Anda di halaman 1dari 18

Aspek Etika, Medis dan Hukum

Tindakan Dokter pada Kasus Abortus

Ghereetha
102013158/F9
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jakarta 2016
Skenario 7
• Dr.P adalah seorang dokter spesialis obsgyn yang baru saja akan
menyelesaikan tugasnya di sebuah RS ketika seorang wanita muda
datang dengan ditemani oleh ibunya untuk berobat. Si pasien lalu
menceritakan keluhannya yaitu mengalami pendarahan per
vaginam dan RUMUSAN MASALAH:
sangat kesakitan. Dr.P kemudian melakukan
pemeriksaan Tindakan dokter pada
dan menduga bahwapasien
kemungkinan pasien
mengalami pendarahan
keguguran per
atauvaginam
mencoba danmelakukan
sangat aborsi. Dr.P
kesakitan.
segera melakukan dilatasi dan curretage dan mengatakan pada
suster untuk menanyakan kepada keluarga pasien apakah dia
bersedia diopname di RS sampai kesadarannya benar-benar baik.
Tidak lama kemudian Dr.Q datang untuk menggantikan dr.P, yang
langsung pulang tanpa berbicara kepada pasien.
Analisis Masalah

Aspek hukum
Aspek medis Aspek etika

Tindakan
dokter
HUKUM ETIK KEDOKTERAN

Mengatur tertib dan tenteramnya pergaulan Mengatur tertib dan tenteramnya pergaulan
hidup dalam masyarakat hidup dalam masyarakat

Etik (Yunani: ethos, yang berarti “yang baik,


Peraturan perundang-undangan yang dibuat
yang layak”)  nilai/norma/aturan profesi
oleh suatu kekuasaan dalam mengatur
tertentu dalam pelayanan jasa kepada
pergaulan hidup dalam masyarakat.
masyarakat.

Ada dua yaitu: PIDANA dan PERDATA


PIDANA: peraturan mengenai hukuman
PERDATA: mengatur antar subjek dalam
hubungan inter-relasi.
HUKUM KESEHATAN menurut PERHUKI:
Berlaku Spesifik (untuk kalangan dokter)
semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan
kesehatan dan penerapannya.

Berlaku UMUM

Disusun berdasarkan kesepakatan anggota


Disusun oleh badan Pemerintahan
seprofesi
KODEKI (KODe Etik Kedokteran Indonesia)

• II. Kewajiban Dokter terhadap Penderita


Pasal 10: Setiap
Memelihara dokter harus senantiasa
dan mempertahankan mengingat
hidup makhluk akan ini
insani, kewajiban melindungi
berarti bahwa baik
hidup makhluk
menurut agama,insani
UU Negara, maupun etik kedokteran, seorang dokter tidak
diperbolehkan:
Penjelasan: Segalakandungan
a. Menggugurkan perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara
kesehatanprovocatus
Abortus dan kebahagiaannya. Dengan
therapeuticus sendirinya iasebagai
dibenarkan harus mempertahankan
pengobatan, apabiladan
memelihara
merupakankehidupan manusia.
satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut (UU
Dokter
No.23mengambil
Tahun 1992 langkah pengobatan berbahaya asalkan tindakan ini diambil
Pasal 15)
dengan pemikiran
Keputusan matang
ini harus dan tidaksekurang-kurangnya
diputuskan ada cara lain untukduamenyelamatkan nyawa.
dokter dan dengan
Sebelum bertindak
persetujuan (operasi)
pasien  wajib INFORMED
berangkutan/suami CONSENT
pasien/keluarga pasien dan(batas umur:
dilakukan
18tahun).
di RS yang sarananya memadai.

b. Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu pengetahuan tidak mungkin
akan sembuh lagi (euthanasia).
KODEKI (KODe Etik Kedokteran Indonesia)

• II. Kewajiban Dokter terhadap Penderita


Pasal 14: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.

Penjelasan : Kalau memungkinkan minta persetujuan pasien atau keluarganya dulu


dan segera dirujuk kalau kasusnya memerlukan tindakan lebih lanjut.
Transaksi Terapeutik
• Hubungan antara dua pihak yang bersepakat untuk mencapai
suatu tujuan.
• Pasal 131 KUH Perdata: “Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih”. (jelas ada hubungan
atau persetujuan antara pasien atau keluarga pasien dengan
satu orang dokter atau beberapa dokter)
Persetujuan Tindakan Medik (PTM) =
Informed Consent
• Dalam aspek hukum kesehatan, hubungan dokter
dengan pasien terjalin dalam ikatan transaksi atau
kontrak terapeutik.
Peraturan Menteri Kesehatan No.589 tahun 1989, “Yang
•dimaksud
Declaration of Lisbon
informed (1981)
consent atau dan Patients’
memberi Bill of semua
penjelasan Right
(American
keadaan Hospital dengan
yang berhubungan Association, 1972):dan “pasien
penyakit pasien tindakan
mempunyai
medik hak dilakukan
apa yang akan menerima danserta
dokter menolak pengobatan,
hal-hal lain yang perlu
dijelaskan
dan hak dokter atas pertanyaan
untuk menerimapasien atau keluarga”.
informasi dari dokternya
sebelum memberikan persetujuan atas tindakan
medik”
Informed Consent
Implied
Consent
Expressed Consent
(Secara tersirat): (secara
diketahui darilisan/tulisan)
sikap dan
tindakan pasien

Informed
Consent

sebaiknya kepada pasien


disampaikan terlebih
NORMAL EMERGENCY dahulu tindakan apa yang
akan dilakukan supaya
tidak sampai terjadi salah
pengertian
Permenkes No.585 Tahun 1989 pasal 11: pasien
dalam keadaan emergency, pasien dalam keadaan
tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya
pun tidak ditempat  dokter boleh melakukan
tindakan terbaik
Aborsi dalam perspektif Moral, Etika dan Hukum
Abortus provocatus
Abortus provocatus
legal ilegal

Indonesia: 1,5-2juta aborsi tidak aman


setiap tahunnya dan kontribusi Angka
aborsi yang dilakukan
Kematian
menurut syarat dan cara- Ibu (AKI) sebab abortus
Aspek HUKUM
aborsiyangtidak dilakukan
cara yang dibenarkan oleh berdasarkan indikasi nonmedik,
aman adalah
UU (menyelamatkan nyawa 11.1%. dilakukan oleh tenaga kesehatan
ibu) yang kompeten atau tidak
kompeten (cara: memijit-mijit,
Dilakukan secara operatif memasukkan benda asing, zat
(kuretase, aspirasi vaccum, kimia dll)  FATAL
dll)

Ketentuannya diatur dalam Deklarasi


Oslo (1970) dan UU No.23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan
KUHP: Tentang Aborsi
• Pasal-pasal yang mengancam pelaku aborsi ilegal,
sebagai berikut:
- KUHP Pasal 346, hukuman maksimum 4tahun
- KUHP Pasal 347 hukuman maksimum 12tahun dan bila
wanita tersebut meninggal hukuman maksimum 15tahun
- KUHP Pasal 348 hukuman maksimum 5tahun 6bulan dan
bila wanita tersebut meninggal maksimum 7tahun
- Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan
diatas (KUHP Pasal 349 hukuman ditambah sepertiganya
dan pencabutan hak pekerjaan)
Aborsi dalam Medis
• UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 Tentang
Kesehatan, “Tenaga kesehatan dapat
melakukan tindakan medis dalam keadaan
darurat untuk menyelamatkan ibu dan atau
janin atas pertimbangan tim ahli medis dan
dengan persetujuan ibu hamil atau
keluarganya.”
UU No.3 Tahun 2009 Pasal 75
Abortus HANYA dapat dilakukan:
- Sebelum kehamilan berumur 6minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri
- Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
- Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri.
Faktor resiko abortus
• Faktor Janin (kelainan telur (blighted ovum), gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin/plasenta, kelainan
kromosom)  abortus trimester I
• Faktor maternal (infeksi (rentan: akhir trimest I-awal trimest II),
penyakit vaskular, kelainan endokrin, kelainan imunologis
(ketidakcocokan HLA), trauma, kelainan uterus)
• Faktor eksternal (radiasi, obat-obatan (antagonis asam folat,
antikoagulan), bahan-bahan kimia lain seperti arsen dan
benzen)
Patogenesis
Kematian janin  perdarahan kedalam desidua basalis  terjadi perubahan
nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut 
perdarahan per vaginam  buah kehamilan terlepas seluruhnya/sebagian
(benda asing oleh rongga rahim)  kontraksi uterus  ekspulsi dari benda
asing. (aborsi spontan: kematian embrio terjadi paling lama 2minggu sebelum
perdarahan).

Pada kehamilan usia 10minggu: hasil konsepsi yang abortus keluar lengkap karena
plasenta belum tertanam sempurna kedalam desidua. Minggu 10-12: hubungan vili
korialis dengan desidua makin erat sehingga sering sisa-sisa korion tertinggal kalau
terjadi abortus.
Gambaran klinis
Abortus
Abortus Abortus Abortus Abortus
Abortus Insipiens Inkompletu
Imminens s Kompletus tertunda Habitualis

Abortus
berlangsung,
tidak dapat Janin telah
mati sebelum
dicegah lagi Abortus
Abortus (Dasar D/: pada usia gestasi berulang dan
20minggu,
mengancam, anamnesis: Abortus berturut-turut
Abortus tetapi
masih dapat perdarahan jalan tidak lengkap tertahan sekurang-
dipertahanka lahir disertai lengkap kurangnya 3x
didalam rahim
n nyeri. Pada selama berturut-
pemeriksaan: turut.
beberapa
ostium terbuka,
minggu.
ketuban
menonjol/utuh)
Sebagian
Ostium terbuka, dari buah
teraba ketuban kehamilan
dan berlangsung telah Buah
dalam beberapa dikeluarkan, kehamilan
jam saja. tetapi telah
Ostium uteri sebagian
Persetujuan berdasarkan
pengetahuan Pembahasan Kasus

Penghargaan dan Dokter


Komunikasi dan
perawatan yang persetujuan sebaiknya
Belas kasih sama berkonsulta
dokter pada si dengan
pasien, tidak keluarga
diskriminatif walaupun
Dokter dalam
praktik tetap dokter
keseharian dan yang
Pengambilan memegang
Masalah diakhir masalahnya keputusan untuk
kehidupan pasien tak keputusan
kompeten final

Masalah diawal Kerahasiaan


kehidupan
Pembahasan Kasus

• Tindakan dr.P memiliki kekurangan, yaitu:


- Komunikasi, dia tidak mencoba mengkomunikasikan kepada
pasien mengenai kemungkinan penyebab kondisinya, pilihan-
pilihan tindakan dan kemampuan pasien jika dia harus
menginap di RS
- Izin, Dr.P tidak mendapat izin dari pasien atau keluarga pasien
(ibu pasien) mengenai tindakan yang dilakukannya
- Belas Kasih, Dr.P hanya menunjukan sedikit belas kasih kepada
pasien. Tindakan bedahnya mungkin memang sangat kompeten
dan mungkin memang benar-benar capek di akhir tugas jaganya
namun itu tidak melepaskannya dari kelalaian etik.

Anda mungkin juga menyukai