Anda di halaman 1dari 19

Penyakit Gizi Buruk pada Anak Usia 1 Tahun

Putri Nurul Aisyah


102013112
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.5, Jakarta Barat 11210

Abstrak
Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkan oleh
kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Kwashiorkor, marasmus dan marasmic
kwashiorkor ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi pada waktu yang lama.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat
badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan
sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi
baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh
dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut

Kata kunci : penyakit gizi buruk, marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor

Abstract
Malnutrition is a type of non-infectious disease caused by a deficiency of one or more
nutrients at a macro level. Kwashiorkor, marasmus and marasmic kwashiorkor are malnutrition
diseases that usually occur in a long time. Children under five (under five years old) healthy or
malnourished can be known from their weight gain every month until a minimum age of 2 years
(baduta). If you gain weight according to age according to a world health organization standard,
he is well nourished. If a little below the standard is called chronic malnutrition. If it is far below
the standard, it is said to be poor nutrition. So the term malnutrition is a form of severe or acute
malnutrition.
.
Keywords: Malnutrition, marasmus, kwashiorkor, and marasmic-kwashiorkor

1
Pendahuluan
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap
kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang
banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat
berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia
sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi
kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah. Selain di Indonesia, kasus gizi
buruk atau penyakit yag disebabkan oleh malnutrisi sering terjadi di negara berkembang, dimana
angka kemiskinan masih tinggi. Gizi buruk marak terjadi di daerah di Afrika dimana terjadinya
masa kekeringan yang berkepanjangan, sehingga rakyat sulit mendapatkan makanan.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.

Anamnesis
Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga
dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan.
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai.2 Yang bertujuan untuk mengarahkan diagnosa dan pemeriksaan fisik juga
penunjang untuk anak/pasien. Dimana pada anamnesis kita menanyakan identitas pasien (nama,
umur, alamat), menanyakan riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi sesuai
dengan umur anak, riwayat pertumbuhan anak (bagaimana dengan gizi anak), riwayat
perkembangan ( apakah sama dengan anak seusia anak), riwayat penyakit dahulu, riwayat
sosial&ekonomi (dimana ekonomi keluarga bagaimana, lingkungannya apakah padat
penduduk/dekat sungai/dekat pabrik).
Karena ini masih anak umur 1 tahun maka kita melakukan alo-anamnesis. Dari skenario
didapatkan hasil anamnesis didapatkan hasil anak laki-laki usia 1 tahun, dimana sudah sejak 2
bulan BB sulit naik. Untuk riwayat kehamilan dan kelahiran tidak tertera, untuk riwayat
imunisasi (imunisasi dasar tidak lengkap) dimana hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis 3x,
BCG 1x, DPT 2x. Riwayat penyakit keluarga tidak ada, riwayat pertumbuhan dimana sudah
diberikan MPASI sejak umur 6 bulan yakni bubur susu dan pisang lumet, masih diberikan ASI
sampai sekarang, makannya 1-2x sehari (hanya diberikan bubur, sayur, tahu, tempe dimana tidak
diberikan susu formula dan tidak diberikan protein hewani/daging), riwayat perkembangan
dimana sang anak tidak dapat dudk sendiri (duduk masih harus berpegangan), riwayat penyakit
dahulu terdapat batuk, pilek, panas, mencret. Riwayat sosial ekonomi dimana ibunya IRT, ayah
kerja serabutan, anak kedua dari 2 bersaudara, riwayat lingkungannya dimana tinggal di tempat
kumuh.

2
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini dilakukan untuk membantu kita dalam mendiagnosa dan
menentukkan pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan. Dimana pada pemeriksaan fisik kita
akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital terlebih dahulu (suhu, tensi, nadi, dan nafas),
pemeriksaan inspeksi (melihat dari kepala sampai ujung kaki pasien apakah ada kelainan di
toraks/ada benjolan di tubuh pasien/ada kelainan kulit/perut yang membuncit/kaki yang
bengkak), pemeriksaan palpasi, pemeriksaan perkusi, pemeriksaan auskultasi, pemeriksaan
tumbuh kembang anak (antropometri dimana kita mengukur berat badan anak, tinggi badan anak,
lingkar lengan atas, lingkar kepala lalu dari pengukuran berat badan dan tinggi badan ini di
masukkan ke dalam Z-score berdasarkan WHO).

Pemeriksaan antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-
ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita
pengukur (meteran).1

Berat Badan
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan hasil semua jaringan yang ada pada
tubuh, antara lain tulang, otok, lemak, cairan tubuh dll. Berat badan dipakai sebagai indikator
yang terbaik pada saat ini untuk mengetehui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, karena
sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukurannya objektif dan dapat diulang. Pengukuran
dapat menggunakan alat timbangan dacin dan baby scale untuk anak usia dibawah 2 tahun, dan
stadiometer untuk usia diatas 2 tahun.1

Tinggi Badan
Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal
dicapai. Disamping itu dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran, pada anak umur kurang dari 2
tahun dengan posisis tidur telentang menggunakan infantometer, pada umur lebih dari 2 tahun
dengan posisi berdiri menggunakan microtoise.1

Lingkaran Kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial. Alat yang digunakan adalah pita
ukur. Rata-rata untuk lingkar kepala adalah 35 cm saat lahir. Kemudian lingkar kepala akan
meningkat sekitar 2cm per bulan dalam 3 bulan pertama, kemudian menurun menjadi 1cm/bulan
sampai satu tahun pertama, dan kurang lebih akan bertambah 10 cm sampai sisa hidup.1
Berdasarkan hasil pemeriksaan antropometri pada bayi berusia 1 tahun yaitu Berat Badan
6kg, Tinggi Badan 75cm. Lalu kita masukkan ke tabel z-score, pada z-score who dimana kita
melihat grafik berat badan terhadap umur, tinggi badan terhadap umur dan bb/tb terhadap umur.1

3
Gambar 1. Z-score tinggi badan terhadap umur Gambar 2. Z-score berat badan terhadap
umur (anak laki-laki usia 6 bulan sampai 2 tahun)1 (anak laki-laki usia 6 bulan sampai
2 tahun)1

Gambar 3. Z-score berat badan per tinggi


terhadap umur (anak laki-laki usia 6 bulan sampai 2 tahun)1

Dari skenario dimana pada pemeriksaan fisik didapatkan anak datang dengan tampak
sangat kurus, letargi, kurang aktif, dehidrasi, terlihat seperti orang tua, TTV (normal),
interpretasi IMT
(<-3), rambut jagung (warna merah dan mudah dicabut), konjungtiva anemis (+/+), iga
gambang, perut cekung, turgor lambat, musle wasting (+), baggy wasting (+).1

Pemeriksaan penunjang
Denver Development Screening Test (Denver)2
Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah Denver II,
antara lain karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulai bayi baru lahir sampai umur
6 tahun), mencakup semua aspek perkembangan dengan realiability cukup tinggi. Uji Denver
membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. 2 Kesimpulan hasil skrining Denver II
hanya menyatakan bahwa balita tersebut normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang
pada aspek tertentu.Normal, jika ia dapat melakukan semua kemampuan atau berdasarkan
laporan orangtuanya pada semua persentil yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1
ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 25-75s masih dianggap normal.
Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil >
4
90 atau 2 ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya. Denver II
tidak mampu mendeteksi gangguan emosional atau gangguan-gangguan ringan. Tidak ada
metoda skrining yang sempurna.2 DDST mengemukakan empat parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
 Personal sosial
Aspek ini berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi, dan berinterraksi dengan
lingkungannya.
 Motor halus adaptif
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil saja
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
 Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon pada suara, mengikuti perintah, dan berbicara
spontan
 Motorik kasar
Aspek ini berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Contohnya duduk, melompat,
berjalan, dll

5
Gambar 4. Kertas denver2

Tumbuh kembang anak


Disini kita melakukan monitoring tumbuh kembang anak dimana kita juga menggunakan
kertas KMS dengan cara masukkan hasil dari kertas denver dan Z-score kedalam kertas KMS
dimana ini juga untuk memantau tumbuh kembang anak setiap bulannya bila garis KMSnya
tidak naik selama 2 bulan berturut-turut maka kita akan merujuk sang anak ke RS untuk terapi
lebih lanjut.1

6
Gambar 5. Grafik KMS1

Imunisasi Anak3
Imunisasi pada masa anak telah berhasil mengurangi dampak akibat berbagai penyakit
menular utama. Untuk imunisasi, ada 5 imunisasi dasar yang harus dilakukan yaitu:
1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
Diberikan untuk mencegah penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin ini diberikan sekali dan
akan optimal jika diberikan pada usia 2-3 bulan.
2. Imunisasi Hepatitis B
Diberikan tiga kali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat
persalinan. Yang pertama diberikan 12 jam setelah lahir, yang kedua saat bayi berumur 1
bulan, kemudian yang terakhir saat bayi berusia 6 bulan. Imunisasi hepatitis ini diberikan
melalui intramuskular.
3. Imunisasi DPT-HB
Tiga kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B.
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi ini
pertama kali diberikan saat bayi berusia lebih atau sama dengan 6 minggu, 4 bulan dan 6
bulan, kemudian diulang pada umur 18 bulan dan 5 tahun.
4. Imunisasi polio
Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 5 kali
dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu. Pertama kali diberikan pada kunjungan pertama yaitu
vaksin OPV. Selanjutnya dapat diberikan OPV atau IPV sebanyak lima kali mulai dari umur 2
bulan, 4 bulan, 6 bulan, kemudian booster pada 2 tahun dan 5 tahun.
5. Imunisasi campak
Untuk mencegah penyakit campak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur
9 bulan. Kemudian booster saat 6 tahun.

Gambar 6 . Jadwal imunisasi3

7
Identifikasi Gizi
Tabel 1. PENENTUAN STATUS GIZI ANAK4

Tabel 2. BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN ANAK LAKI-LAKI DAN


PEREMPUAN USIA 0 - 24 BULAN STANDAR WHO 20054

Dari tabel diatas menjelaskan tentang usia anak yang usianya 0-24 bulan dengan panjang
badan 75 cm dimana normalnya mempunyai median berat badan yaitu 9.5. Sedangkan pada
skenario menjelaskan bahwa berat badan anak 6 kg dan bila diliat di tabel itu sudah masuk
kategori -3 SD (gizi buruk/malnutrisi)

Diagnosa gizi buruk pada anak4


Dalam mendiagnosa gizi
buruk pada seorang anak dimana kita
memiliki alur pemeriksaan

8
Gambar 9. Alur pemeriksaan gizi buruk
Pada Gizi buruk meiliki 5 kondisi yakni :
Tabel 3. Tanda-tanda bahaya
dan penting pada gizi buruk
berdasarkan kondisinya

Differential Diagnosis
Gizi Buruk Tipe Kwashiorkor5
Kwashiorkor adalah edema malnutrisi yang diluncurkan dan hipoalbuminemia,
bermanifestasi sebagai edema pitting yang dimulai dari ekstremitas bawah dan meluas ke bagian
atas tubuh melalui derajat keparahan. Menurut teori klasik, asupan protein yang tidak adekuat
sementara asupan kalori cukup atau cukup. Faktor lain yang mungkin dipilih adalah infeksi akut,
toksin, dan ketidakseimbangan mikronutrien atau asam amino. Manifestasi klinis utama
kwashiorkor adalah berat badan menurut usia 60% hingga 80%; berat badan saja tidak dapat
menjadi indikator status nutrisi yang akurat karena adanya edema. Pemeriksaan fisik jaringan
lemak masih ada yang diperbarui. Edema bervariasi mulai dari edema pitting ringan di kaki
sampai edema generalisata yang membahas kelopak mata dan skrotum. Rambut jarang; mudah
dicabut; dan tampak kusam, berwarna cokelat, merah, atau pirang.
Terapi nutrisi memperbaiki warna rambut, menghilangkan sebagian rambut dengan
pigmentasi yang diubah sebagian rambut dengan pigmentasi normal (tanda bendera). Perubahan
kulit umum dimulai dan bervariasi mulai dari hiperkeratosis hiperpigmentasi sampai ruam
makular eritematosa (pellagroid) pada punggung dan ekstremitas. Pada bentuk kwashiorkor
yang paling parah, terjadi deskuamasi dangkal jika permukaan kulit dipulihkan ("cat terkelupas"
ruam). Keilosis angular, atrofi papila filiformis lidah, danstomatitis moniliasis umum
ditemukan. Pembesarankelenjarparotisdanedemawajahmenyebabkan wajah membulat seperti
bulan; tanda klinis khas lain untuk kwashiorkor adalah anak apatis dan tidak tertarik untuk

9
makan. Pemeriksaan perut mungkin menunjuk- di kan pembesaran hati dengan konsistensi dan
batas tidak tegas. Jaringan limfatik umumnya atrofik. Pada pemeriksaan dada ditemukan ronki
basah di basal paru. Terjadi distensi abdomen dan bising usus menurun.
Gizi Buruk Tipe Marasmik -kwashiorkor6
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)
gabungan
kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor
atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak
dan protein akan berkurang/habis terpakai. Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak
terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai
untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya
hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan
protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus KEP-marasmus,
Kwashiorkor atau keduanya.

Diagnosis kerja
Gizi buruk kondisi V Tipe Marasmus
Pada gizi buruk kondisi V akan ditemukan tanda-tanda seperti renjatan (syok), letargis
(suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan perhatian serta kesiagaan.
Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat
dibangunkan sebentar namun kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan tertidur
kembali.), muntah / diare/dehidrasi. Dan marasmus adalah terminologi yang digunakan untuk
MEP berat dan sangat kurus (BB/TB rendah), hal ini disebabkan oleh defisiensi makanan sumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defisiensi protein. Bila kekurangan
sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat
berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.5

Etiologi
Menurut Hasaroh, (2010) masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI (1997)
dalam Mastari (2009), faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah
penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan
faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor sepertitingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu
tentang kesehatan, ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas
pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting. Di bawah ini
dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizibalita 5

Epidemiologi

10
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.
Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat.
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U
adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Secara nasional, 10 kabupaten/kota
dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh
Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%),
Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%),
Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi
Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%),
Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota
Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).5

Manisfestaasi Klinis 5
Pada anak yang gizi buruk memiliki gejala klinis yakni penampilan wajahnya seperti
orang tua, terlihat sangat kurus, terjadi perubahan mental, cengeng, kulit kering, dingin dan
mengendor, keriput, lemak subkutannya menghilang hingga turgor kulitnya berkurang, otot
atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas, bradikardia (kadang-kadang saja terjadi dan ini
menandakan malnutrisi yang berat dan memulihkan jiwa), tekanan darahnya lebih rendah
dibandingkan anak yang sehat.

Faktor resiko 5
Faktor risiko gizi buruk antara lain :
1.     Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi
seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air,
energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
2.      Status sosial ekonomi
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah
segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.
Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi
keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.Selain itu rendahnya kualitas
dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada
anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendahberkaitan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah
tersebut.
3.      Pendidikan ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan
11
persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.Salah
satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang rendah.
4.      Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit.
Penyakit tersebut adalah diare persisten, tuberkulosis, HIV AIDS
5.      Pengetahuan ibu
Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan
dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh
terhadap pola konsumsi makanan keluarga.Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi
menyebabkan keanekaragamanmakanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak
membeli barang karenapengaruh kebiasaan, iklan,dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi
juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Berat Badan Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu)jam setelah lahir. Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada
BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama
penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan
makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang.
7.      Kelengkapan imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita
kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakitdan untuk menghindari
penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah
dengan imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
terhadap suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi
pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat.

Prognosis
Malnutrisi yang berat mempunyai angka kematian sekitar 20-30%, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau
karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai
dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya
progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari
set-sel tubuh akibat gizi buruk/KEP berat.

Pencegahan Gizi buruk 6


12
a. Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan
dengan makanan tambahan sebagai pendamping asi yang sesuai dengan tingkatan umur.
b.  Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya, perbandingan komposisinya : untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
c. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar . jika tidak sesuai , segera konsultasikan
d.Jika anak dirawat dirumah sakit karena gizinya buruk bisa ditanyakan kepada petugas pola dan
jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit
e.Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak & gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kaloru lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energy anak, berikan pula
suplemen mineral & vitamin penting lainnya.

Tatalaksana4
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar
dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika
anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak
mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU
kabupaten.
2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak
tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai
menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur
(bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan
hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol berisi air
panas.
1. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi dimana ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi
lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

13
 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi
minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral
khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan
oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena
(infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
2. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Pada koreksi gangguan keseimbangan elektrolit ini kita dapat berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan 1
liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan
bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium,
Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak.
Contoh bahan makanan sumber mineral :
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
Sumber Cuprum : daging, hati.
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.
Sumber Magnesium: kacang-kacangan, bayam.
Sumber Kalium: jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging tanpa
lemak.
3. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara
rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN
(Trimetoprim + Sulfametoksazol) Beri 3 kali sehari
UMUR Beri 2 kali sehari selama 5 hari untuk 5 hari
ATAU Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
BERAT 80mg 20 mg 40 mg (trimetoprim) +
BADAN (trimetoprim) + (trimetoprim) + 200 mg 125 mg
400 mg 100 mg (sulfametoksazol) per 5 ml
(sulfametoksazol) (sulfametoksazol)

14
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19 Kg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
 Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi, maka
lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada
perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
 Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb
setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
4. Mulai pemberian makanan
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai
segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup
untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO
75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai
berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian
makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak.
Keterangan :

15
 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula
bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik (dibutuhkan
ketrampilan petugas)
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada
hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekuensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,
mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
5. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2) :
 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari
risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka
waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan
kandungan energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. Frekuensi nafas
2. Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal
kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari

16
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :


- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula
( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi :
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.
6. Koreksi defisiensi nutrien mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun
anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak
mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi
pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari :
 Tambahan multivitamin lain
 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup besi
dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :
 TABLET BESI/FOLAT Bila
SIRUP BESI anak
UMUR DAN BERAT Sulfas ferosus 200 mg +
Sulfas ferosus 150 ml
BADAN 0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan 2,5 ml (1/2 sendok
¼ tablet
(7 - < 10 Kg) teh)

12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun

diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut :
PIRANTELPAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet
17
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A
Umur
200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

7. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
8. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah
dan
dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan yang
baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti
pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase
transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang
sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus
maupun Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan Jadwal Pengobatan.

Gambar 10. Jadwal pengobatan

18
Prognosis

Prognosis pada penyakit ini buruk karena banyak menyebabkan kematian dari
penderitanya akibat infeksi yang menyertai penyakit tersebut, tetapi prognosisnya dapat
dikatakan baik apabila malnutrisi tipe marasmus ini ditangani secara cepat dan tepat. Kematian
dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan penyakit infeksi kronis lain seperti tuberkulosis
atau hepatitis yang menyebabkan terjadinya sirosis hepatis dapat dihindari.

Kesimpulan
.Pada kondisi ini ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan
energi maupun protein dalam tingkat yang bermacam-macam. Akibat dari kondisi tersebut,
ditemukan malnutrisi dari derajat yang ringan hingga berat. Pada keadaan yang sangat ringan
tidak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang sedangkan kelainan
biokimiawi dan gejala klinis tidak terlihat. Penatalaksanaannya dilakukan secara bersama-sama
dengan memperbaiki keadaan gizinya. Walaupun prognosisnya terlihat buruk tetapi dengan
penganganan yang cepat dan tepat dapat menghindarkan penderitanya dari kematian.

Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih, Ranuh GN. Tumbuh Kembang Anak. Edisi ke 2.Jakarta: EGC; 2013
2. Marcdante KJ, Kliegman RM. Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi ke
6.Indonesia:Elsevier;2014
3. Ranuh GN, Suyitno R. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi ke 3.Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia;2008
4. Dr.Minarto. Bagan tatalaksana anak gizi buruk buku I. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Cetakan VI; 2011.h.14-31.
5. Marcdante K.J, Kliegeman R.M. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed 6.
Singapur:Elsevier;2014
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk.
Departemen Kesehatan RI, 2008.

19

Anda mungkin juga menyukai