dengan air panas dengan suhu sebesar 56.1 0 C mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh

luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup

hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat

penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta

hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat

adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler

dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari

ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung


akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah

terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan

berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan

terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik

akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan

frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer

menurunkan curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24

hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya

dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler,

syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam

kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema

akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap

pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan

obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan

sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara

dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat

mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok

luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap

resusitasi cairan bervariasi. Biasanya


hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia

akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat

terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya

asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah

merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan

plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan

masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada

kasus luka bakar (Majid & Prayogi, 2013).

Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,

konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat

hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai

akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah

pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila

aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan

mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut

tubuler dan gagal ginjal.Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi

dari sumber-sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan oleh

radiasi elektromagnetik.
5. Pathway keperawatan
6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien

dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara

lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di

unit gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang

dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka

bakar memerlukan obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus

dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obat- obatan topikah anti

mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan

pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian

obatobatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi

luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian

pasien

7. Pemeriksaan penunjang

a) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan

adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan

lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht

(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan

cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan

kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

b) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya


infeksi atau inflamasi.

c) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan

cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau

peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat

pada retensi karbon monoksida.


8. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan

cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal

mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat

konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

9. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan

cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

10. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan

perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

11. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

12. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada

edema cairan.

13. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau

fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

14. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek

atau luasnya cedera.

15. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau

distritmia.
16. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka

bakar

Dignosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien luka bakar yang mungkin muncul :

a. Resiko tinggi bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obtruksi trakeabronkial; edema mukosa dan hinganya kerja silia; luka bakar

daerah leher; kopresi jalan nafas thorak dan dada.

b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik.

c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi

asap sindrom kompartemen terokal sekunder terhadap luka bakar

sirkumfisial dari dada atau leher.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adequate;

kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic.

e. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan; bentukan

edema; manifulasi jaringan cedera.

f. Resiko kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar

melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.

g. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisi

situasi; kecacatan; nyeri.

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit.


Perencanaan prioritas

Anda mungkin juga menyukai